Asal-usul Garantung Simalungun Sejarah GarantungSimalungun Simalungun merupakan suku yang berasal dari Hindia Belakang yang

BAB IV PENGGUNAN DAN FUNGSI GARANTUNG SIMALUNGUN

4.1 Asal-usul Garantung Simalungun

Asal-usul Garantung Simalungun berdasarkan penelitian penulis hingga saat ini belum diketahui secara pasti sebab Garantung Simalungun tidak memiliki dokumentasi perjalanan perkembangannya. Oleh karena itu penulis akan memaparkan asal-usul Garantung Simalungun berdasarkan perspektif sejarah yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber serta beberapa buku yang berisi tentang Garantung Simalungun.

4.2 Sejarah GarantungSimalungun Simalungun merupakan suku yang berasal dari Hindia Belakang yang

berpindah secara bergelombang. Gelombang pertama disebut dengan “Protomelayu” atau Melayu Tua yang masuk sekitar tahun 1000 SM. Protomelayu merupakan gabungan dari beberapa sukuyaitu, Toba, Karo, Toraja, Dayak, dan Nias. Perpindahan suku Protomelayu tersebut terjadi karena adanya serangan dari suku Mongolia Utara yang menyerang kelompok etnis tersebut ketika tinggal di Thailand, banyak kaum pria yang dibunuh sementara kaum wanita dikawini oleh suku Mongolia tersebut sehingga menghasilkan keturunan ras baru berkulit sawo matang, setelah peristiwa tersebut beberapa dari kelompok etnis ini terdesak untuk pergi ke pulau-pulau sekitarnya termasuk kepulauan Indonesia. Universitas Sumatera Utara Kelompok etnis yang memilih masuk ke Indonesia masuk ke pulau Sumatera tepatnya dibagian utara Sumatera, dan pulau Sulawesi.Kelompok yang pergi ke Sulawesi adalah Toraja dan yang memilih masuk ke Sumatera adalah kelompok Batak termasuk Simalungun.Kelompok ini masuk dan berlabuh di batu bahra batubara dan menyebar ke pelosok Sumatera Utara.Adapun leluhur masyarakat Simalungun mendirikan kampung di batu bahra tersebut sekitar 500 SM, kemudian kampung kecil tersebut berubah dan berkembang menjadi sebuah kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.Seterusnya pada periode kedua sekitar 500 SM kelompok “Deutromelayu” atau yang disebut dengan Melayu Muda masuk ke Indonesia. Kelompok tersebut antara lain adalah Jawa, Madura, Melayu, dan Makassar. Kedatangan Deutromelayu ini mendesak Protomelayu untuk pindah ke daerah pegunungan Nusantara.Deutromelayu membawa banyak pengaruh peradaban, termasuk dalam aspek kesenian yang berkaitan dengan metal, perak, logam, dan lain-lain.Pengaruh inilah yang kemudian banyak mempengaruhi kebudayaan Protomelayu dari aspek keseniannya. Salah satu aspek kesenian yang dibawa Deutromelayu yang sampai saat ini banyak dipakai oleh suku Protomelayu adalah Gong, Awal mula kesenian Simalungun banyak berpengaruh dan bermula dari kerajaan Nagur sebagai kerajaan pertama Simalungun. Dahulu pada masa kerajaan Nagur sering terjadi perang antar kerajaan untuk mempertahankan wilayah masing-masing maupun untuk memperluas wilayah kerajaan.Sejalan dengan peristiwa tersebut perang juga dilakukan kerajaan Nagur untuk melawan penjajah Belanda.Situasi tersebut membawa pengaruh pada kehidupan masyarakat, budaya, hingga kesenian Simalungun.Sampai saat ini belum ada yang Universitas Sumatera Utara menemukan tulisan-tulisan atau catatan-catatan yang signifikan tentang perkembangan peradaban Simalungun termasuk keseniannya. Taralamsyah Saragih dalam Seminar Kebudayaan Simalungun 1976 mengatakan bahwa “Pemupukan dan pelajaran kesenian Simalungun sebelum tahun 1925 dilakukan dengan cara meniru-niru dengan sedikit keterangan martakkap baba” atau yang disebut juga dengan “oral tradition”, sehingga tidak ada dokumentasi tulisan yang utuh. Jadi sangat sulit untuk menyusun latar belakang seni musik Simalungun secara historis mengingat ketiadaan data-datacatatan tentang alat musik tersebut. Namun alat musik tradisional Simalungun sebenarnya sudah lama ada di antaranya adalah gondrang, ogung, mong-mongan, sarunei buluh, sarunei bolon, sordam, sulim, garantung, arbab, dan sebagainya.Seperti yang dikemukakan oleh Taralamsyah bahwa jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia suku Batak Simalungun sudah memiliki alat musik dan tari yang digunakan dalam upacara- upacara ritual kepercayaan. Beberapa dari alat musik Simalungun diperkirakan masuk ke Simalungun pada abad ke-10 ketika zaman kerajaan Nagur melalui jalur dagang yakni pedagang dari Timur Tengah Arab dan Persia serta pedagang-pedagang lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa asal usul alat musik Simalungun berasal dari cerita rakyat atau folklore, seperti yang ditulis oleh Drs. Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Tuan Sormaliat 1980. Pada tahun 1902 ketika agama Kristen masuk ke daerah Simalungun merupakan awal terjadinya pergeseran peranan alat musik tradisional Simalungun karena pada awalnya mereka yang membawa agama Kristen melarang penggunaan alat musik tradisional, baik dalam acara Universitas Sumatera Utara ritual maupun acara-acara lainnya.Setiap kegiatan yang membunyikan alat musik tradisional dianggap sebagai suatu acara penyembahan terhadap berhala, sehingga penggunaan alat musik tersebut sangat ditentang keras oleh agama Kristen. Kemudian sejak tahun 1902-1935 alat musik tradisional Simalungun hilang dari peredaran masyarakat. Adapun masyarakat yang menggunakannya adalah dengan sembunyi-sembunyi, namun kemudian pada tahun 1936 masyarakat Simalungun membangkitkan keseniannya kembali dimulai dari beberapa pelosok Simalungun, salah satu diantaranya adalah grup tari massal Tor- tor Simalungun yang mengadakan pagelaran seni tari Tor-tor secara colosalyang diadakan di lapangan golf Pematang Siantar atau yang sekarang menjadi komplek Perguruan Taman Siswa. Sejak saat itu pemakaian alat musik tradisonal Simalungun terus berkembang di tengah masyarakat dan mulai digunakan dalam berbagai kegiatan adat Simalungun hingga acara-acara gereja yang saat ini sering mengiringi lagu-lagu rohani. Dalam beberapa perspektif sejarah mengatakan bahwa Garantung Simalungun merupakan alat musik tunggal yang sering dimainkan di ladang oleh petani dan oleh pengembala kerbau.Biasanya alat musik ini digunakan untuk mengisi rasa kesepian petani yang menjaga padinya ataupun pengembala kerbau yang menjaga kerbaunya.Garantung Simalungun diletakkan di atas tanah yang telah dilubangi dan pada pinggir lubang dibuat alasnya dari ijuk yang dibentuk seperti bantal bulat. Bapak Rosul Damanik mengatakan bahwa permainan Garantung Simalungun adalah permainan yang tidak jauh beda dengan Gondrang sipitu, hal ini beliau katakan karena masyarakat Simalungun yang memainkan Universitas Sumatera Utara Garantung Simalungun pada umumnya menganggap Garantung Simalungun sebagai pengganti Gondrang Sipitu pada saat mengisi waktu luang disawah. Seorang seniman batak yaitu Tilhang Gultom yang banyak bergerak dibidang musik opera, pertama kali mendengar bunyi Garantung Simalungun ketika ia berkunjung ke Simalungun kemudian oleh beliau Garantung Simalungun diangkat dan dikolaborasikan dengan beberapa alat musik tradisional Simalungun lainnya seperti sarunei, kecapi, dan sulim. Hingga saat ini Garantung Simalungun dimainkan dalam beberapa kegiatan adat hingga seni pertunjukan termasuk opera.

4.3 Penggunaan dan Fungsi GarantungSimalungun