Definisi Sunnah Prespektif Ulama Salafi

Kata hadis dalam al- Qur‟an mempunyai banyak makna, namun makna- makna tersebut sangat konteras dengan temuan dari beberapa kamus sebelumnya. Adapun makna hadis dalam al- Qur‟an adalah: “Berita-cerita atau komunikasi, religius, kisah-risalah, dari masa lampau ataupun masa kini. 52 Tabir mimpi, kejadian atau peristiwa, keterangan, al- Qur‟an, diam-diam.

B. Kajian Terminologi Sunnah dan Hadis

1. Definisi Sunnah Prespektif Ulama Salafi

Ulama Salafi 53 memandang teks, cenderung pada tekstualis atau leteralis, bila mereka memutuskan sesuatu atau memberikan batasan pada sebuah objek tertentu, maka yang menjadi rujukan adalah teks al-Quran dan hadis, bila keduanya tidak ditemukan, mereka melakukan Ijtihad, 54 a. Ahli Hadis mendefinisikan bahwa sunnah adalah: ءا س ييس وا يق خ فص وا ي ق وا لعفوا ل ق ي اا ع ا لك ن ك ع وا ع ا ل ق ك ذ “Segala yang bersumber dari Nabi.Muhammad.saw baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, Tabiat, Budi pekerti, atau Perjalanan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi Rasul, 56 maupun sesudahnya. ” 52 M.M. Azami, Studies in Hadis Methodology and Literater, Terj.Meth Kieraha. Jakarta: Lentera, 2003, h. 21-23. 53 Kata salaf, berarti yang terdahulu, atau Jamaat yang berpendapat , bahwa seorang bebas melakukan perbuatan yang ditimbulkan oleh ilmu dan kemauannya. Lihat, Pius Apartanto,dkk. Kamus Ilmiah Populer, h. 689 54 Sebagaimana disyariatkan oleh dalam agama islam, Lihat.Abu Dawud, Sulaiman bin al-Asyats al-Sijistaniy, Sunan Abi Dawud, Juz III, h. 412-413. Diperkuat oleh Shahih al-Bukhori juz III, hal. 407 55 Abbas Mutawali Hamdah, As-sunnah an-Nabawiyah wa Makanatuh fi at-Tasyri. Kairo: Dar-al-Qaumiyah, h. 23 Bagi ulama muhaditsin yang menjadi objek peninjauannya adalah pribadi Rasulullah.saw sebagai orang yang harus dicontoh. Oleh sebab itu ulama menukilkan bahwa semua yang berhubungan dengan beliau, baik mewudkan s yara’ mapun tidak. 57 Adapun masa berlakunya sunnah mulai pra kerasulan Muhammad saw hingga pasca kerasulannya, beliau dapat dijadikan suri tauladan yang baik. Sebagaimana firman Allah swt:                  . 58 “Sesungguhnya telah ada untuk kalian, seorang diri Rasulullah.saw itu suri tauladan yang baik, yaitu bagi orang yang mengharap Rahmat Allah swt dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.swt” Dalam tafsir Zamakhsyari disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kata “Uswah Hasanah” terdapat dua makna: Pertama, Rasulullah.saw secara fisik dapat di jadikan contoh. Kedua, Beliau secara Maqam derajat telah menempati tempat yang paling sempurna, yaitu Maqam al-Hakiqi. 59 Menurut penulis kata ”uswah” yang berarti contoh, hal ini tidak berarti wajib diikuti, melainkan pula wajib ditinggalkan. Artinya mengikuti segala sesuatu yang diperintah Rasulullah.saw dan meninggalkan segala hal yang dilarang olehnya. 56 Maksud dari kata “Qabla al-Bi’tsah,” seperti proses tahanuts-nya Nabi di Gua Hira, kemulaan budi pekertinya, kebeikan perjalanan hidupnya. Lihat, Muhammad „Ajjaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits, Beirut: Dar al-Fikr.1989, h.19 57 Muhammad Ajajj Al-Khatib, Usul al-Hadits Ulumuhu wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-Fikr.tth.Cet.3,h.19 58 Q.S. Al-ahzâb 33 ayat: 21 59 Abu al-Qasim Mahmud ibn Umar Ibn Ahmad Zamakhshari, Al-kasyaf, Beirut: Dâr al-Fikr, T.th, h. 318 Mengikuti jejak kehidupan Nabi Muhammad saw dari lahir hingga wafat merupakan tindakan yang paling sempurna dan tidak akan pernah salah, karena Allah swt telah memberikan beberapa Rekomendasi dalam firman-Nya:     . 60 “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Allah swt memuji Rasulullah saw memakai kata mukhatab dan tanpa menggunakan durasi waktu, berapa lama dan mulai kapan Allah saw memuji Rasulullah saw, artinya Rasulullah saw telah dijadikan figur semenjak ia tercipta hingga ia wafat. 61       . 62 “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah.swt. ” Berdasarkan pernyataan di atas, dalam ayat ini Allah swt menegaskan bahwa seseorang yang telah mentaati Rasul maka ia berarti pula mantaati Allah swt. Begitu pun sebaliknya, 63 karena Rasulullah saw hanya menyampaikan segala hal yang diperintahkan Allah swt. 64 60 Q.S. Al-Qalâm 68 ayat: 04 61 Abu al-Fidâ ‟ Ismail Ibn Umar Ibn Katsir al-Dimasqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhzim Damaskus: Dâr Thayyibah.1999 Juz VI, h.193 62 Q.S. Al-Nisâ 4, ayat: 80 63 Abu al- Fada‟ Ismail ibn Umar Ibn Katsir al-Dimasqî, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhzim, Juz VIII, h. 442 64 Q.S. al-Nahl 16 ayat: 35 b. Ahli Ushul Fikih mendefinisikan Sunnah: ي ا عر ص لك - م ص - ي ق وا لعف وا ل ق ي ا نا ق ا يغ ح ي ع ش ح ايي د ن ي نا “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi.Muhammad.saw selain al- Quran al-karim yang berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan, yang pantas untuk di Jadikan dalil hukum Syaria ”. Definisi ini yang menjadi objek peninjauannya adalah Rasulullah.saw., tokoh yang harus ditaati, sebagai pengatur yang menetapkan hukum, maka ulama mengambil semua hal yang ditetapkan oleh Rasulullah saw untuk melahirkan formula hukum. 66 Ulama ushul fikih memandang bahwa pribadi Rasulullah.saw adalah orang yang menciptakan dasar-dasar Ijtihad yang datang sesudahnya. Oleh karenya sunnah dibatasi dengan penetapan hukum Islam. 67 Difinisi ini membatasi sunnah hanya pada suatu yang bersumber yaitu Rasulullah.saw, yang mempunyai relevansi dengan hukum syara, artinya segala sesuatu yang tidak ada relevansinya dengan hukum syara, maka hal tersebut tidak disebut sunnah karena menurut mereka, sunnah terhitung semenjak pasca kerasulan Muhammad saw. Hal tersebut didasarkan pada sebuah argumentasi bahwa Rasulullah saw. pengatur undang-undang yang menerangkan pada manusia perihal aturan hukum. 68 65 Muhammad Ajjâj al-Khathib, Ushul al-Hadis: Ulûmuhu wa Musthalahu Beirut: Dâr al-Fikr, 1989, h.19 66 Endang Soetari Ad., Ilmu Hadis Bandung: Amal Bakti Press, 1994, h. 4. 67 M. Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadits, h. 2-10 68 Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, h. 8-9 c. Definisi Sunnah menurut Ahli fikih, ialah: ا ع - ص - م - جواو ضا فا يغ . ه يغو جا ا ل ق و س ا م حاا “Segala ketetapan yang berasal dari Nabi.Muhammad.saw selain yang di- Fardukan dan bukan pula yang di wajibkan, wajib dan sunnah termasuk bagian dari hukum taklif yang lima” Pada redaksi yang berbeda disebutkan: ع ص ا ع لك - جا ااو ض ف ا ي و 70 “ Setiap sesuatu yang telah ditetapkan dari Nabi Muhammad.saw yang bukan dari bab fardu dan bukan pula dari bab wajib.” Definisi kedua menguatkan definisi yang pertama, dan para ulama ‟ menafsirkan bahwa sesuatu yang dikerjakan akan mendapatkan pahala, dan bila di tinggalkan tidak akan mendapatkan dosa. 71 ulama fikih memandang bawah pribadi dan kehidupan Rasulullah.saw mengandung hukum Syara’ 72 yang harus dicontoh dalam menjalani aktifitas kehidupan. Dari sebab di atas, ulama fikih merangkai terminologi khusus untuk kepentingan hukum s yara’ di masa yang akan datang. 69 Musthafa As-Sibai, As-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri al-Islami, Kairo: Dâr al- Qaumiyah.1949, h. 54 70 Muhammad „Ajajj al-Khatib, Usul al-Hadits, Ulumuhu wa Musthalatuhu, h. 19 71 Racmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqih, h.60 72 M. Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis, h.2

2. Definisi Hadis Prespektif Ulama Salafi