Kesalahan Konjugasi Kata Kerja

71 peserta didik belum menguasai penggabungan kata tersebut sehingga menimbulkan kesalahan. Hal ini termasuk dalam kesalahan yang disebabkan karena faktor kompetensi atau ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman peserta didik tentang aturan penggabungan kata dalam bahasa Jerman. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyawati 2010:11 yang menyatakan bahwa kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, karena kurang pahamnya pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.

b. Kesalahan Konjugasi Kata Kerja

Konjugasi adalah perubahan kata kerja yang disesuaikan dengan kata waktu, Person subjek dan jumlah. Dalam kaidah bahasa Jerman konjugasi kata kerja dimulai dari Stammnya. Stamm ditentukan dengan menghilangkan –en atau n pada kata kerja Infinitiv, selain itu konjugasi kata kerja disesuaikan dengan subjek atau Nominativ yang diiringinya dan ada beberapa jenis subjek yang digunakan dalam bahasa Jerman, seperti ich ‘saya’, du ‘kamu, ‘ sieeres ‘ dia perempuan laki – laki netral’, wir ‘ kita’, ihr ‘kalian’, sie ‘mereka’ dan Sie ‘ anda’. Dalam karangan bahasa Jerman, peserta didik mengunakan subjek ich ‘saya’ adalah dengan menambahkan akhiran –e pada Stamm atau kata dasar atau pokok kata kerja, sedangkan untuk subjek er, sie, es dengan menambahkan akhiran –t pada Stamm atau pokok kata kerja. Pola konjugasi kata kerja bahasa Jerman adalah Stamm + Endung. Meskipun demikian, ada juga kata kerja lain yang memiliki pengkonjugasian yang berbeda, seperti pada kata kerja sein. 72 Kesalahan konjugasi kata kerja banyak dilakukan peserta didik dalam tulisan bahasa Jerman. Hal tersebut disebabkan karena peserta didik tidak mematuhi kaidah atau aturan yang sudah disebutkan di atas. bentuk kesalahan – kesalahan tersebut dapat dilihat dari data berikut; 3.a R.03. Die bekannten Plätze in Yogyakarta heisst Malioboro, Alun-alun Kidul, Kraton Jogja, Monjali, Tamansari, usw. ‘Tempat- tempat terkenal di Yogyakarta adalah Malioboro, Alun- alun kidul, Kraton Jogja, Monjali, Tamansari, dan lain-lain’. 3.b R.03. Die bekannten Plätze in Yogyakarta heissen Malioboro, Alun-alun Kidul, Kraton Jogja, Monjali, Tamansari, usw. Kata yang digarisbawahi pada kalimat 3.a di atas adalah contoh kesalahan pengkonjugasian kata kerja. Peserta didik menambahkan akhiran t pada Stamm kata kerja heiss menjadi heisst seharusnya kata kerja tersebut di konjugasikan dengan menggunakan akhiran en karena bersifat jamak atau plural sehingga seharusnya menjadi heissen seperti pada kalimat 3.b di atas. Contoh lain kesalahan pengkonjugasian kata kerja adalah sebagai berikut: 4.a R.06. Ich findest Yogyakarta ist Sauber, bequem, angenehm, usw. ‘Menurut saya Yogyakarta bersih, nyaman, menyenangkan, dan lain- lain’. 4.b R.06. Ich finde Yogyakarta ist sauber, bequem, angenehm, usw. Kata yang digaris bawahi pada kalimat 4.a di atas adalah kesalahan pengkonjugasian kata kerja finden. Peserta didik mengkonjugasikan subjek ich dengan akhiran st. Seharusnya subjek ich dikonjugasikan dengan akhiran e 73 menjadi finde. Kesalahan lain yang ditemukan pada kalimat 4.a adalah peserta didik menuliskan kata sauber dengan menggunakan huruf kapital, seharusnya kata sauber di tulis dengan huruf kecil karena sauber merupakan kata sifat dan setiap kata sifat harus ditulis dengan huruf kecil selain itu juga kata sauber tidak berada diawal kalimat. Kesalahan- kesalahan ini harus diperbaiki seperti pada kalimat 4.b di atas. Melihat contoh kesalahan dari kalimat di atas, peserta didik masih belum memahami pengkonjugasian kata kerja, baik kata kerja beraturan maupun kata kerja tidak beraturan. Dalam pengkonjugasian kata kerja, peserta didik juga tidak memperhatikan subjek yang digunakan dalam kalimat tersebut sehingga menimbulkan kesalahan. Hal ini disebabkan karena faktor kompetensi, seperti yang dikatakan bahwa kesalahan kompetensi diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa Jerman. Kesalahan kompetensi merupakan penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan disebabkan oleh pengetahuan peserta didik yang sedang berkembang mengenai sistem bahasa kedua, yang disebut error. Jadi, ketika terjadi suatu kesalahan dalam suatu tulisan, peserta didik tidak dengan segera dapat memperbaiki bentuk – bentuk bahasa yang tidak benar.

c. Kesalahan Deklinasi