20
merupakan umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas.
Nurhadi 1995: 228 menyampaikan bahwa dalam bidang pengajaran bahasa , analisis kesalahan berbahasa dapat dipergunakan untuk menunjang
pengajaran bahasa kedua. Dengan analisis kesalahan berbahasa, guru atau perencana pengajaran akan lebih mudah memilih, menyusun, menyajikan,
dan melatihkan bahan pengajaran bahasa yang dikuasai peserta didik. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
kesalahan bertujuan untuk menentukan urutan penyajian, jenjang relatif penekanan, merencanakan latihan dan pengajaran remedial, serta memilih
hal- hal bagi pengujian kemahiran siswa berdasarkan hal atau yang diajarkan dan dapat dipergunakan untuk menunjang pengajaran bahasa kedua.
4. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat beberapa klasifikasi kesalahan berbahasa di antaranya kesalahan morfologi, morfosintaksis,
sintaksis, leksikal, dan ortografi, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Kesalahan Morfologi
Kesalahan morfologi adalah kesalahan yang berkaitan dengan pembentukan kata. Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari
susunan bagian- bagian kata secara gramatikal Verhaar, 1995: 52. Menurut Soeparno 2002: 91 morfologi adalah subdisiplin linguistik
yang mempelajari bentuk dan pembentukan kata. Tataran terendah yang
21
dipelajari oleh morfologi adalah morfem, sedangkan tataran tertinggi yang dipelajari adalah kata kompleks.
Menurut Kridalaksana 2011:159 morfologi morphology adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi- kombinasinya
selain itu morfologi adalah bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata- kata dan bagian- bagian kata yaitu morfem.
Pelz 1996 :115 mendeskripsikan pengertian morfem sebagai berikut: “Ein Morphem ist die kleinste sprachliche Einheit, die eine Bedeutung hat,
mit anderen Worten: Morpheme sind kleinste sprachlichen Zeichnen.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa morfem merupakan satuan terkecil
suatu bahasa yang mempunyai arti, dengan kata lain morfem adalah satuan tanda kebahasaan yang paling kecil.
Pelz juga mengatakan bahwa was das Verhältnis der Begriffe Morphen und Wort betrifft, so sind zwei Gruppen zu unterscheiden: solche Morpheme,
die selbständig als Wort auftreten können frei Morpheme, und solche, die nur als Teil eines Wortes auftreten können gebundene Morpheme. Kalimat
di atas dapat diartikan bahwa morfem dibagi menjadi dua bagian yaitu morfem bebas, yaitu morfem yang bisa berdiri sendiri dan morfem terikat
yaitu morfem yang hanya menjadi bagian dari kata, atau dengan kata lain morfem yang tidak berdiri sendiri.
Morfem adalah bentuk gramatikal terkecil yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bentuk gramatikal yang lebih kecil Soeparno, 2002: 91. Menurut
Chaedar 1985: 101 morfem bisa terdiri dari satu kata tersendiri atau bagian kata. Bagian kata dari morfem dibedakan menjadi dua bagian antar lain
morfem yang pertama disebut morfem bebas dan yang kedua disebut morfem terikat bound morphem. Morfem yang mempunyai arti sendiri disebut base
22
atau root yaitu asal kata, sedangkan morfem yang ditambahkan pada asal kata itu disebut affix imbuhan dan terbagi dua: yang ditambahkan di depan asal
kata disebut prefix, dan yang di belakang disebut suffix. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa morfologi
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang pembentukan kata secara gramatikal yang terdiri dari unsur- unsur terkecilnya yang disebut
morfem. Jadi, kesalahan morfologi adalah kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan pembentukan kata.
b. Kesalahan Sintaksis