Kajian hadis tematik seputar bersin: perspektif ilmu medis

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

HANI HILYATI UBAIDAH NIM: 1110034000147

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF

ILMU MEDIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

HANI HILYATI UBAIDAH NIM. 1110034000147

Di bawah bimbingan Pembimbing,

Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag. NIP. 197001121996032001

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Nama : Hani Hilyati Ubaidah

NIM : 1110034000147

Fakultas/Jurusan : Ushuluddin/ TafsirHadis

JudulSkripsi : Kajian Hadis Tematik Seputar Bersin: Perspektif Ilmu Medis

Dengankesadarandantanggungjawab yang besarterhadappengembangankeilmuan,

penulismenyatakanbahwa:

1. Skripsiinimerupakanhasilkaryaaslisaya yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratanmemperolehgelar strata 1 di

FakultasUshuluddin, UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semuasumberyang

sayagunakandalampenelitianinitelahsayacantumkansesuaidenganketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudianhariterbuktibahwakaryainibukanhasilkaryaaslisaya,

makasayabersediamenerimasanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayullah.

Jakarta, 16 Oktober 2014


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN:

PERSPEKTIF ILMU MEDIS telah diujikan di dalam sidang Munāqasyah, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 16 Oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Tafsir Hadis.

Jakarta, 16 Oktober 2014

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. M. Suryadinata, MA Jauhar Azizy, MA

NIP. 196009081989031005 NIP. 198208212008011012

Anggota

Dr. M. Isa Salam, M. Ag Drs. Harun Rasyid, M. Ag

NIP. 195312311986031010 NIP. 196009021987031001

Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag. NIP. 197001121996032001


(5)

i

detik, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi Rasul terkasih, teladan sekaligus sumber inspirasi bagi umatnya, yakni nabi Muhammad SAW.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mendo‟akan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Ungkapan terima kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Dekan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, bapak Prof. Dr. Masri

Mansoer, Mag, beserta jajarannya

2. Ketua jurusan Tafsir Hadis, ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. Ag, beserta

sekretaris jurusan bapak Jauhar Azizy, MA

3. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag, selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu dan memberikan arahannya dengan sabar hingga skripsi ini dapat dirampungkan.

4. Seluruh dosen yang telah membukakan jendela keilmuan, menyingkap tabir

ketidaktahuan. Terkhusus bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA dan bapak Dr. M. Suryadinata, M. Ag, yang senantiasa meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan terhadap persoalan kuliah selama ini, termasuk dalam proses penyusunan proposal skripsi.

5. Seluruh pegawai TU yang dengan sabar dan ramah membantu penulis selama

menjadi mahasiswa.

6. Pimpinan dan staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah serta

pimpinan staf perpustakaan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu penulis dalam pencarian sumber.


(6)

ii

7. Kedua orang tuaku tercinta, Abi Drs. H. Abu Ubaidah dan Umi Dra. Hj.

Maswah. Yang tanpa bosan memberi semangat, do‟a dan dukungannya

kepada anak perempuan kalian satu-satunya ini. Terimakasih atas setiap do‟a

yang kalian panjatkan, terimakasih atas segala motivasinya. Terima kasih atas segala bentuk pengorbanan kalian baik dalam bentuk materiil maupun inmateriil. Maaf baru ini yang dapat kaka persembahkan.

8. Adikku terkasih, Muhamad Sahal Ar-razy, atas perhatian dan do‟anya serta

semangatnya yang sering digaungkan. Moga kau juga sukses di sana.

9. Sodara-sodaraku tersayang, baba-baba, encang-encing, om-tante, khususnya

Yaya Nayla Azma yang telah memperkenalkan penulis dengan kawannya yang berprofesi sebagai dokter, sehingga bisa membantu untuk penulisan skripsi, Bilqis Nurul Lathifah yang rela keluar malem beliin nasi goreng, Ghina Imaniah yang senantiasa menjadi teman berbagi soal skripsi dan birokrasi UIN, Nadiya Amiriyah yang juga sedang berjuang menuntaskan skripsinya.

10.My room mate, Ai Popon Fatimah, atas motivasi dan sumbangan

pemikirannya dalam penulisan skripsi ini juga dalam ujian komprehensif dan dalam ujian-ujian lainnya yang dialami selama menjadi anak kos. Mulai dari laper tengah malem, sampe keabisan bekal duit mingguan.

11.Kawan-kawan „Para Pencari Dosen‟ yang berjuang bersama demi bisa make

toga bareng-bareng. Ai Popon Fatimah, Syarifatunnisa, Sa‟adatul Jannah,

Annisa, Nur Laely, Noviyanti. Terima kasih udah mau pusing bareng-bareng, seneng bareng-bareng.

12. Teman „cewek-cewek diberkati‟, Ina Nurjannah yang sudah duluan lulus, Ai Nur Fatwa dan Dede Rihana yang masih berjuang dengan proposalnya, semoga bisa cepat menyusul.

13.Teman sekaligus guru, Nurul Hasanah Lc, Aceng Aum Umar Fahmi Lc,

Muhammad Lailu Ramadhana, dan Dani Kamaluddin. Terima kasih sudah mau berbagi ilmu dengan kami.


(7)

14. Keluarga besar TH ‟10, terkhusus TH-D, Eneng Ima Siti Madihah, Danisi Salim, Muhammad Ghazali, dan kawan-kawan lain.

15. Kawan KKN MENARA ‟13, Asih Lestari Bintu Jamilah, Yue Cutz, Eristia Mulyawan, Ahmad Karomain, Rezha Zainuar Pahlevi, serta yang lainnya. 16. Kawan „Viedenskab‟ terkususnya anak-anak „Laughmakers‟ Afifah

Yuliarisna, Ika Irawanti, Achmad Idris Lubis, dan Ahdi Sabilur Rasyad. Yang ngalah mau maen ke rumah karena selalu ada alasan untuk ga bisa ikut kumpul.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa segala sesuatu yang dibuat oleh manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, bila ada saran dan kritik

konstruktif akan diterima dengan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat. Āmīn.

Ciputat, Oktober 2014

Hani Hilyati Ubaidah


(8)

iv ABSTRAK

Hadis sebagai sumber kedua milik umat Islam, tentu memiliki kedudukan yang penting sebagai petunjuk dalam setiap sendi-sendi kehidupan umat Islam. Baik yang bersifat ibadah ataupun muamalah. Hadis yang bersifat universal akan selalu sesuai dengan seluruh aspek kehidupan manusia, tidak terbatas ruang dan waktu. Oleh karenanya, perlu ada pengkajian terhadap segala sesuatu yang terdapat di dalam hadis, termasuk makna yang terkandung di dalamnya dan menghubungkannya dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum bukan hanya sekedar keagamaan, seperti ilmu medis.

Salah satu contohnya adalah kajian hadis tematik seputar bersin yang dikaitkan dengan

ilmu medis masa kini. Di mana Nabi mengajarkan kepada umatnya untuk mengucap tamīd tiap

kali usai bersin karena bersin juga merupakan salah satu nikmat Allah yang nampak kecil namun memiliki dampak yang hebat, karena jika ditinjau dari segi medis, ternyata bersin merupakan salah satu cara tubuh memproteksi diri dari serangan virus ataupun bakteri dan mikroba yang hendak menyerang tubuh. Segala hal yang dirasa asing dan masuk melalui hidung akan dikeluarkan kembali melalui bersin. Melihat kenyataan seperti ini maka akan menjadi sangat jelas bahwa bersin bukanlah sekedar rutinitas biasa yang sering manusia lakukan secara refleks, tapi juga memiliki manfaat yang cukup besar bagi tubuh dan nampaknya inilah hikmah dari

dianjurkannya ber-tamīd setelah bersin.

Melihat hadis dari aspek lain di luar hadis itu sendiri menjadi lebih menarik, karena hadis akan terasa tidak satu arah untuk dikaji. Seperti halnya hadis yang mengungkapkan bahwa men-tasmit orang yang bersin hanya disyariatkan cukup sampai tiga kali dan selebihnya tidak

dianjurkan untuk di-tasmit dengan alasan jika sudah lebih dari itu, maka seseorang sedang

terjangkit penyakit. Setelah dikaji melalui ilmu medis, ternyata hal ini berjalan seirama, di mana menurut ilmu medis, jika seseorang bersin secara sering dan berkala itu merupakan salah satu

indikasi bahwa orang itu sedang dalam kondisi tidak baik. Bisa jadi orang itu sedang flu, atau

bisa juga terjangkit renitis alergic ataupun non-alergic dan lain-lain. Sehingga orang yang

sedang menderita seperti itu tidak dianjurkan untuk di-tasmit melainkan lebih dianjurkan


(9)

vii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Metodologi Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN MEDIS SEPUTAR BERSIN A. Definisi, Anatomi dan Fisiologi Hidung ... 13

B. Definisi dan Urgensi Bersin ... 17

C. Mekanisme Bersin ... 20

D. Fakta Seputar Bersin ... 21


(10)

viii

2. Jantung Serta Kaitannya Dengan Bersin ... 22

E. Bahaya Menahan Bersin ... 22

F. Rinitis ... 24

1. Rinitis Alergi ... 24

a. Pengantar ... 24

b. Penyebab Rinitis Alergi ... 25

2. Rinitis non-Alergi ... 26

a. Rinitis Vasomotor ... 26

b. Rinitis Infeksi ... 27

c. Rinitis Hormonal ... 27

d. Rinitis Gustatori ... 27

BAB III TELAAH HADIS SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim ... 29

B. Etika Bersin Dalam Islam ... 33

1. Adab Bagi Orang Yang Bersin ... 33

a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin ... 33

b. Hendaklah Meletakkan Tangan atau Baju ke Mulut dan Merendahkan Suara Ketika Bersin ... 44


(11)

ix

2. Non-Muslim Yang Bersin Meskipun Ia Memuji Allah .. 50

3. Orang yang Telah Bersin Lebih Dari Tiga Kali ... 51

4. Orang yang Bersin di Dalam Shalat ... 53

BAB 1V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran-saran ... 59

Daftar Pustaka ... 61


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur‟an. Dilihat dari

periwayatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Qur‟an. Al-Qur‟an periwayatan semua

ayat-ayatnya secara mutawătir, sedang hadis Nabi, sebagian periwayatannya secara

mutawătir dan sebagian lagi secara ahād. Karenanya, al-Qur‟an dilihat dari segi

periwayatannya mempunyai kedudukan qaţ’ī al-wurūd dan sebagian lagi zannī

al-wurūd, sehingga tidak diragukan lagi orisinalitasnya. Berbeda dengan hadis Nabi

yang berkategori āhād, diperlukan penelitian terhadap orisinalitas dan otentisitas

hadis-hadis tersebut.

Untuk hadis-hadis yang periwayatannya secara mutawātir, diperlukan

pemaknaan yang tepat, proporsional dan representatif terhadap hadis tersebut melalui

beberapa kajian, di antaranya kajian linguistik,1 kajian tematis komprehensif,2 kajian

konfirmatif3 dan kajian-kajian lainnya dalam rangka pemahaman teks hadis tersebut.4

1

Penggunaan prosedur-prosedur gramatikal bahasa Arab mutlak diperlukan dalam kajian ini, karena setiap teks hadis harus ditafsirkan dalam bahasa aslinya.

2

Mempertimbangkan teks-teks hadis lain yang memiliki tema yang sama dengan tema hadis yang dikaji untuk memperoleh pemahaman yang tepat, komprehensif dan representatif.

3

Konfirmasi makna yang diperoleh dengan petunjuk-petunjuk al-Qur‟an.

4

Kajian – kajian lanjutan seperti kajian atas realitas, situasi, problem historis makro atau mikro, pemahaman universal dan pemaknaan hadis dengan pertimbangan realitas kekinian dengan pertimbangan metode yang ditawarkan Syuhudi Ismail, Yusuf Qardhawi dan Musahadi HAM.


(13)

Hadis dapat dipahami secara tekstual dan kontekstual. Tekstual dan kontekstual adalah dua hal yang saling berseberangan, seharusnya pemilahannya seperti dua keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan secara dikotomis, sehingga tidak semua hadis dapat dipahami secara tekstual dan atau kontekstual. Di samping itu ada hal

yang harus diperhatikan seperti yang dikatakan Komaruddin Hidayat5 bahwa di balik

sebuah teks sesungguhnya terdapat sekian banyak variabel serta gagasan yang tersembunyi yang harus dipertimbangkan agar mendekati kebenaran mengenai gagasan yang disajikan oleh pengarangnya.

Dalam melihat sebuah hadis, kita tidak bisa serta merta langsung meyakini bahwa hadis tersebut adalah shahih, melainkan kita patut untuk melakukan sebuah pengkajian kualitas sebuah hadis demi memberikan keyakinan penuh dalam pengaplikasiannya.

Untuk menentukan kualitas sebuah hadis diperlukan serangkaian penelitian, selain serentetan metodologi (kaidah) yang digunakan untuk menentukan kualitas sanadnya, juga digunakan metodologi untuk menentukan kualitas matan, karena

kualitas sanad dan matan tidak selalu sejalan.6 Ada kalanya Sanadnya shahih akan

tetapi matannya mardud. Dengan melakukan penelitian matan dapat diketahui matan

sebuah hadis tersebut maqbul atau mardud. Selanjutnya sebagai hasil akhir akan

diketahui kualitas hadith tersebut secara keseluruhan baik dilihat dari sanad dan

5

Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 2

6


(14)

3

matannya. Meskipun penelitian hadith tergolong ijtihadi (relatif), namun paling tidak

dapat diketahui proses penentuan kualitas hadis tersebut.

Dalam agama Islam, banyak sekali perintah-perintah yang terdapat di dalam

hadis Nabi, baik itu yang bersifat ibadah maupun muamalah, baik yang bersifat ḥablu

min Allah ataupun ḥablu min al-nãs. Salah satu contoh kongkritnya adalah hadis seputar bersin. Mendoakan orang bersin merupakan hak Muslim atas Muslim lainnya. Seperti yang tertera pada hadis berikut:

Telah menceritakan kepada kami Yaḥya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn

Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibn Ja'far dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara. Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta

nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid,

doakanlah semoga dia memperoleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah

dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.8

7

Al-Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥusain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī al-Naisaburī, Musnad al-Ṣaī al-Mukhtaar min al-Sunan bi naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ilā Rasūl Allāh, kitab salām, bab min aq al-Muslim li al-Muslim Rad al-Salām, no. 5, jilid 1 (Riyadh: Dār al-Ṭaubah, 2006 M), h. 1035. Hadis ini juga terdapat di dalam al-Tirmidzi, no 2661; al-Nasa‟i, no. 1912; Abu Daud, no. 43375; Ibn Majah, no. 1423, 1424, 1425; Ahmad bin Hanbal, no. 636, 5103, 7922, 8321, 8334, 8490, 8671, 8973, 10543, 21310; al-Darimi, no. 2519

8

Hadis ini tergolong hadis yang ṣ aī. Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al-Salām.


(15)

Bersin adalah tindakan refleks untuk mengeluarkan udara semi otonom yang terjadi dengan keras dan secara tiba-tiba lewat hidung dan mulut akibat iritasi di

saluran hidung.9 Bersin atau yang biasa disebut dalam bahasa Inggris dengan

sneezing adalah kegiatan manusia yang hampir rutin dilakukan setiap harinya dan terkadang berada di luar kontrol manusia. Namun demikian, Islam sebagai agama rahmatan li al-‘ãlamīn tetap memberikan perhatian khusus terhadap hal yang nampak sepele seperti bersin tersebut. Hal ini bisa kita lihat di dalam sejumlah hadis-hadis Nabi baik yang berada dalam Shahih Bukhari ataupun kitab hadis lainnya. Namun

tentu bersin yang dimaksud bukan bersin karena sakit pilek dan semisalnya.10

Islam telah menganjurkan kepada pemeluknya segala hal yang bisa mendatangkan kebaikan dan memperingatkan dari segala hal yang bisa mendatangkan kejelekan. Termasuk dalam hal bersin, syariat ini telah membimbing kita dengan beberapa adab yang sangat bermanfaat bagi diri orang yang bersin ataupun orang lain.

Di dalam hadis tersebut ada yang menarik perhatian penulis, ketika mengucap

tamīd sebagai bentuk syukur menjadi salah satu tuntutan etik bagi seorang Muslim

yang bersin, sementara Muslim lainnya dianjurkan menjawab dengan mendoakan orang yang bersin tadi. Bunyi hadis lengkapnya adalah sebagai berikut:

9

Paramita, Kamus Keperawatan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 475

10

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671


(16)

5

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang Muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya."

Jika dihubungkan dengan definisi bersin di atas yang mengatakan bahwa bersin terjadi akibat adanya iritasi yang terjadi di hidung, sedangkan dalam hadis di atas

Nabi justru mengajarkan untuk mengucap tamid bukan istighfar ataupun istirja’

setelah bersin. Tentu hadis ini akan nampak bertentangan dengan definisi bersin tersebut jika dilihat secara sekilas saja.

Bacaan tamid seperti yang terdapat dalam Q. S. Al-Fātiḥaḥ ayat 2; ّ ر هدمحلا

نيمل علا , al-amdu yang berarti segala macam pujian dan li Allah yang berarti hanya

semata-mata untuk Allah. Sehingga secara lengkap kalimat alamdulillah

mempunyai makna penegasan bahwa “segala macam pujian hakikatnya adalah

11 Muhammad bin Isma‟il Abu „Abdullah al

-Bukhari al-Ja‟fiy, al-Jami’ al-Shahih al-Mukhtashar, Kitab: Adab, Bab: Bersin disukai, menguap dimakruhkan, No. Hadith: 5755, (Beirut: Daar Ibn Katsir, 1987)


(17)

berasal dari Allah dan untuk Allah”.12

Kalimat ini merupakan ungkapan terima kasih yang ditunjukkan kepada Allah atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya.

13

Bila hal tersebut diajarkan Nabi untuk diucapkan ketika seseorang bersin, hal ini mengisyaratkan bahwa dalam bersin terdapat sesuatu yang istimewa sehingga patut untuk disyukuri. Hal ini mengundang pertanyaan-perrtanyaan dari Rasulullah tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang akan digunakan sebagai skripsi dengan

judul KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU

MEDIS.

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah dalam skripsi ini berupa:

a. Aspek-aspek esensial apa saja yang terdapat dalam anjuran hadis untuk

mengucap syukur ketika seseorang bersin?

b. Apa Manfaat bersin dari sisi kesehatan, sehingga Nabi menganjurkan

pelakunya mengucap syukur, dan orang lain yang mendengarnya dianjurkan untuk mengucap “yaramukallah”

c. Bagaimana adab ketika bersin dalam Islam?

12

Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), Cet. I, h. 78

13

Muhammad al-Ghazali, Tafsir al-Ghazali: Tafsir Tematik al-Qur’an 30 Juz (Surat 1-26), terj. Safir al-Azhar (Yogyakarta: Islamika, 2004), h. 3


(18)

7

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul di atas, maka penulis perlu untuk melakukan pembatasan pembahasan agar penulisan skripsi ini lebih terfokus, sistematis, dan tidak melebar. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan penelitian terhadap hadis-hadis tentang bersin yang tertuju pada poin-poin di atas dengan mengkaji hadis-hadis yang setema.

3. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, perlu perumusan masalah yang menjadi pokok dalam skripsi ini. Sehingga secara garis besar, yang menjadi pokok dari skripsi ini adalah bagaimana meninjau hadis seputar bersin dengan menggunakan pendekatan ilmu medis.

C. Metodologi Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research) dengan

menggunakan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis dalam bentuk kitab, buku, majalah dan lain-lain yang relevan dengan topik pembahasan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kajian hadis maudhu‟i.


(19)

sehingga kata maudhu’i merupakan lawan kata dari al-raf’u (mengangkat)14. Mustafa

Muslim berkata bahwa yang dimaksud maudhu’i adalah meletakkan sesuatu pada

suatu tempat sehingga yang dimaksud metode maudhu’i adalah mengumpulkan

ayat-ayat yang bertebaran dalam al-Qur‟an atau hadis-hadis yang bertebaran dalam

kitab-kitab hadis yang terkait dengan topik tertentu atau tujuan tertentu kemudian disusun sesuai dengan sebab-sebab munculnya dan pemahamannya dengan penjelasan,

pengkajian dan penafsiran dalam masalah tertentu tersebut15. Menurut al-Farmawi,

Metode maudhu‟i adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu topik atau satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbab al-wurud dan pemahamannya yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran tentang masalah tertentu tersebut16.

Berdasarkan penjelasan di atas, metode maudhū’i harus memenuhi beberapa

unsur yaitu:

1. Menentukan topik atau judul yang akan dikaji

2. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan topik yang telah ditentukan

3. Melakukan pensyarahan atau pengkajian sesuai dengan tema

14

Abȗ al-Husain Ahmad ibn Fāris ibn Zakāriya, Mu’jam Maqāyis al-Lugah (Bairut: Dār al -Fikr, t.th.), vol. 2 h. 218.

15Mustāfā

Muslim, Mabāhis fī al-Tafsīr al-Maudȗ’ī (Cet. I; Damasqus: Dār al-Qalam, 1410 H/1989 M) h. 16.

16

Abd al-Hayy al-Farmāwī, al-Bidāyah fī al-Tafsīr al-Maudȗ’ī Dirāsah Manhajiah Maudȗ’iyah. diterj. Rosehan Anwar dan Maman Abd Jalil, Metode Tafsir Maudhui. (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1423 H/2002 M), h. 44.


(20)

9

4. Memilih salah satu atau seluruh aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis

yang terkait dengan tema.

Sedangkan langkah-langkah pengkajian hadis dengan metode maudhū’i antara

lain dapat dilakukan dengan:

a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas

b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam

satu tema, baik secara lafaz maupun secara makna melalui kegiatan takhrij al-hadis

c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan

memperhatikan kemungkinan perbedaan peristiwa wurudnya hadis (tanawwu‟) dan perbedaan periwayatan hadis.

d. Melakukan kegiatan i‟tibar17 dengan melengkapi seluruh sanad

e. Melakukan penelitian sanad yang meliputi penelitian kualitas pribadi

perawi, kapasitas intelektualnya dan metode periwayatan yang digunakan.

f. Melakukan penelitian matan yan meliputi kemungkinan adanya illat

(cacat) dan syaz (kejanggalan).

17I‟tibar adalah suatu proses yang membandingkan antara beberapa riwayat untuk mengetahui

apakah perawinya itu sendiri meriwayatkan hadis tersebut ataukah ada perawi lain yang meriwayatkannya. Jika ada perawi/sanad yang lain, apakah kedua sanad itu sama di tingkat sahabat ataukah berbeda? Jika sama ditingkat sahabat akan tetapi berbeda ditingkat setelah disebut berarti hadis tersebut ada muta’bi’-nya, jika berbeda ditingkat sahabat maka hadis tersebut ada syahid-nya. Abd Haq ibn Saifuddin al-Dahlawī, Muqaddimah fī Uș ȗl al-Hadīs (Cet. II; Bairut: Dār al-Basyāir al

-Islāmiyah, 1406 H/1989 M), h. 56-57. Bandingkan dengan Mahmud al-Ţahhān, Taisīr Musţalah al -Hadīs, (Cet.II; al-Riyādh: Maktabah al-Ma‟ārif, 1407 H/1987 M), h. 142.


(21)

g. Mempelajari term-term yang mengandung arti serupa

h. Membandingkan berbagai syarah hadis

i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat pendukung

j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep.18

Sumber utama penelitian ini adalah al-Kutub al-Tis'ah yang memuat

hadis-hadis tersebut dengan syarh-nya. Dalam pelacakan dan penelusuran hadis tersebut

dalam al-Kutub al-Tis’ah, penulis menggunakan metode takhrīj hadis dengan

menggunakan kamus hadis melalui petunjuk lafal hadis dengan kitab al-Mu’jam al

-Mufahras li Alfãz al-adīs dan kata kunci (tema) hadis dengan kitab Miftãh Kunūz al-Sunnah. Di samping itu, digunakan juga jasa komputer dengan program CD Lidwa yang mampu mengakses sembilan kitab sumber primer hadis. Sedangkan sumber penunjangnya adalah kitab-kitab dan buku-buku yang relevan dengan kajian ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu sebuah metode yang bertujuan memecahkan permasalahan yang ada, dengan

menggunakan teknik deskriptif yakni penelitian, analisa dan klasifikasi.19 Adapun

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan linguistik, dengan analisis pendekatan ilmu kedokteran untuk mengungkapkan aspek esensial apa saja yang terkandung dari aktivitas bersin tersebut, selain dari aspek normatifnya.

18

Arifuddin Ahmad, Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis. Op.Cit. h. 20-21

19


(22)

11

D. Tujuan Penelitian

Dalam setiap tindakan seorang peneliti tentunya mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan bersin menjadi satu sajian

yang sederhana dan lebih mudah dipahami oleh pembaca.

2. Membantu memberikan kontribusi serta pemahaman dalam dunia pendidikan.

3. Dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi

Islam (S.Th.I) Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Pembahasan

Bahasan studi ini, disusun dalam bab dan sub bab. Adapun sistematika pembahasan penelitian ini sebagai berikut :

Bab Pertama,Pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, sebagai ungkapan inspirasi awal dari penelitian, kemudian pembatasan terhadap masalah yang tertuang dalam rumusan masalah. Langkah berikutnya menentukan tujuan dan kegunaan penelitian, kemudian dijelaskan pula tinjauan pustaka sebagai acuan untuk membedakan penelitian ini dengan kajian yang serupa. Selanjutnya


(23)

dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian hadis ini dan diakhiri dengan rangkaian sistematika pembahasan.

Bab kedua, akan membahas tinjauan medis seputar bersin. Yang meliputi definisi bersin berdasarkan ilmu kedokteran, aspek yang terkandung dalam bersin, bagaimana mekanisme bersin dapat terjadi, serta penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh bersin.

Bab ketiga, akan membahas hadis-hadis seputar bersin dengan menggunakan metode tematik (maudhu‟i). Adapun yang akan menjadi sub bahasan pada bab ini adalah seputar hadis anjuran mengucap syukur bagi orang yang bersin, hadis tentang perintah mendoakan orang yang bersin dan bagaimana Islam mengajarkan adab ketika bersin.

Bab keempat, berisi Penutup, yang meliputi; Kesimpulan, yang berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan Saran, berisi saran-saran seputar isi serta esensi terhadap hasil penelitian yang ditulis.


(24)

13

BAB II

TINJAUAN MEDIS SEPUTAR BERSIN

A. Definisi, Anatomi dan Fisiologi Hidung

Secara anatomi, hidung adalah penonjolan pada vertebrata yang mengandung

nostril yang menyaring udara untuk pernapasan.1 Hidung adalah bagian yang paling

menonjol di wajah dan meskipun tidak mutlak untuk hidup, hidung memiliki banyak fungsi, di antaranya; hidung adalah organ indera penghidu (penciuman) yang juga membantu indera pengecapan dengan membedakan ciri makanan. Organ ini juga membantu mengatur kelembaban udara yang diinspirasi, berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel dari udara inspirasi dan juga berperan dalam resonansi bicara dan

pengaturan aliran udara selama inspirasi2. Meskipun kita dapat bernapas melalui

mulut dan hidung, namun bernapas melalui hidung lebih mudah, berdaya guna dan

menyenangkan.3 Udara yang sangat panas, dingin, dengan kelembaban tinggi atau

rendah dan mengandung polusi berat, diolah terlebih dahulu oleh hidung sehingga tidak menimbulkan gangguan. Hidung berfungsi pula sebagai panca indera yang

dapat membedakan udara busuk dari yang baik.4

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Hidung, diakses pada 27 Maret 2014, pukul 14:00

2

Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72

3

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 95

4

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 96


(25)

Hidung terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Hidung bagian luar adalah suatu struktur berbentuk piramid yang terletak di sepertiga tengah wajah. Struktur

hidung manusia terdiri dari tulang, tulang rawan, jaringan fibrosa dan kulit5. Dan fitur

eksternal dari hidung atau jenis hidung tergantung pada tulang dan tulang rawan. Menurut bentuk dan ukuran hidung manusia, mereka dapat diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda seperti Romawi atau bengkok, Yunani atau lurus, Nubia, elang, pesek, dan pergantian up jenis. Ras manusia dapat diidentifikasi dengan jenis hidung, misalnya, orang Eropa memiliki panjang, sempit, elevasi besar (ketinggian ujung hidung di atas bibir), dan vertikal mengatur lubang hidung.

Kerangka hidung juga dibentuk oleh tulang-tulang etmodialis, sfenodialis, maksilaris, dan frontalis. Hidung internal (bagian dalam) terletak di antara atap mulut dan dasar kranium dan terletak di sebelah anterior terhadap nasofaring. Udara masuk

ke dalam rongga hidung kanan dan kiri melalui dua lubang hidung (nares)6. Septum

nasalis yang membagi hidung menjadi dua terletak di garis tengah. Septum memiliki kerangka tulang dan tulang rawan. Tulang rawan membentuk bagian anterior (kolumela), sedangkan vomer dan lempeng perpendikularis tulang etmoidalis

membentuk bagian atas, bawah dan posterior.7

5

Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72

6

Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, (Jakarta: Grasindo, tt.), h. 68

7

Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72


(26)

15

Tepat di pintu masuk lubang hidung terdapat vestibula, yang dilapisi oleh kulit dan rambut kaku, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel agar partikel tersebut tidak masuk ke dalam paru. Setelah vestibula, lapisan dalam dari bagian interior hidung sampai ke paru terbentuk dari membran mukosa. Tulang-tulang turbinatus (konka) dijumpai di dinding-dinding lateral masing-masing rongga. Fungsi utama tonjolan ini adalah melembabkan dan mengatur suhu udara. Dengan demikian, tulang-tulang ini memiliki ketebalan dan vaskularisasi terbesar di hidung.

Tulang wajah di sekitar wilayah hidung berisi sinus. Secara anatomis, sinus adalah rongga udara berongga yang dilapisi oleh selaput lendir (mirip dengan rongga

hidung), dan mereka juga dikenal sebagai sinus paranasal8. Ada empat sub kelompok

sinus, diklasifikasikan berdasarkan tulang yang sinus yang hadir. Mereka frontal, maksila, ethmoid, dan sphenoid sinus. Di antara keempat sinus, sinus ethmoid terletak di sekitar area jembatan hidung. Kelainan pada salah satu sinus paranasal

menyebabkan masalah sinus9.

Hidung adalah bagian yang penting dalam melakukan proses pernapasan selain

pangkal tenggorokan (larink)10, batang tenggorokan (trachea)11 dan paru-paru12. Pada

8

Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 74

9

http://www.biologi-sel.com/2013/06/struktur-hidung-manusia.html, diakses pada 27 Maret 2014, pada pukul 16:35

10

Pangkal tenggorokan (larink) adalah bagian yang membesar di bagian atas trakea vertebrata yang pada manusia sering disebut dengan jakun. Lempeng-lempeng tulang rawan dalam dindingnya digerakkan oleh otot untuk membuka dan menutup glotis. M. Abercrombie (dkk.) Kamus Lengkap Biologi, h. 362

11

Batang tenggorokan (trachea) adalah saluran napas antara larin dan paru-paru yang memiliki banyak kelenjar lendir. Saluran ini tersusun atas tulang rawan yang elastis sehingga mudah


(27)

proses pernapasan, udara yang memasuki hidung mengalami tiga perlakan agar hasil dari pernapasan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Perlakuan pertama adalah

penyaringan udara yang dilakukan oleh rambut-rambut halus (silia)13 dan selaput

lendir yang berada di posisi paling depan dalam rongga hidung. Pada bagian ini, bila ada debu yang masuk akan disapu oleh rambut halus dan keluar dengan udara pernapasan yang keluar. Tetapi bila hal ini tidak berhasil, maka kotoran tadi akan dilarutkan oleh lendir hidung yang kemudian menjadi ingus. Kemudian setelah mengalami penyaringan, suhu udara yang masuk disesuaikan dengan suhu tubuh, hal

ini terjadi di bagian hidung yang berlekuk yang disebut conchae14. Lalu setelah

penyesuaian tersebut, udara lalu diatur kelembabannya.

Jadi, hidung berfungsi untuk melembabkan udara yang dihirup dan sebagai filter terhadap gas-gas, bahan kimia dan bahan-bahan lain yang berbahaya. Bila bahan tersebut dapat lolos dan masuk ke saluran napas bagian bawah, akan timbul refleks

membesar untuk memasukkan oksigen lebih banyak ke paru-paru. Wildan Yatim. Kamus Biologi

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), cet. II, h. 834

12

Paru-paru adalah organ pernapasan pada mamalia, reptilia, amphibia, dan burung yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Pada mamalia, paru-paru memiliki dua kantong elastis yang dapat dikembangkempiskan sedemikian rupa sehingga udara pernapasan keluar masuk secara terus-menerus. Collins Gem, Kamus Saku Biologi, terj. Nawangsari S. (Jakarta: Erlangga, 1996), cet. I, h. 97

13

Silia atau Rambut getar adalah tonjolan gerak sel yang bergerak atau mengayuh ke satu arah dan kembalinya meliuk rendah. Keseluruhan silia yang menyusun permukaan suatu saluran bergerak berirama yang bila dilihat di bawah mikroskop elektron tampak seperti pada ilalang yang ditiup angin. Pada hewan tingkat tinggi termasuk manusia, silia terdapat pada jaringan epitel selaput yang dimiliki oleh saluran napas dan saluran kelamin. Wildan Yatim, Kamus Biologi, h. 217

14


(28)

17

batuk untuk mengeluarkannya. Tetapi bila bahan-bahan tersebut sampai juga di paru,

maka akan menimbulkan radang dan mungkin kerusakan yang menetap15.

Hal-hal yang dapat mengganggu fungsi hidung antara lain:16

 Udara sangat kering yang ditimbulkan pemanasan rumah atau pabrik

yang berlebihan

 Asap (rokok, dapur, pembakaran sampah, dan lain-lain)

 Dekongestan dalam bentuk tetes atau semprot hidung yang berlebihan

 infeksi

B. Definisi dan Urgensi Bersin

Bersin adalah tindakan refleks untuk mengeluarkan udara semi otonom yang terjadi dengan keras dan secara tiba-tiba lewat hidung dan mulut akibat iritasi di

saluran hidung.17 Udara ini dapat mencapai kecepatan 70m/detik (250km/jam).18

Sebenarnya bersin merupakan proses yang normal, karena bersin merupakan reaksi penyesuaian untuk menyingkirkan ingus yang mengandung partikel atau gangguan

asing dan membersihkan rongga hidung.19 Pada saat bersin, tubuh berusaha untuk

mengeluarkan benda-benda yang dapat menyebabkan iritasi misalnya; bakteri, virus

15

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 96

16

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 97

17

Paramita, Kamus Keperawatan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 475

18

Ada pula yang mengatakan bahwa kecepatan bersin manusia mencapai 161 km/jam

19

Dr dr Anies Mkes PKK, Seri Kesehatan Umum Pencegahan Dini Kesehatan: Berbagai Penyakit dan Gangguan Kesehatan yang Perlu diwaspadai dan Dicegah Secara Dini, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005), h. 100


(29)

dan mikroba lain yang berasal dari saluran pernapasan yang keluar melalui mulut dan hidung bersama butiran-butiran air yang berukuran sangat kecil (diameternya antara 0,5 hingga 5 µm), sekitar 40.000 butir air seperti itu dapat dihasilkan dalam sekali

bersin.20 Hal inilah yang menyebabkan penyebaran influenza.21 Namun sebenarnya

ini bukan hanya gejala penyakit influenza saja, melainkan juga merupakan gejala penyakit pernapasan (misalnya rhinitis dan salesma).

Pemicu bersin pada satu orang berbeda dengan orang yang lain, demikian pula

dengan volume, intensitas dan gaya bersin yang dikeluarkan.22 Dan biasanya, bersin

bisa juga di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Aliran udara yang masuk akan melewati rongga hidung yang diselimuti

selaput lendir hidung, bila selaput lendir ini terkena dengan bahan-bahan iritan atau alergen maka akan timbul bersin. Sejumlah faktor iritasi dan dapat membuat bersin: asap, polusi, jamur, debu, merica, udara dingin, serbuk

sari23, asap atau bau yang kuat, bulu binatang.

2. Bersin bisa juga timbul karena adanya peradangan (rhinosinusitis), benda

asing, infeksi virus atau sebuah reaksi alergi/rhinitis alergi, rhinitis

20

http://id.wikipedia.org/wiki/Bersin, diakses pada 18 Maret 2014, pada pukul 16:00

21

Bellinda Gallagher (ed.), Encyclopedia of Questions and Answers (London: Chancellor Press, 2000), h. 193

22

Hal ini merupakan pendapat dari R. Eccles, Common Cold and Nasal Research Center Cardiff, Inggris http://health.detik.com/read/2014/03/18/123256/2529060/763/9-fakta-menarik-dan-mencengangkan-seputar-bersin--2-?880006fa, diakses pada 13 Maret 2014, pada pukul 17:00

23

Serbuk sari atau tepung sari adalah sel benih jantan tanaman yng berbunga seperti rumput, gulma dan pohon. Serbuk sari dapat menimbulkan alergi hidung, mata dan asma pada penderita yang menghirupnya. Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 20


(30)

19

nonallergic, pembengkakan dan iritasi pada bagian hidung, seperti dari infeksi.

Peradangan dalam hal ini biasanya adalah berupa sakit flu. Pada saat flu banyak partikel asing dalam hidung. Sehingga sangat di sarankan, pada saat bersin sebaiknya menutup hidung dengan saputangan atau tissue. Karena selain mengandung unsur kesopanan, menutup hidung ketika bersin juga sama artinya menekan menyebarnya kuman penyakit.

Bersin juga bisa timbul ketika wajah kita terkena cahaya atau sinar. “Kecenderungan bersin ketika diterpa cahaya benderang disebut photic sneeze. Ini sebuah sifat genetic yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dialami oleh antara 18 persen hingga 35 persen penduduk dunia. Bersin terjadi akibat gerak reflex yang berfungsi melindungi mata (dalam hal ini ketika orang tiba-tiba masuk ke tempat yang benderang) dan kebetulan hidung tergabung dalam sistem

yang sama.24

Francis Bacon juga mengungkapkan bahwa “Memandang ke arah matahari sungguh membuat orang bersin. Penyebabnya, bukan karena cahaya matahari memanaskan hidung; sebab menutup hidung dari terpaan cahaya matahari, walaupun membuat orang berkedip, akan mengatasinya, akan tetapi penyebabnya adalah cairan otak yang tersedot turun. Sebab ini akan membuat mata berair, dan cairan yang turun

24

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/01/08/jangan-sepelekan-bersin-dan-jangan-menahan-bersin-517450.html


(31)

ke mata kemudian turun juga ke hidung, akibat gerak yang disengaja, dan diikuti dengan bersin, sebaliknya, menggelitik bagian dalam hidung, ternyata bisa menurunkan cairan ke hidung, dan mata dengan sengaja, karena cairan ini juga air. Akan tetapi berdasarkan pengamatan, ketika seseorang tiba-tiba ingin bersin, menggosok-gosok mata sampai penuh dengan air, akan mencegahnya. Alasannya, cairan yang seharusnya turun ke hidung, dialihkan ke mata.”25

C. Mekanisme Bersin

Udara pernapasan yang telah bercampur dengan berbagai polusi, bakteri dan virus tentu dapat mengganggu keseimbangan tubuh bila tidak ada usaha pertahanan tubuh yang mencegah segala macam penyebab gangguan tersebut. Tubuh manusia telah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa dengan otomatis menangkal dan memerngi benda-benda asing semacam debu, bakteri maupun virus agar tidak memasuki tubuh. Hidung merupakan salah satu barisan terdepan dalam usaha

pertahanan tubuh ini.26

Dalam hidung terdapat ujung-ujung saraf dari serat nyeri yang ditemukan

dalam membran rongga hidung dan membran mukosa olfaktorius. Ujung-ujung inilah

yang peka terhadap rangsangan bau yang dihantarkan oleh saraf trigeminus27.

25

Francis Bacon Sylva Sylvarum (London: John Haviland for William Lee, 1653) h. 170

26

Belinda Gallagher, Encyclopedia of Questions and Answers, h. 193

27

Saraf trigeminus adalah saraf otak kelima yang mempunyai tiga cabang. Saraf ini berfungsi untuk mengantarkan rangsang sensoris dari mata daerah sekitar rahang atas dan bawah, termasuk selaput lendir dalam mulut, hidung dan pipi. Wildan Yatim, Kamus Biologi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), cet. II, h. 855


(32)

21

ujung ini juga berperan menimbulkan bersin, imbibisi28 napas dan respon refleks lain

terhadap zat yang merangsang di hidung.29 Pada saat bersin, lidah menutup aliran

udara dan benda-benda asing yang mengganggu tenggorokan digiring ke mulut dan hidung yang pada akhirnya menghasilkan bersin ketika bereaksi dengan ujung-ujung

saraf pada serat nyeri dalam hidung.30

D. Fakta-fakta Seputar Bersin

1. Ketika Bersin Mata Tertutup

Selama bersin akan terjadi stres yang luar biasa pada tubuh, tekanan udara yang cukup penting terletak pada mata, tekanan tersebut akan membuat mata merasa tidak nyaman sehingga secara refleks seseorang akan menutup matanya saat bersin sebagai bentuk perlindungan. Selain itu adanya dorongan saat seseorang akan bersin mempengaruhi berbagai organ tubuh termasuk perut, dada, leher dan wajah. Saat bersin impuls atau rangsangan akan berjalan melalui wajah seseorang yang juga menyebabkan kelopak mata menutup atau berkedip. Respon ini bersifat otomatis atau

tidak bisa dikontrol.31 Hal ini terjadi demi melindungi saluran air mata dan kapiler

darah agar tidak terkontaminasi oleh bakteri yang keluar dari membran hidung.

28

Imbibisi adalah kecendrungan koloid dan substansi yang membentuk gel-gel koloid untuk menyerap air secara pasif secara pasif bertanggung jawab atas penggembungan organ-organ. M. Abercombie (dkk.), Kamus Lengkap Biologi edisi ke-8, terj. T. Siti Sutarmi dan Nawangsari Sugiri (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 328

29

William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20, terj. M. Djauhari Widjajakusumah, dkk (Jakarta: EGC, 2002), h. 182

30

Belinda Gallagher, Encyclopedia of Questions and Answers, h. 193

31

http://kubuskecil.blogspot.com/2012/12/mengapa-saat-bersin-mata-terpejam.html, diakses pada 17 Maret 2014 pada pukul 20:00


(33)

2. Jantung Serta Kaitannya Dengan Bersin

Beberapa mitos mengatakan bahwa ketika bersin jantung akan berhenti selama satu per sekian detik. Namun menurut artikel New York Times, anggapan tersebut hanyalah mitos belaka. Yang terjadi sebenarnya ketika bersin ialah detak jantung akan mengalami pelambatan secara alami. Penyebabnya ialah tarikan nafas sebelum bersin dan stimulasi dari saraf vagus. Meski terjadi pelambatan detak jantung, efeknya sangat minim sehingga mayoritas orang tidak menyadarinya.

E. Bahaya Menahan Bersin

Jika keinginan bersin terjadi saat sedang terlibat perbincangan serius, pertemuan penting atau berada di ruang yang sepi, orang lebih suka untuk

menahannya. Sebaiknya jangan menahan bersin karena bisa berbahaya.32

Beberapa orang mencoba menahan bersin dengan cara menekan hidung mereka sehingga keinginan untuk bersin menjadi hilang. Ternyata menahan bersin justru bisa menjadi masalah yang serius jika sering dilakukan.

Kecepatan bersin yang dimiliki manusia bisa mencapai 161-250 km/jam, sehingga jika seseorang menahan untuk bersin maka tubuh harus menahan kecepatan tersebut secara tiba-tiba. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi fungsi tubuh dan menyebabkan kuman yang seharusnya dikeluarkan malah masuk kembali.

32


(34)

23

“Bersin merupakan kegiatan yang positif karena memiliki fungsi membersihkan faring (rongga antara hidung, mulut dan tenggorakan) dan ini adalah hal yang baik, sedangkan menahan bersih justru berbahaya karena bisa menimbulkan beberapa risiko33

Dr. Roizen mengungkapkan ada beberapa bahaya yang bisa ditimbulkan jika seseorang menahan bersin yaitu:

1. Menyebabkan patah tulang di tulang rawan hidung

2. Mimisan

3. Pecah gendang telinga

4. Gangguan pendengaran

5. Vertigo

Hal ini karena tubuh berusaha menahan kecepatan dari bersin yang tinggi. Cedera yang timbul umumnya mempengaruhi struktur bagian dalam kepala. Emfisema adalah suatu kondisi yang bisa menyerang anak-anak ataupun orang dewasa, kondisi ini sangat berbahaya dan berpotensi mematikan karena dapat membatasi pasokan udara. Tanda-tanda yang muncul biasanya wajah atau leher yang membengkak dan timbul rasa ketidaknyamanan.”Untuk membantu seseorang agar mudah bersin bisa dengan cara melihat cahaya terang, hal ini dapat merangsang saraf

33

Dr Michael Roizen, kepala Wellness Officer Clevelend Clinics, seperti dikutip dari Doctoroz.com, Senin (8/3/2010).


(35)

optik yang melintasi jalur pusat bersin. Selain itu iritasi yang terjadi di saraf dekat pusat bersin juga bisa memicu seseorang untuk bersin,” tambahnya.

Saat seseorang bersin biasanya diikuti oleh keluarnya bakteri atau kuman dari dalam tubuh. Hal ini berguna untuk menjaga hidung agar tetap bersih, karenanya

seringkali bersin terjadi secara berulang-ulang.34

F. Rinitis

1. Rinitis Alergi

a. Pengantar

Di negara yang memiliki empat musim, kita mengenal penyakit yang biasa

disebut dengan summer cold, hay fever35 atau polinosis. Penyakit ini merupakan

sebuah alergi terhadap serbuk sari yang biasanya terjadi pada musim semi sampai akhir musim gugur. Gejala dari penyakit ini biasanya berupa bersin-bersin, hidung

dan mata gatal, berair dan sering disertai dengan tenggorokan gatal dan berlendir36.

Ketiga istilah di atas sebenarnya kurang tepat untuk diterapkan. Karena hal seperti ini lebih dikenal dengan istilah rinitis alergi pada dunia kedokteran. Rinitis (radang hidung) alergi dapat dibagi pada dua bentuk; yaitu tergantung musim (musiman) dan yang tidak bermusim atau terjadi sepanjang tahun (perenial). Di

34

http://moomooblogs.wordpress.com/2013/03/17/hindari-enam-bahaya-akibat-menahan-bersin/

35

Sebenarnya istilah hay fever dirasa kurang tepat, karena tidak ada hubungannya dengan hay (jerami) dan tidak pula disertai suhu badan yang meninggi (fever)

36

Ini merupakan gejala dari penyakit rinitis. Di mana salah satu di antara gejalanya adalah bersin-bersin sehingga penulis merasa perlu untuk membahas ini.


(36)

25

Indonesia sendiri dan di banyak negara, debu rumah, serbuk sari dab spora jamur disebarkan sepanjang tahun dan karena itulah rinitis ditemukan sepanjang tahun pula.

Rinitis merupakan penyakit alergi yang paling sering terjadi dan ditemukan

pada sekitar 20%-30% dari masyarakat37. Penderita dengan rinitis alergi lebih

cenderung untuk menderita asma38 dibanding mereka yang tanpa rinitis alergi.

Komplikasi yang dapat terjadi pada rinitis alergi ialah infeksi saluran pernapasan,

sinusitis dan polip hidung39. Rinitis ini berbeda dengan pilek biasa yang dapat

menimbulkan panas badan.

b. Penyebab Rinitis Alergi

Rinitis sebagai salah satu penyakit alergi dapat disebabkan oleh debu rumah, serbuk sari dan spora jamur yang terhirup. Rinitis alergi terjadi pada keluarga berpenyakit alergi yang sama atau alergi lain seperti asma dan ekzema. Penyebab rinitis alaergi pada seseorang berlainan satu sama lain. Hal ini bisa diketahui dari berbagai uji seperti uji tusuk kulit dan pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti lgE dan alegrannya yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Di samping itu,

37

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 99

38

Asma adalah penyakit paru yang tidak menular dengan ciri-ciri berupa serangan sesak, napas bunyi dan batuk berulang-ulang. Ditimbulkan oleh penyempitan saluran napas yang tidak menetap. Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 116

39

Polip hidung adalah pertumbuhan kecil yang disebut polip pada rongga hidung, sebagai respon peradangan. Polip hidung dapat menyebabkan penyumbatan hidung dan mengganggu indera penciuman sehingga kadang perlu diangkat dengan operasi bila menimbulkan ketidaknyamanan ekstrim. http://kamuskesehatan.com/arti/polip-hidung/, diakses pada; Senin, 07 April 2014


(37)

riwayat penyakit dan pengamatan penderita itu sendiri teruta terhadap lingkungannya

juga sangat penting untuk menemukan penyebab penyakit tersebut40.

2. Rinitis non-Alergi

Bila seseorang mengeluh hidung berair atau tersumbat tanpa disertai rasa gatal

atau berin yang sering kali, mungkin ini adalah gejala dari rinitis non-alergi41. Rinitis

non-alergi terdiri dari beberapa macam, di antaranya:42

a. Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor merupakan sindroma non-alergi yang sering terjadi karena hal ini dipicu oleh perubahan suhu atau cuaca yang terjadi secara mendadak, paparan dengan iritan lingkungan seperti asap rokok, bahan pemutih, asap kendaraan

bermotor, pewangi, dan uap cat.43

40

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 100

41

Perbedaan antara rinitis alergi dan rinitis non-alergi adalah dari rasa gatal atau intensitas bersin yang dialami oleh sang penderita. Jika rinitis alergi disertai rasa gatal pada hidung dan bersin yang sering kali, maka rinitis non-alergi sebaliknya.

42

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h 103

43

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 104


(38)

27

b. Rinitis Infeksi

Rinitis karena infeksi dapat dikategorikan akut atau kronis. Contoh yang akut adalah flu (common cold). Biasanya disebabkan oleh virus dan cendrung menghilang

dalam 7-10 hari dan disertai produk cairan yang jernih.44

c. Rinitis Hormonal

Rinitis hormonal biasanya diinduksi oleh kondisi seperti mensis, ovulasi, hamil,

dan hipotiroidisme.45

d. Rinitis Gustatori

Rinitis gustatori adalah rinitis yang timbul dengan segera dan reaksi lokal terhadap makanan berbumbu dan alkohol (minuman) yang menimbulkan hidung dan mata berair. Rinitis gustatori ini memiliki manfaat untuk yang dapat menguntungkan

si penderitanya yakni membersihkan sinus yang sementara.46

44

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 104

45

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 105

46

Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 105


(39)

28

BAB III

TELAAH HADIS SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU

MEDIS

Pada bab III ini, penulis akan menguraikan jawaban atas rumusan masalah yang telah dipertanyakan pada bab I, yaitu hadis-hadis yang berbicara mengenai bersin serta bagaimana Islam melalui hadis-hadis mengajarkan para pengikutnya etika seputar bersin. Dalam penelusuran hadis mengenai tema tersebut, bila ditempuh

dengan metode takhrij al-hadis bi al-lafẓ menggunakan mu’jam al-mufahras dengan

menggunakan kata dasar ‘aasa, ataupun menggunakan metode pencarian awal

matan. Maka akan didapatkan hasil yang bisa disimpulkan kepada tiga poin besar. Yakni:

1. Mendo‟akan orang yang bersin merupakan hak sesama Muslim. Sebagian hadis-hadis ini terdapat di dalam; al-Bukhari kitab; nikah no. 71, asyrabah no. 28, adab 124, libas 26; Muslim kitab; salam no. 4, libas no. 3, adab 90;

al-Tirmidzi kitab adab no. 45; al-Nasa‟i kitab iman 13, jenazah no. 53; Ibn

Majah kitab jenazah 1; dan Ahmad bin Hanbal jilid 2 no. 12581.

1

Arnold John Wensinck, Mu’jam Al-Mufahras Li Al-fa al-Hâdits al-Nabawî, (Leiden: Maktabah Barbal 1936). Jilid 4, h. 260


(40)

29

2. Apa yang semestinya dilakukan oleh orang yang bersin. Pada poin ini

meliputi beberapa hal:

a. Hendaklah memuji Allah. Hal ini terdapat di dalam al-kutub al-sittah

dengan beragam redaksi. Di antaranya terdapat dalam; al-Bukhari kitab adab, no. 126, Muslim kitab salam, no. 5, al-Tirmidzi kitab adab, no. 3,

Ibn Majah kitab adab, no. 20.2

b. Menutup mulut dan merendakan suara ketika bersin

3. Apa yang semestinya dilakukan oleh yang mendengar orang lain bersin

A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim

Telah menceritakan kepada kami Yaḥya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn

Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibn Ja'far

2

Arnold John Wensinck, Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh al-Hâdits al-Nabawî, (Leiden: Maktabah Barbal 1936). Jilid 4, h. 259

3

Al-Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥusain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī al-Naisaburī, Musnad al-Ṣaī al-Mukhtaar min al-Sunan bi naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ilā Rasūl Allāh, kitab salām, bab min aq al-Muslim li al-Muslim Rad al-Salām, no. 5, jilid 1 (Riyadh: Dār al-Ṭaubah, 2006 M), h. 1035. Hadis ini juga terdapat di dalam al-Tirmidzi, no 2661; al-Nasa‟i, no. 1912; Abu Daud, no. 43375; Ibn Majah, no. 1423, 1424, 1425; Ahmad bin Hanbal, no. 636, 5103, 7922, 8321, 8334, 8490, 8671, 8973, 10543, 21310; al-Darimi, no. 2519


(41)

dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara.

Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab

beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta

nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid,

doakanlah semoga dia memperoleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah

dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.4

Hadis ini tergolong hadis ṣ aīḥ, karena dilihat dari segi kualitas sanad, hadis

ini memiliki sanad yang bersambung, selain itu para perawinya juga dinilai thiqah

oleh para kritikus hadis. Dari segi kualitas matan, hadis ini tidak bertentangan dengan

hadis lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan al-qur‟an dan dapat diterima

dengan akal sehat (logika) sehingga hadis ini juga dapat dinilai ṣ aīḥ dari segi

matan. Dan pada kesimpulan akhirnya, secara keseluruhan hadis ini dapat

dikategorikan kepada hadis yang ṣ aī.

Hadis ini mencantumkan hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Di

antara hak itu terdapat kalimat „bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah

semoga dia memperoleh rahmat‟. Menurut Ibn Abī Jamrah (699 H) sebagaimana

yang dikutip di dalam Fath al-Bāri5, ia mengatakatan bahwa; sekelompok ulama

mengatakan bahwa hukumnya adalah fardhu „ain (kewajiban individu). Hal ini juga

senada dengan yang dikatakan oleh Ibn Qayyim. Ia mengatakan bahwa “ia telah

disebutkan dengan redaksi yang menunjukkan kewajiban secara tegas, juga dengan

4

Hadis ini tergolong hadis yang ṣ aī. Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al-Salām.

Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 249

5

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671


(42)

31

kata „haq‟ yang mengindikasikan kewajiban. Kata ‘alā yang memberi asumsi kuat akan kewajiban, serta dengan lafal perintah yang secara hakikatnya adalah wajib. Ditambah lagi dengan perkataan sahabat „Rasulullah SAW memerintahkan kami‟.”6

Sebagian ulama berpendapat hukumnya fardhu kifayah. Pendapat ini dikuatkan

oleh Abū al-Walid bin Rasyid dan Abū Bakr al-„Arabī serta menjadi pendapat

mazhab Hanafi dan jumhur ulama Hanabilah. Sementara Abd al-Wahhab dan sekelompok mazhab Maliki mengatakan hukumnya mustahab (disukai), satu orang mencukupi jama‟ah merupakan pendapat madzhab al-Syafi‟i7. Namun jika kita lihat

dalam kitab Subul al-Salām, dikatakan bahwa hak yang dimaksud di sini adalah

sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan dan hukum dari masing-masing hak

tersebut memiliki perbedaan satu sama lain8.

Al-Tasmit memiliki arti berdoa kepada Allah untuk seseorang. Selain itu bisa juga bermakna berdzikir kepada Allah atau mengingat Allah atas suatu kejadian. Sedangkan yang berkaitan dengan hadis ini dan hadis-hadis yang akan dibahas selanjutnya adalah mendoakan orang yang bersin, yakni ucapan yang ditujukan

6

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671

7

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671

8Muhammad bin Isma‟il al

-Amir al-Ṣan‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 249


(43)

kepada orang lain berupa yarhamukallah. Menurut al-Farisi hal ini diucapkan karena

orang bersin sedang berada dalam kondisi kesedihan dan tidak tenang.9

Kata “Fasammitu” dengan menggunakna huruf sin (س) dan pada hadis yang

lain menggunakan huruf shin (ش), Tsa‟labah berkata, “Dikatakan, sammattul ‘āis

artinya saya do‟akan dirinya semoga mendapatkan hidayah dan memperoleh akhlak yang lurus.” Ia juga berkata, “Pada asalnya kata tersebut dengan menggunakan huruf

sin hanya saja boleh juga menukarnya dengan huruf shin.”10 Pada dasarnya tashmit

berasal dari shamita-yashmatu yang berarti gembira atas bencana. Sedangkan tashmit

al-‘athas bermakna mendoakan orang yang bersin.11 Jika dilihat secara sekilas, maka kedua pengertian tersebut nampak berlawanan. Akan tetapi, bila melihat hakikat dari bencana yang berupa bersin, memang sewajarnya jika yang terwujud adalah kegembiraan karena bersin pada dasarnya adalah nikmat. Sedangkan dijelaskan oleh Ibn al-Tin bahwa bergembira atas bencana yang dimaksud adalah bencana yang menimpa setan ketika orang yang bersin memuja Allah.

9

Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al-‘Arab, juz 2, h. 46

10Muhammad bin Isma‟il al

-Amir al-Ṣan‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 250

11


(44)

33

B. Etika Bersin Dalam Islam

1. Adab Bagi Orang Yang Bersin

a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; "Dua orang laki-laki tengah bersin di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mendo'akan yang satu dan membiarkan yang lain, maka ditanyakan kepada beliau, beliau pun menjawab: "Orang ini memuji Allah, (maka aku mendo'akannya) dan yang ini tidak memuji Allah."12

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada

kami Ibn Abū Dzi`b telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari

Ayahnya dari Abū Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan

12

Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣaī al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : al-amdi li al-‘is, no. Hadis: 6221 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706


(45)

menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia

sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya."13

Bila meninjau perintah untuk mengucap tamīd setelah bersin seperti tertera

pada hadis di atas, maka hal ini seolah tidak sesuai dengan kenyataan di masyarakat bahwa bersin seringkali diduga sebagai penyakit, karena bersin memang seringkali

menjadi tanda awal bahwa seseorang akan terjangkit penyakit seperti influenza.

Seolah hadis ini menganjurkan untuk mensyukuri penyakit yang tengah menyerang seseorang. Bahkan akan terlihat semakin janggal jika memang dalam keadaan demikian. Akan tetapi hal ini akan menjadi jelas dan berjalan secara beriringan apabila hadis tersebut dihubungkan dengan ilmu medis.

Sebagaimana telah diketahui, membaca tamid merupakan wujud rasa syukur

atas kenikmatan yang telah dianugerahi Tuhan untuk hamba-Nya, maka hal ini sebenarnya bukanlah hal aneh ketika diucapkan setelah bersin. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa ketika menghirup udara pernapasan melalui hidung, udara mengalami beberapa perlakuan ketat agar udara yang masuk tersebut sesuai dengan situasi dalam tubuh manusia. Di hidung yang merupakan benteng pertahanan pertama manusia dari berbagai macam ancaman gangguan dari luar tubuh, udara pernapasan disaring terlebih dahulu oleh silla atau rambut-rambut halus dan selaput lendir dalam hidung agar kotoran-kotoran yang terkandung dalam udara tidak ikut masuk ke dalam saluran pernapasan, terlebih lagi tidak sampai masuk ke

13

Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣaī al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : al-amdi li al-‘is, no. Hadis: 6223 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706


(46)

35

paru. Kemudian setelah itu disesuaikan suhu dan kelembabannya sehingga sedingin atau sepanas apapun udara di luar tubuh tidak mengganggu proses pernapasan dlam tubuh. Bersin merupakan salah satu kegiatan yang refleks yang sering dan wajar dilakukan manusia serta merupakan salah satu cara tubuh untuk memproteksi dirinya sendiri dari benda-benda asing seperti debu dan serbuk sari yang masuk ke dalam hidung agar tidak berlanjut masuk ke bagian dalam tubuh lebih jauh lagi. Sehingga benda asing tersebut dikeluarkan melalui bersin dan menyebabkan tubuh terbebas dari virus, bakteri dan mikroba yang hendak menjangkit ke dalam tubuh sehingga dikeluarkan melalui mulut dan hidung bersama butiran-butiran air yang sangat

lembut.14Maka dalam hal ini Allah telah „menyelamatkan‟ hamba-Nya dari ancaman

penyakit, khususnya penyakit yang penyebab dan penyebarannya melalui saluran

pernapasan, yang paling ringan seperti pilek atau yang lebih serius, seperti pneumonia

yang disebabkan oleh virus. Hal inilah yang nampaknya menjadi sebab dianjurkannya mengucap tahmid setelah bersin. Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat terhindarnya diri dari penyakit yang hendak menjangkit. Hal ini pulalah yang menimbulkan rasa

empati orang lain atas „selamatnya‟ seseorang dari ancaman serangan penyakit,

sehingga dianjurkan untuk mendoakan orang yang bersin dan mengucapkan tamid

dengan mengucapkan yaramukallah karena Allah telah melimpahkan rahmat atau

kasih sayang-Nya kepada orang yang bersin tersebut.

14

Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. (Selasa, 16/09/2014)


(47)

Makna zahir dari hadis ini memiliki konsekuensi wajib, karena adanya perintah secara tegas. Akan tetapi al-Nawawi menukil kesepakatan tentang disukainya hal

itu.15 Bahwa hadis-hadis ini hanya mengandung makna bahwa Allah menyukai orang

yang mengucap tamid ketika bersin dan orang yang menjawab doa orang yang

bersin, bukan berarti Allah mewajibkan kepada orang bersin untuk mengucap tamid

dan menjawab do‟a mereka. Pada 22 hadis semakna dengan yang telah disebutkan di

atas, mayoritas pengucapan tamid merupakan suatu perintah, meliputi “falyaqul”,

qul”, “falyamad” yang terdapat dalam 14 hadis, sisanya menggunakan lafal

amidallah” terdiri dari 4 hadis, “yaqūlu al-amdu li Allah” terdiri dari 2 hadis, faqālalamidallah terdiri dari 1 hadis, dan tanpa adanya perintah secara langsung teriri dari 1 hadis. Sedangkan lafal yang menunjukkan tentang mendoakan orang yang

bersin, menggunakan fi’il amr seperti “walyaqul” sebanyak 10 hadis, dan sisanya

menggunakan kalimat yang menunjukkan pernyataan, seperti lafal “walyarudda,

fayuqālu lahu, qāla lahu, yushammatahu, faqāla lahu”.

Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang menandakan seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah.

15

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 659


(48)

37

Imam Ibn Hajar berkata, “Imam al-Khathabī mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadis di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadis itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk

bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas.16

Bila ditinjau dari ilmu medis, hal ini cukup beralasan. Karena pada dasarnya menguap sering terjadi ketika seseorang merasakan kantuk dan lesu yang dapat menyebabkan terhambatnya aktifitas sehari-hari. Hal ini merupakan suatu gejala bahwa tubuh dan otak sedang membutuhkan oksigen yang jumlahnya dalam tubuh sedang menurun karena kurangnya suplai oksigen dari organ pernapasan. Oleh karena itu, menguap adalah aktifitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut yang bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen tadi dan tidak seperti menghirup napas biasa. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung, maka apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, memungkinkan ikut sertanya berbagai jenis mikroba dan debu bersamaan dengan masuknya udara ke

16

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 682


(49)

dalam tubuh. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi acuan mengapa Allah menyukai

bersin dan membenci menguap.17

Jika disimpulkan kepada beberapa poin, maka hadis ini memiliki maksud sebagai berikut:

 Orang yang bersin tidak dido‟akan kecuali jika ia memuji Allah

dengan mengucap tamid

 Mendo‟akan orang yang bersin itu disyari‟atkan bagi orang-orang yang mendengar seseorang bersin dan mendengar pula ia memanjatkan pujian yang dipanjatkannya. Jika ada seseorang yang bersin namun orang lain tidak mendengar ia memuji Allah, maka tidak

ada keharusan bagi orang lain untuk mendo‟akan orang yang bersin

tersebut18

Hadis mengenai anjuran untuk membaca tamid setelah bersin dan mendoakan

orang yang bersin memiliki beberapa ide pokok yang terkait dengan beberapa

pembahasan dalam al-Qur‟an. Dalam hadis tentang anjuran untuk mengucap tamid

setelah bersin, dan sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa hal itu sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diperoleh. Sehingga dalam hadis ini mengajarkan kepada umat Islam untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang

17

Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. (Selasa, 16/09/2014)

18

M. Abdul Ghoffar, Sharah Riyadh al-Ṣālihīn, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2005), h. 306


(50)

39

besar ataupun yang kecil. Hal ini seperti juga yang diperintahkan Allah dalam al-Qur‟an surat Ibrahim ayat 7:

              

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Dalam ayat ini Allah mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Faedah dan keuntungan yang besar akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu berupa nikmat yang terus bertambah. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur dengan ancaman berupa azab yang sangat pedih kepada mereka. Sedangkan cara mensyukuri nikmat Allah ada dua, yaitu dengan ucapan setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu

menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridhai-Nya.19 Dan

bersin merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita, namun terkadang luput untuk kita syukuri.

Demikian juga mendoakan sesama Muslim juga diajarkan dalam hadis tersebut. Saling mendoakan seperti halnya saling memberi salam merupakan salah satu wujud

dari penghormatan seseorang kepada orang lain. Hal ini terdapat dalam al-Qur‟an

surat al-Nisa‟ ayat 86:


(51)

















Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah

penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah

memperhitungkan segala sesuatu.

Menurut Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya, ayat ini mengajarkan cara lain untuk menjalin hubungan yang lebih akrab lagi, yakni membalas penghormatan

dengan yang sama atau lebih baik. Sedangkan menurut al-Biqā‟i, sebagaimana yang

dikutip oleh Quraish Shihab.20 Ayat ini berpesan bahwa pasti satu ketika kamu akan

mendapat kedudukan terhormat, sehingga ada yang menyampaikan penghormatan

kepadamu. Karena penghormatan bukanlah bagian dari syafa‟at, maka balaslah

dengan segera penghormatan yang diberikan seseorang terhadap dirimu. Penghormatan itu baik dalam bentuk ucapan maupun perlakuan atau pemberian hadiah dan semacamnya. Balaslah penghormatan itu dengan hal yang serupa tidak berlebih dan tidak kurang, atau balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik,

yakni melebihkannya atau meningkatkan kualitasnya21.

Dari penjelasan di atas, walaupun secara tersurat nampak tidak memiliki keterkaitan dengan membalas doa orang yang mendokan kita ketika bersin, tapi

20

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 513

21

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), vol. 2,h. 513


(52)

41

secara tersirat dapat disimpulkan bahwa, apabila seseorang mendoakan kita ketika

bersin maka hendaklah kita membalas penghormatan (dalam hal ini do‟a) orang

tersebut dengan yang serupa bahkan disarankan untuk membalas dengan yang lebih baik.

Adapun macam bacaan tamid itu adalah sebagai berikut:

1. Bacaan “Alamdu li Allah”

Telah menceritakan kepada kami Malik bin Ismā'il telah menceritakan kepada

kami Abdul Aziz bin Abū Salamah telah mengabarkan kepada kami Abd Allah

bin Dinār dari Abū Ṣālih dari Abū Hurairah RA. dari Nabi SAW beliau

bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia

mengucapkan "Al amdu li Allah" sedangkan saudaranya atau temannya

hendaklah mengucapkan "Yaramukallah (semoga Allah merahmatimu), dan

hendaknya ia membalas; "Yahdikumullah wa yulih bālakum (semoga Allah

memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu)."23

22

Setelah dilakukan kegiatan kritik sanad, yang meliputi ketersambungan sanad, kualitas

periwayat, dan keberadaan syaz atau „illat, maka dapat disimpulkan bahwa hadis yang diriwayatkan

oleh al-Bukhari 5756 tersebut dapat diterima dan berkualitas shahih. Karena memiliki sanad yang bersambung dari mukharij hingga kepada Rsaulullah, diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah dan tidak ditemukan kejanggalan maupun cacat dalam sanadnya.

23

Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣaī al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : Idha ‘Aasa Kaifa Yushammat, no. Hadis: 6224 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706


(53)

2. Bacaan “Alamdu li Allah rabb al-‘ālamīn”

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan

kepada kami Abū Ahmad Az Zubairi telah menceritakan kepada kami Sufyan

dari Manshur dari Hilal bin Yasaf dari Salim bin 'Ubaid bahwa dia bersama suatu kaum dalam suatu perjalanan, lalu seseorang bersin dan mengucapkan;

"assalaamu'alaikum", Maka Salim menjawab; “alaika wa ala ummika",

ternyata orang itu merasa tidak enak, maka Salim bertanya; "Bukankah aku tidak mengucapkan selain yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam? Suatu kali seseorang bersin di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

kemudian dia mengucapkan; "assalaamu'alaikum, " maka Nabi shallallahu

'alaihi wasallam menjawab: 'alaika wa ala ummika (keselamatan atas kamu dan

atas ibumu), " jika salah seorang dari kalian bersin, hendaknya mengucapkan "alamduli Allah rabb al-'ālamīn (segala puji bagi Allah), " dan orang yang

menjawabnya mengucapkan "yarhamu kallaah (semoga Allah merahmatimu), "

kemudian ia mengucapkan "yaghfirullāhu lanā wa lakum (semoga Allah

mengampuni kami dan kalian)."24

24

Sunan al-Tirmidzi, al-Jāmi’ al-aī,kitab adab, bab mā Jā‟a Kaifa Tashmit al-Āṭ is, no. Hadis 2741, juz 5, (1975 M), h. 44


(54)

43

3. Bacaan “alamdu li Allah ‘alā kulli āl”

Telah menceritakan kepada kami Mūsā bin Ismā'il berkata, telah menceritakan

kepada kami „Abd al-„Azīz bin Abdullah bin Abū Salamah dari Abdullah bin

Dīnār dari Abū Shalih dari Abū Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian bersin hendaklah mengucapkan 'alamdu li

Allah ‘alā kulli āl (Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan). Dan

hendaklah saudaranya atau temannya mengucapkan yaramukaallahu (semoga

Allah merahmatimu), lalu ia ganti mengucapkan yahdikumullahu wa yulihu

bālakum (semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian dan memperbaiki keadaanmu)."25

Sekelompok ulama berpendapat bahwa melebihkan pujian dengan ucapan „al

amdu’ (segala puji) maka itu lebih baik. Ibn Baṭ al menukil dari al-Ṭabrani bahwa orang bersin memilih antara mengucapkan „al amdu li Allah‟ (segala puji bagi

Allah), atau menambahkan „Rabb al-‘ lamīn‟ (Tuhan Semesta alam) atau

menambahkan ‘alā kulli āl’ (atas setiap keadaan). Jadi yang dapat disimpulkan dari

pernyataan ini adalah bahwa, dari semua dalil yang ada itu semua boleh diaplikasikan. Namun siapa yang lebih banyak pujiannya niscaya itu lebih utama dengan catatan pujian-pujian tersebut ada riwayat yang jelas. Al-Nawawi berkata di

kitab al-Adhkār, “para ulama sepakat bahwa pada orang bersin disukai untuk

mengucapkan al amdu li Allah. Apabila dia mengucapkan „al amdu li Allah Rabb

25

Al-Imām Abī Dāud Sulaiman bin al-Ash‟ath, Sunan Abī Dāud, juz 2, no. Hadis 5033


(55)

al-‘ lamīn‟ maka itu lebih baik. Sekiranya dia mengucapkan „al amdu li Allah ‘alā

kulli hāl‟ maka itu lebih utama26

.

b. Hendaklah Meletakkan Tangan atau Baju ke Mulut dan Merendahkan

Suara Ketika Bersin

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada

kami Yaḥya dari Ibn Ajlan dari Sumay dari Abū Ṣalih dari Abū Hurairah ia

berkata, "Rasulullah SAW. jika bersin meletakkan tangan atau kainnya di

mulut, lalu beliau menahan, atau beliau meredam suaranya dengannya -Yaḥya

masih merasa ragu-."Mengecilkan suara ketika bersin27

Bersin merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengeluarkan udara pernapasan yang telah bercampur dengan berbagai polusi, bakteri dan virus yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Hal ini tentu sangat baik jika dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang. Namun, yang harus diperhatikan adalah ketika terjadi bersin, seseorang dianjurkan untuk menutup hidung dan mulutnya karena ketika bersin itu disemburkan maka secara otomatis virus dan kuman akan ikut terbawa ke luar, lalu jika mulut dan hidung tidak ditutup, maka virus dan kuman itu akan tersebar

26

Al-Imām Muḥyiddīn Abī Zakariyya Yaḥya bin Sharaf al-Nawawī al-Dimshiqī, al-Adhkār al-Nawawiyyah, (Indonesia: Dār Ihyā‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t.), h. 231

27

Al-Imām Abī Dāud Sulaiman bin al-Ash‟ath, Sunan Abī Dāud, juz 2, Kitab: Adab, Bab: kam marratan yashammatu al-‘is, no. Hadis 5034 (al-Qāhirah: Dār Ibn al-Haitham, 2007 M), h.493


(1)

78

F. Hadis-hadis tentang Larangan Mendoakan Orang non-Muslim yang Bersin

 H. R. Al-Tirmidhi, no. 2663

 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 18764

G. Hadis-hadis tentang Anjuran Menutup Mulut dan Mengecilkan Suara Ketika Bersin


(2)

79

 H. R. Al-Tirmidhi, no. 2669

 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 9285

H. Hadis-hadis tentang Mendoakan Orang yang Bersin dalam Shalat  H. R. Muslim, no. 836


(3)

(4)

81

 H. R. Abu Daud, no. 795


(5)

82


(6)