Konsepsi Land Rent TINJAUAN PUSTAKA

7 2 Teori Lokasi Von Thunen Teori lokasi Von Thunen menyatakan bahwa surplus ekonomi suatu lahan ditentukan oleh lokasi atau jaraknya ke kota. Menurut Von Thunen, biaya transportasi dari lokasi suatu lahan ke kota pasar merupakan input produksi yang penting, makin dekat lokasi suatu lahan ke kota berarti makin tinggi aksesibilitasnya atau biaya transport makin rendah, oleh karena itu sewa lahan akan semakin mahal. Semakin jauh jarak suatu lokasi ke pusat pasar maka biaya transportasi semakin mahal sehingga land rent semakin turun sejalan dengan semakin meningkatnya biaya transportasi. Menurut konsep Von Thunen, nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh kesuburannya tetapi merupakan fungsi dari lokasinya. Von Thunen menganggap bahwa perbedaan ruang friction of space dapat dikompensasi melalui biaya sewa tempat site rents dan transportasi. Gambar 2 mengilustrasikan tingkat rente lahan relatif berdasarkan nilai penggunaan utility, yaitu highest and best use dengan perbedaan jarak dari pusat pasar. Pendekatan Von Thunen mengibaratkan pusat perekonomian adalah suatu kota yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya homogen. Tataguna lahan yang dihasilkan dapat dipresentasikan sebagai cincin-cincin lingkaran yang bentuknya konsentris mengelilingi kota tersebut seperti Gambar 4 Barlowe, 1978. Sumber: Barlowe 1978 Gambar 4 Penentuan locational rent function menurut model Von Thunen. 8 Gambar 4 menggambarkan bahwa nilai land rent yang tercipta merupakan fungsi dari lokasi lahan, dengan asumsi kesuburan lahannya adalah sama. Lokasi lahan dibedakan atas lokasi untuk penggunaan: jasa komersial, industrimanufak- tur, dan pertanian. Cincin A merepresentasikan kegiatan penggunaan lahan untuk jasa komersial di pusat kegiatan ekonomi. Land rent pada wilayah ini mencapai nilai tertinggi karena lokasinya yang berada pada pusat kegiatan ekonomi. Cincin B dan C merepresentasikan kegiatan penggunaan lahan untuk industrimanufak- tur, dan pertanian. Meningkatnya land rent secara relatif akan meningkatkan nilai tukar term of trade jasa-jasa komersial sehingga menggeser kurva A ke kanan. Hal ini mengakibatkan sebagian dari area cincin B kawasan industri terkonversi menjadi A. Demikian seterusnya, sehingga konversi lahan pertanian cincin C ke penggunaan untuk industrimanufaktur cincin B juga terjadi. Dalam sistem keseimbangan pasar, alih fungsi lahan berlangsung dari aktivitas yang meng- hasilkan land rent lebih rendah ke aktivitas yang menghasilkan land rent lebih tinggi. Penggunaan lahan merupakan resultan dari interaksi berbagai macam faktor untuk menentukan keputusan perorangan, kelompok ataupun pemerintah. Oleh karena itu proses perubahan penggunaan lahan sifatnya sangat kompleks. Mekanisme perubahan itu melibatkan kekuatan-kekuatan pasar, sistem adminis- tratif, dan kepentingan politik. Teori ekonomi di atas dapat menjelaskan fenomena konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, yakni melalui analisis rasio persewaan lahan land rent ratio. 3 Teori Nilai Lahan Pertanian Agricultural Rent Teori lain yang menjelaskan tentang nilai land rent dikembangkan oleh Dunn dan Isard dalam Barlowe 1986. Menurut teori ini land rent di setiap lokasi adalah sama dengan nilai dari produk dikurangi biaya produksi dan biaya transportasi. Dalam teori ini diasumsikan hanya ada satu pasar produk pertanian dan hanya ada satu jenis produk pertanian. Rentang nilai antara penerimaan dan biaya dalam kegiatan pertanian merupakan sewa ekonomi. Dalam istilah sehari-hari sewa lahan lebih mempunyai arti contract rent yaitu aktual pembayaran karena menggunakan property orang lain atas dasar 9 kewajiban kontraktual. Sedangkan land rent adalah penerimaan teoritis dari sumberdaya lahan, atau penerimaan ekonomi yang diperhitungkan accrues pada penggunaannya dalam produksi. Definisi yang lain adalah economic rent, yaitu surplus pendapatan yang diperoleh karena menggunakan lahan dalam produksi.

2.3 Hubungan Land Rent dengan Konversi Lahan

Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai manfaat yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya lahan sawah yang digunakan untuk usahatani padi organic dan non-organik. Diharapkan melalui usahatani padi organic ini, selain member dampak positif bagi lingkungan juga mampu member insentif bagi petani untuk tidak mengkonversi lahan sawahnya. Konsep land rent dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan yang bisa diperoleh berdasarkan manfaat dan biaya yang dikeluarkan. Misalkan pada suatu kegiatan usahatani yang ingin memaksimalkan keuntungan menggunakan sejumlah harga input variabel dan input tetap, untuk menghasilkan sejumlah output tunggal. Secara teori land rent pertanian dapat ditingkatkan melalui langkah- langkah antara lain peningkatan produktivitas, peningkatan harga melalui peningkatan kualitas dan daya saing produk, serta peningkatan aksesibilitas melalui penataan kluster komoditi agar tercapai efisiensi ruang. Dari studi data sekunder diketahui bahwa budidaya padi organik metode SRI telah meningkatkan produktifitas lahan maupun kualitas produk, sedangkan harga jual masih bergantung pada ekspor maupun konsumen lokal yang bersifat khusus. Sedangkan dalam hal tata ruang, pemerintah daerah mempunyai program agropolitan yang bertujuan mengoptimalkan lay-out usahatani dengan pemasaran dan pasar sarana input, sehingga biaya transportasi dapat minimal. Peningkatan pendapatan atau land rent dari sektor non pertanian seperti pemukiman dan industri, sementara sektor pertanian tetap atau menurun menyebabkan konversi lahan pertanian ke penggunaan lain tersebut terjadi. Pertanian padi sistem budidaya pertanian organik pada jangka panjang akan meningkatkan land rent dan menjadi insentif bagi petani untuk bertahan di sektor pertanian. Dengan kata lain, konversi lahan pertanian dapat dicegah Gambar 5. 10 Land rent sektor pertanian meningkat menyebabkan terjadi konversi atas tanah peternakan yaitu dari titik P 1 ke titik P 2 . Kabupaten OKUT masih terus berupaya menambah lahan pertanian melalui perbaikan irigasi dan pencetakan sawah. Land rent Pusat kota P1 P2 Jarak dari kota Sumber: Barlowe 1978 Gambar 5 Konversi lahan karena peningkatanan land rent pertanian.

2.4 Penelitian Terdahulu

Utari 2011 yang melakukan penelitian tentang pengaruh faktor internal usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, frekuensi konsumsi dan faktor eksternal suplai dan harga terhadap keputusan rumah tangga untuk membeli atau tidak membeli sayuran organik di Kota Palembang. Hasil penelitian yang diolah menggunakan analisa regresi logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumah tangga dalam mengkonsumsi sayuran organik secara signifikan adalah pendapatan dan harga. Hasil penelitian Azizah 2012 menjelaskan bahwa perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik, diketahui pendapatan atas biaya total rata-rata usahatani organik lebih besar dibandingkan dengan usahatani anorganik. Pendapatan atas biaya tunai rata-rata dari usahatani padi organik pada penelitian ini juga lebih besar dibandingkan usahatani anorganik. Hal tersebut dikarenakan penerimaan usahatani organik lebih besar dibandingkan usahatani pemukiman industri pertanian peternakan