Sifat Penelitian Pendekatan Penelitian

data tersedia, di mana terdapat hubungan yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan referensi di perpustakaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari.

2. Sifat Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, nama penelitian bersifat deskriptif-analistis 16 komperatif, 17 yaitu suatu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara deskriptif, 18 di samping itu, penelitian ini juga berupaya mengeksplorasi secara mendalam yang berhubungan dengan permasalahan ketetapan definisi sunnah dan hadis. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan pendekatan semantik.

3. Pendekatan Penelitian

Terkait dengan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kausal- komperatif 19 dengan tujuan untuk mengkomparasikan persoalan definisi klasik 20 dengan kontemporer 21 mengenai sunnah dan hadis dan masing-masing pendekatan tersebut digunakan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan: 16 Adalah memberikan arti terhadap fenomena wacana. Dalam prinsip analisis, semua masalah harus dicari yang menyebabkan serta memecahkannya dengan menggunakan analisi yang logis, fakta yang mendukung tidak dibiarrkan sebagaimana adanya, atau hanya dibuat diskripsi saja, Akan tetapi, semua kejadian di dalam teks harus dicari sebab akibat dengan menggunakan analisis yang tajam, Lihat: Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, h. 53. 17 Adapun yang dimaksud dengan komperatif adalah membandingkan satu variabel dan sampel besar, Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji teori hingga ditemukan kesamaan dan perbedaan. Lihat, Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial; Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: GP Press. 2009, h. 62 18 Yaitu mendeskripsikan sesuatu secara sistematis faktual dan akurat terhadap populasi atau keterangan tertentu, mengenai kerateristik, faktor-faktor, unsur-unsur tertentu; Lihat, Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, h. 36 19 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, h. 73 20 Yang dimaksud dengan definisi klasik adalah definisi yang di keluarkan pada awal munculnya ilmu hadîts. Misalkan Imam Syafi‟i. Lihat, Baniel W. Brawn, Menyoal Relevansi Sunnah dalam Islam Moderen, Penerjemah. Jazair Radianti, dkk, Bandung: Mizan Media Utama, 2000, h. 19 21 Yang dimaksud dengan definisi kontemporer adalah definisi yang di tetapkan pada era reformasi yaitu masa kritik ilmu hadis, mulai abad delapan belas, tujuh belas hingga sekarang, Lihat. Baniel W. Brawn, Menyoal Relevansi Sunnah, h. 37 Pertama, penulis mencari kemungkinan adanya sebab akibat yang mendasari ulama yang mendefinisikan hadis dan sunnah. Pencarian kausal tersebut tidak hanya terfokus pada perbandingan para ahli hadis melainkan para Ulama yang lain, baik di Fuqaha maupun di Theologi, utamanya para Mufassir, hal ini dilakukan guna bisa menangkap makna baru yang lebih komperehensif. Kedua, Secara khusus penulis memberikan porsi yang cukup untuk menyelesaikan persoalan ini, yaitu pendekatan kritik teks yang telah dilakukan oleh banyak pakar ilmuan muslim mapun non-muslim, hal ini dilakukan sebagai rangkaian analisis teks dari beberapa definisi masa lalu, dengan harapan bisa memberikan kontribusi keyakinan yang rasional untuk menyeimbangkan antara akal dan wahyu. Untuk mencapai kesempurnaan penelitian ini, penulis juga menggunakan pendekatan ilmu logika mantik.

4. Sumber Data