Kehidupan Sosial Ekonomi Petani

yang ingin bermitra dengan perusahaan. Seperti yang diutarakan oleh Sr Lk, 55 tahun selaku salah satu peminjam dana kemitraan dari perusahaan: “Ketika mendapat informasi dari saudara yang juga bermitra dengan perusahaan, saya tertarik dan mencari tahu tentang program tersebut. Karena persyaratannya yang tidak terlalu sulit dan juga bunga yang yang tidak terlalu besar, akhirnya saya mengajukan proposal kepada perusahaan atas nama kelompok tani Sambirejo dan disetujui. Dana ini saya gunakan untuk mengembangkan usaha pertanian” Sumber: Hasil wawancara, 11 Mei 2010 Hal yang sama juga diutarakan oleh S Lk, 39 tahun “Saya telah mendengar tentang program kemitraan, dan kemudahan dalam meminjam uang untuk modal mengembangkan usaha dan juga bunga yang kecil. Karena itu saya berniat mengajukan pinjaman juga ke perusahaan, namun atas nama pribadi bukan atas nama kelompok tani. Saat ini saya sedang membuat proposal untuk pengajuan rencana tersebut, dan yang saya dengar masih ada juga beberapa kelompok tani yang ingin mengikuti program tersebut” Sumber: Hasil wawancara, 7 Mei 2010 4.2.3 Peranan Pengembangan Masyarakat community development PTPN II dalam Meningkatkan Kemandiran Petani

4.2.3.1 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani

Desa Sambirejo terdiri dari IX dusun, dan memiliki masyarakat yang homogen, bukan hanya dari segi mata pencahariannya, yaitu petani, tetapi juga berdasarkan ras mayoritas suku jawa asli dan menganut agama islam, dan pada umumya adalah penduduk asli, karena turun temurun biasanya akan menetap di daerah tersebut dengan pekerjaan yang sama. Masyarakat pendatang pada umumnya Universitas Sumatera Utara secara tidak langsung juga akan terpengaruh oleh cara hidup penduduk asli, terutama dari segi bahasa dan pola hidup masyarakat lokal. Cara hidup petani yang sudah turun temurun telah menjadi tradisi dan kebiasaan hidup masyarakat setempat. Mayoritas pekerjaan pokok masyarakat setempat adalah sebagai petani, dengan pola pikir yang hampir sama juga, sehingga sangat mempengaruhi pola kehidupan mereka yang umumnya homogeny sangat bergantung pada pertanian sebagai petani atau buruh tani sehingga penghasilannya musiman atau harian seperti yang dikemukakan oleh Sr Lk, 55 tahun sewaktu wawancara: “Kerja sebagai petani tidak menentu dan tidak dapat dipastikan, sama seperti petani lain pada umumnya. Kalau kita hanya bekerja sebagai petani, maka penghasilan yang kita dapatkan juga musiman yaitu beberapa bulan sekali setelah panen padi. karena itu kami harus pandai-pandai dalam mengelola keuangan rumah tangga bagimana cara dengan pendapatan yang musiman itu bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup beberapa bulan kedepan sampai panen kembali. Tapi apabila ada yang bekerja sampingan sebagai buruh tani atau pun pekerjaan sampingan lainnya maka akan mendapatkan penghasilan bulanan” Sumber: Hasil wawancara 11 Mei 2010 Kehidupan sosial ekonomi yang demikian tidak dapat dipungkiri bahwa menjadi suatu kondisi dan masalah bagi petani karena seperti yang diketahui bahwa di Desa Sambirejo yang mayoritas penduduknya adalah petani umumnya bertani padi, dimana sawah yang ada adalah jenih sawah tadah hujan yang hanya dapat digunakan untuk produksi sekali dalam setahun ketika musim hujan tiba. Selain itu skill atau kemampuan masyarakatnya memang lebih berpotensi di bidang pertanian dibanding yang lainnya. Karena itu bila sedang tidak musim hujan, para petani mengusahakan Universitas Sumatera Utara untuk bertani tanaman lain yang dapat bertahan di musim kemarau sekalipun dengan bantuan mesin pompa air yang mengambil air dari sumur yang dibuat warga. Karena itu jika tidak sedang musim hujan mereka menanam palawija, kacang-kacangan, cabe, atau sayur-sayuran yang juga dapat mereka konsumsi sendiri agar dapat membantu menghemat biaya hidup mereka. Sadar akan kenyataan tersebut maka sering ditemukan petani yang ikut dalam suatu program pemerintah ataupun swasta yang dianggap dapat membantu dan mengembangkan petani di desa ini seperti penyuluhan ataupun pengembangan masyarakat. Kondisi sosial yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari di pemukiman petani di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat umumnya cukup baik, masyarakat disini umumnya tinggal dirumah mereka sendiri dan jarang yang mengontrak. Namun walaupun begitu kondisi jalan di desa ini belum sepenuhnya dapat dikatakan baik, karena hanya jalan utama desa ini saja yang sudah diaspal beton tetapi jalan-jalan menuju dusun dan rumah-rumah warga masih jalan bebatuan biasa. Untuk fasilitas air bersih, rata-rata rumah tangga menggunakan air sumur, karena menurut warga kualitas air sumur di desa ini cukup bersih dan baik. Tidak berwarna dan tidak berbau. Namun tidak dapat dipungkiri air limbah yang digunakan untuk mengaliri sawah juga ikut merembes kedalam air sumur warga, sehingga pada musim giling tiba air sumur warga ada yang berubah menjadi bau dan sedikit berwarna keruh jika digunakan untuk mencuci pakaian berwarna putih akan meninggalkan sedikit noda. Namun sejauh ini setelah air sumur itu dimasak tidak lagi berbau dan sampai dengan saat ini tidak menggangu kesehatan warga. Seperti yang diutarakan St Pr, 40 tahun: Universitas Sumatera Utara “Sebenarnya air sumur yang berada yang di dekat saluran irigasi akan menjadi sedikit tercemar yaitu berbau dan juga berwarna tidak keruh. Tetapi sejauh ini tidak berbahaya untuk dikonsumsi, hanya jika untuk mencuci baju putih akan terlihat sedikit kusam. Dan itu pun hanya terjadi pada saat musim giling saja, selebihnya tidak. Karena itu kami tidak ingin mengkomplainnya ke perusahaan, karena takut perusahaan malah akan menghentikan pengairan sawah pada musim giling” Sumber: Hasil Wawancara 10 Mei 2010 Untuk keadaan rumah warga, sebagian besar rumahnya sudah terbuat dari batu, dan hanya sedikit yang masih terbuat dari setengah batu dan setengah papan, untuk podasi mereka memang menggunakan batu agar kuat dan apabila memiliki uang maka papan-papan itu akan mereka ganti dengan tembok. Untuk keadaan sanitasi masyarakat juga cukup memadai karena hampir seluruhnya berada di dalam rumah atau rumah induk, dan dari wawancara yang dilakukan sudah sangat jarang yang menggunakan sanitasi yang berada diluar rumah. Kemudian untuk keadaan parit-parit di desa ini juga tergolong bersih dan lancar karena rutin diadakannya gotong royong pembersihan parit dan jalan oleh warga. Dari hasil wawancara dan observasi dilapangan, hubungan sosial masyarakat antar petani di desa ini tergolong sangat baik. Pengenalan dan persaudaraan yang terjalin pada masyarakat juga sangat erat, bukan hanya mereka yang bertempat tinggal dalam satu dusun, tetapi juga antar dusun. Apabila terjadi suatu kejadian baik sukacita pernikahan, khitanan, syukuran, wiritan dan yang lainnya ataupun dukacita atau kemalangan, maka para warga yang berada disekitar rumah yang memiliki hajat akan membantu dengan ikhlas tanpa perlu dibayar kegiatan ini disebut rewang atau membantu bahkan terkadang mereka juga ikut menyumbang keperluan yang Universitas Sumatera Utara dibutuhkan. Dalam kondisi yang demikian akan lebih terlihat nyata kekeluargaan yang sangat erat di Desa Sambirejo ini. Apalagi dengan adanya program itu, kegiatan gotong-royong tidak lagi hanya pada acara-acara saja tetapi juga dalam membersihkan jalan, parit, serta saluran irigasi yang telah dibuat. Seperti yang diutarakan oleh informan S. Spd bahwa: “Kalau untuk interaksi di desa ini saya kira sangat baik sekali, rasa kekeluargaan dan kebersamaan di desa ini masih sangat tinggi. Kalau ada acara di salah satu rumah tetangga, kami akan berkumpul dan membantu dengan ikhlas tanpa harus dibayar. Selain itu kami membentuk kegiatan-kegiatan dan aktif didalamnya. Selain itu budaya gotong-royong di desa ini juga masih terus berjalan dengan rutin, bahkan setelah adanya program itu kami melakukan gotong-royong rutin sekali dalam seminggu untuk menjaga dan membersihkan saluran irigasi yang telah dibuat” Sumber:Hasil wawancara, 11 Mei 2010 Hal ini juga di perkuat dengan pengakuan S Lk, 39 tahun: “Interaksi dan solidaritas di desa ini memang masih tingg, jika kita terkena musibah atau ada acara suka cita akan segera di bantu oleh tetangga-tetangga. Disini tetangga sudah seperti saudara sendiri” Sumber: Hasil wawancara 7 Mei 2010 Baiknya hubungan sosial di desa ini juga terlihat dengan aktifnya Lembaga Masyarakat Desa LMD serta tingginya rasa gotong royong yang dimiliki warga yang dilakukan sekali dalam seminggu, kemudian mereka juga membentuk kelompok keagamaan yaitu perwiritan malam untuk laki-laki dan perwiritan siang untuk ibu yang diadakan rutin seminggu sekali, kemudian masyarakat juga membentuk kelompok tani yang sudah ada dari puluhan tahun yang lalu di Desa Sambirejo ini dan masih aktif sampai sekarang. Di desa Sambirejo ini sendiri setidaknya terdapat 16 Universitas Sumatera Utara kelompok tani. Adapun nama-nama kelompok-kelompok tani di desa ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.2.3.1 Nama-nama Kelompok Tani Desa Sambirejo No Nama Kelompok Tani Tahun Terbentuk Ketua Kelompok Alamat Sekretariat Jumlah Anggota 1 Harapan Maju 1989 Nasib Dusun I 57 Orang 2 Tani Giat 1987 Makmur S Dusun I 43 Orang 3 Bina Tani 1987 Suratno Dusun II 134 Orang 4 Karya Tani 1986 Misno Dusun II 82 Orang 5 Karya Tani II 1987 Ngadimin Dusun II 49 Orang 6 Setia Tani 1987 M. Salim Dusun III 76 Orang 7 Dewi Sri 1987 Izkariman Dusun IV 74 Orang 8 Subur Tani 1987 Nasir Dusun IV 53 Orang 9 Bumi Ayu 1986 M. Irsyad DusunV 50 Orang 10 Tani Abadi 1987 Masludi Dusun V 86 Orang 11 Tunas Baru 1986 Selamat R. Dusun V 45 Orang 12 TaniSubur 1987 Sukarman Dusun VI 116 Orang 13 Suka Tani 1987 Rahman Edi P. Dusun VII 87 Orang 14 Harapan Makmur 1987 Misman Dusun VIII 72 Orang 15 Limau Manis 1986 Wagino Dusun IX 31 Orang 16 Margo Mulyo 1987 Sulaiman Dusun IX 32 Orang Sumber : Profil desa tahun 2010 Universitas Sumatera Utara Walaupun ada 16 kelompok tani di desa ini, namun hal ini tidak memecah masyarakat yang ada dan tidak pernah timbul konflik karenanya. Jumlah kelompok tani di setiap dusun beragam, ada yang hanya satu atau pun lebih dari satu kelompok tani, tergantung jumlah petani yang ada di desa tersebut. Biasanya jarang dalam satu kelompok yang mencapai 100 orang perkelompok selain di dusun IV. Kelompok- kelompok masyarakat, keagamaan, ataupun kelompok tani yang mereka bentuk ini juga akan sangat terlihat perannya pada waktu ada acara khusus di suatu keluarga atau pun pesta rakyat, karena mereka akan sama-sama mempersiapkannya dengan kesepakatan bersama. Selain terjadi peningkatan hubungan sosial di dalam masyarakat dengan adanya program pengembangan masyarakat community development tersebut, juga terdapat perubahan budaya yaitu adanya pesta rakyat dalam menyambut panen raya. Pesta ini dilakukan setahun sekali dan baru mulai diadakan sejak tahun 2006 saat panen perdana setelah selesainya saluran irigasi dan juga awal penggunaan air limbah sebagai air irigasi persawahan masyarakat. Biasanya pesta rakyat ini dihadiri oleh pihak perusahaan, bupati, camat, dinas pertanian dan juga petani Desa Sambirejo dan juga perwakilan petani dari desa-desa sekitar. Dan mulai saat itu juga petani di desa ini rutin mendapatkan perhatian khusus dari dinas pertanian karena dianggap sebagai petani yang paling berkembang di Kecamatan Binjai, hal ini dapat dilihat dari hasil panen dan juga keaktifan dan antusias petani dalam partisipasi program-program pengembangan. Universitas Sumatera Utara Secara sosiologis, setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai essensial, norma-norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena itu dapat dilihat bahwa perubahan-perubahan di suatu bidang secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan perubahan bidang lain. Seperti halnya perubahan dalam meningkatkan taraf hidup pembangunan dalam meningkatkan kemandirian petani, maka dapat pula mempengaruhi dan mengubah sikap, nilai-nilai yang selama ini dianut. Nilai-nilai yang selama ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari luar. Dimana perubahan peningkatan sosial ekonomi serta peningkatan kemandirian ini dikarenakan karena adanya program dari perusahaan. Seperti pendapat Soekanto 2005:306 bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.

4.2.3.2 Jumlah Pendapatan dan Kemiskinan Petani