Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam industri adalah dalam bentuk garam natrium dan garam kalium. Salah satu sifat
dari natrium alginat adalah mempunyai kemampuan membentuk gel dengan penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium
tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium Thom, dkk., 1980.
2.2 Gel
Gel adalah sistem padat atau setengah padat paling sedikit dari dua konstituen yang terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh
cairan. Jika matriks yang saling melekat kaya akan cairan, maka produk ini sering disebut jelly. Jka cairannya hilang dan hanya tinggal kerangkanya saja, gel ini
dikenal xerogel. Gel bisa digolongkan baih dalam sistem dua fase atau dalam sistem satu
fase. Massa gel dapat terdiri dari gumpalan flokulat partikel-partikel kecil dan bukan molekul-molekul besar. Struktur gel dalam sistem dua fase ini tidak selalu
stabil. Gel-gel tersebut mungkin tiksotropik yang mmbentuk massa setengah padat pada pendiaman dan menjadi cairan jika dikocok.
Sebaliknya, suatu gel mungkin terdiri dari makromolekul-makromolekul yang berupa jalinan anyaman benag-benang. Unit-unit tersebut seringkali terikat
bersama-sama dengan gaya van der walls yang lebih kuat sehingga membentuk daerah kristal dan daerah amorf diseluruh sistem tersebut. Gel seperti ini dianggap
sebagai sistem satu fase, karena tidak ada batas-batas yang jelas antara makromolekul terdispers dan cairan.
Universitas Sumatera Utara
Gel dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni : gel anorganik dan gel organik. Gel anorganik umumnya merupakan sistem dua fase, sedangkan gel
organik merupakan sistem satu fase, karena matriks padat dilarutkan dalam cairan membentuk suatu campuran gelatin yang homogen.
Gel dapat mengandung air dan disebut hidrogel. Basis dari golongan ini termasuk bahan-bahan yang dapat didispersikan secara koloidal atau larut dalam
air. Golongan tersebut terdiri dari koloida hidrofilik seperti silika, bentonit, pektin, natrium alginat, metil sellulosa dan hidrogel alumina yang pada konsentrasi tinggi
membentuk gel-gel semisolid. Natrium alginat telah digunakan untuk memproduksi gel-gel yang dapat digunakan sebagai dasar salep Martin, et al.,
1993.
2.3 Bahan Tambahan
Bahan tambahan ditambahkan untuk membantu proses pembuatan atau penyerapan. Alasan lain yang penting adalah untuk peningkatan penampilan atau
kualitas. Bahan tambahan sangat jarang memiliki aktivitas farmakologi. Namun, bahan tambahan dapat menyebarkan atau berpartisipasi dalam interaksi kimia atau
interaksi fisik dengan zat aktif, yang mungkin menyebabkan kualitasnya terancam atau kinerja obatnya Crowley, 2001.
Interaksi kimia. Dapat menyebabkan degradasi dari bahan aktif dengan demikian mengurangi jumlah tersedia untuk Therapeutic efek, sedangkan interaksi
fisik dapat mempengaruhi laju disolusi, dan keseragaman dosis Crowley, 2001. Bahan tambahan mungkin memiliki kelompok-kelompok fungsional yang
berinteraksi langsung dengan bahan aktif atau, bahan tambahan mungkin mengandung kotoran atau residu, atau bentuk produk degradasi yang pada
Universitas Sumatera Utara
gilirannya menyebabkan dekomposisi dari zat obat. Bahan tambahan dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba. Bahan tambahan juga dapat menyebabkan
efek yang tidak diinginkan seperti iritasi kulit atau permukaan mukosa, reaksi sensitisasi atau mempengaruhi penampilan Crowley, 2001.
Pewarna Warna dari produk farmasi memegang peranan penting dalam
penggunaannya. Warna pada dasarnya digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk pada semua tahap pembuatan dan penggunaannya. Pewarna yang dapat
digunakan dalam kapsul ada dua tipe: pewarna larut air, dan pewarna tidak larut air. Tiga pewarna yang biasa digunakan adalah Erythrosine, indigo carmine, dan
kuning quinolone. Dua tipe pewarna tidak larut air biasanya yang digunakan adalah Feri oksida-hitam, merah dan kuning dan Titanium dioxide yang berwarna
putih yang biasa digunakan untuk memburamkan kapsul. Kapsul diwarnai dengan penambahan pewarna kedalam larutan gelatin selama tahap pembuatan Bhatt,
2007. Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh Arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Untuk zat pewarna yang dianggap
aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnya tidak
ada Cahyadi, 2005. Menurut walford 1984, beberapa keuntungan zat pewarna sintetis adalah:
1. Aman
2. Tersedia dalam jumlah yang memadai
3. Stabilitas bagus
Universitas Sumatera Utara
4. Kekuatan
mewarnai yang tinggi menjadikan pewarna sintetis menguntungkan secara ekonomi
5. Daya larut bagus dalam air dan alkohol
6. Tidak berasa dan berbau
7. Tersedia dalam berbagai bentuk
8. Bebas bakteri
Ponceau 4R
C20 H11 N 2Na3 O10 S3 C20 H11 N 2Na3 O10 S3 Ponceau 4R adalah pewarna sintetis yang dapat ditambahkan pada
makanan. Ponceau 4R adalah pewarna azo merah yang dapat digunakan dalam berbagai produk makanan Anonim, 2010.
Ponceau 4R E 124 merupakan zat warna azo yang diperbolehkan sebagai makanan aditif dalam Uni Eropa yang sebelumnya telah dievaluasi oleh FAO
WHO Komite Ahli Aditif Makanan JECFA pada tahun 1983 dan Uni Eropa Komite Ilmiah untuk Makanan SCF di 1984. Kedua komite membentuk
Acceptable Daily Intake ADI dari 0-4 mgkg berat badan bbhari Efsa, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pewarnaan