kelembaban dapat menyebabkan kapsul menyerap melepaskan uap air. Sebagai akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak Margareth, dkk., 2009.
2.6.1 Warna
Warna, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi penilaian konsumen terhadap kualitas produk. Warna suatu bahan dapat berasal dari warna
alamiahnya atau warna yang terjadi selama proses pengolahannya Morales, dkk., 1998.
Temperatur dan kadar uap air yang relatif tinggi selama proses pengolahan dan penyimpanan yang berkepanjangan merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan terjadinya reaksi pengcoklatan enzimatik dan non- enzimatik Labuza, dkk., 1972.
2.6.2 Kerapuhan
Laju pengeringan kapsul juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan kapsul, kemampuan pelarutan, dan kecenderungan untuk melekat satu sama lain..
Kadar air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jika kadar air pada kapsul kurang dari 10, kapsul cenderung menjadi rapuh, dan
sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18 kapsul melunak. Kondisi penyimpanan yang direkomendasikan untuk bentuk sediaan kapsul berkisar 15-
30 C dan 30-60 kelembaban relatif RH. Margareth, dkk., 2009.
Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh Kontny dan Mulski. Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan
pada kelembaban yang bervariasi membuktikan bahwa kelembaban merupakan salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul.
Kriteria yang diterima bahwa kerapuhan kapsul yang signifikan tidak boleh
Universitas Sumatera Utara
terdeteksi pada kapsul yang disimpan pada kelembaban relatif 30 dan 50 selama 4 minggu Kontny, dkk., 1989
2.6.3 Disintegrasi
Tes disintegrasi menentukan apakah tablet atau kapsul hancur dalam waktu yang ditentukan ketika ditempatkan dalam medium cair dalam kondisi
percobaan yang ditentukan di bawah ini Komisi Farmakope Eropa, 2005.
Disintegrasi dianggap tercapai apabila: a tidak ada residu tetap pada sekat, atau
b jika ada sisa, itu terdiri dari massa lunak yang tidak memiliki dgn jelas inti, atau
c hanya fragmen lapisan tablet atau hanya fragmen cangkang kapsul tetap pada sekat, jika cakram telah digunakan kapsul, fragmen dari cangkang dapat
mematuhi waktu hancur yang lebih cepat daripada yang tidak menggunakan cakram.
Komisi Farmakope Eropa, 2005. Chiwele dkk. 2000 telah meneliti mengenai waktu hancur cangkang
kapsul gelatin kosong dan kapsul HPMC Hydroxypropyl Methylcellulose setelah penyimpanan selama 24 jam pada kondisi tropis lembab suhu 37
C, RH 75 dan pada temperatur kamar. Dalam metode ini, mereka menggunakan bola besi
sebagai bahan pengisi dalam kapsul. Pada penyimpanan kondisi tropis lembab, cangkang kapsul gelatin tidak mengalami perubahan waktu hancur dalam medium
apapun, sedangkan waktu hancur kapsul HPMC tidak berubah hanya dalam medium cairan lambung buatan Honkanen, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Ogura 1998 bahwa cangkang kapsul HPMC yang telah diisi dengan spiramisin dan disimpan pada
suhu 60 C, RH 75 selama 10 hari tidak mengalami perubahan sifat waktu
hancur. Tetapi, mereka menggunakan prosedur standar uji waktu hancur dalam farmakope, yang tidak dapat menentukan waktu hancur cangkang kapsul dan
bahan obat secara terpisah. Sedangkan dalam metode yang digunakan Chiwele dkk. 2000, bola besi yang digunakan tidak mempengaruhi waktu hancur
Honkanen, 2004.
2.6.4 Penentuan Kadar Air