Sejarah Berdirinya SKA-PKPA Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis

anak jalanan yang memanfaatkan terminal Pinang Baris sebagai tempat mereka mencari uang. Anak-anak yang bekerja di terminal Pinang Baris ini kebanyakan bekerja sebagai tukang sapu angkot ataupun bus. Namun ada juga anak-anak yang bekerja sebagai pengamen, penjual asongan, kernek angkot atau bus, dan juga pengantar air minum galon.

4.1.2. Sejarah Berdirinya SKA-PKPA

Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA didirikan pada tanggal 21 Oktober 1996 di Medan oleh sejumlah aktivis LSM, dosen dan mahasiswa untuk menyikapi realita anak dan perempuaan pada saat itu. Melihat realita bahwa masih banyak anak yang dilanggar dan terabaikan haknya, dan menjadi korban dari berbagai bentuk tindak kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, diskriminasi, bahkan tindakan yang tidak manusiawi terhadap anak menunjukkan kurang memadainya perlindungan terhadap anak, padahal anak belum cukup mampu melindungi dirinya sendiri. Anak membutuhkan perlindungan yang memadai dari keluarganya, masyarakat dan pemerintah. Lembaga ini dicita-citakan bisa independen, memegang teguh prinsip pertanggungjawaban publik, mengedepankan peluang dan kesempatan partisipasi pada anak dan perempuan, menghargai dan memihak prinsip dasar hak anak serta pluralisme, dan memegang prinsip kesetaraan gender. Universitas Sumatera Utara PKPA memiliki visi dan misi. Visi PKPA adalah terwujudnya kepentingan terbaik bagi anak, sedangkan misinya adalah advokasi kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan danperlindungan anak serta menegakkan hak- hak anak. Yayasan PKPA melaksanakan berbagai program pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak dan perempuan di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh, serta program emergency di berbagai provinsi Indonesia. Adapun program- program reguler yang dilakukan yaitu advokasi litigasi dan non litigasi, rehabilitasi dan reintegrasi, pendidikan informal dan non formal, pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, layanan kesehatan, penelitian, publikasi, pengembangan partisipasi anak, kesiapsiagaan bencana serta program tanggap darurat dalam situasi bencana. Guna implementasi program tersebut, PKPA membentuk Divisi dan Unit diantaranya Divisi Informasi dan Dokumentasi INDOK, Divisi Penelitian dan Pengembangan Litbang, Divisi Pendidikan dan Latihan Diklat, Unit Pusat Pengaduan Anak PUSPA, Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender PIKIR, dan Sanggar Kreativitas Anak SKA. Dari enam divisi dan unit yang telah dibentuk, Sanggar Kreativitas Anak SKA adalah unit layanan yang menangani anak-anak jalanan. Unit layanan Sanggar Kreativitas Anak SKA dibentuk pada tahun 1998 di Pinang Baris, Medan. Berawal dari PKPA menggelar pekan anak jalanan, seminggu sekali mengumpulkan anak-anak jalanan untuk mengajak mereka Universitas Sumatera Utara bermain, makan-makan dan belajar. Kegiatan inilah yang menjadi awal pembentukan rumah singgah. SKA pada awalnya adalah rumah singgah yang fokus pendampingan anak jalanan yang berada di terminal Pinang Baris. Namun pada tahun 1999 nama rumah singgah diganti menjadi Sanggar Kretivitas Anak SKA. Di sanggar inilah mulai diadakan pendidikan informal dan perpustakaan mini untuk anak-anak jalanan. Sanggar ini secara khusus mendampingi dan mengembangkan program pencegahan dan penggalian bakat-bakat yang dimiliki oleh anak jalanan. Beberapa program pencegahan dan pengembangan bakat yang dilakukan oleh SKA-PKPA adalah: a Sekolah Sepak Bola SSB Scorpions. Sekolah sepak bola terbentuk karena melihat mahalnya biaya yang harus dibayar kepada pihak pengelola sekolah sepak bola yang mengakibatkan banyak anak jalanan yang merasa untuk dapat bersekolah sepak bola hanyalah sebuah mimpi angan-angan. Sekolah sepak bola terbentuk berawal dari kerjasama dengan sekolah bola Sinar Sakti. Anak jalanan dampingan SKA diterima sebagai siswa di sekolah tersebut. Setelah melihat kemampuan anak-anak jalanan yang bermain sepak bola sudah bagus, maka diputuskanlah untuk mendirikan sekolah sepak bola sendiri. “Awal berdirinya SSB Scorpions ini diakhir tahun 2005 dan langsung kami daftarkan di Pengda Pengurus Daerah PSSI kota Universitas Sumatera Utara Medan. Untuk bulan dan tanggal pastinya terbentuk abang gak ingat dek karena memang udah cukup lama dan abang juga masih setahun lebih kerja disini. SSB ini sebenarnya ada bukan saja untuk sekedar hobby anak-anak laki-laki yang tidak tersalurkan, tapi cara untuk anak-anak supaya memiliki kemampuan atau skill untuk masa depannya yang lebih baik Hery, staff SKA”. Nama Scorpions diambil dari nama binatang yang berbisa. Nama ini menjadi kekuatan bagi anak-anak untuk dapat mematikan lawannya dipertandingan. Selama SSB Scorpions berdiri, telah banyak melakukan berbagai perlombaan baik bersifat persahabatan, kompetisi lokal ataupun resmi dari pemerintah. SSB Scorpions pernah menjadi juara I di Turnamen Sekolah Sepak Bola Anak se-SUMUT pada tahun 2006. SSB Scorpions saat ini mengalami kemajuan di dalam beberapa teknik bermain bola dan berencana akan mengikuti pertandingan di bulan Oktober. Walaupun saat ini, Sekolah Sepak Bola belum memiliki lapangan sendiri dan masih bekerjasama dengan beberapa lembaga yang lain ataupun pribadi. “Untuk Sepak Bola kita disini dilatih dan ditanggungjawabi sama bang Hery aja dek. Gak ada yang lain, karena hanya bang Hery satu-satunya pekerja laki-laki di SKA. Latihannya itu gak setiap hari dek, dalam seminggu 1-2 kali di lapangan dekat kampung lalang, atau terkadang di daerah binjai. Cuman sekarang yang jadi masalahnya, banyak anak jalanan yang awalnya mau ikut, ternyata gak datang-datang dan sulit dicari. Padahal mereka udah tau kalau di sanggar ada sekolah sepak bola gratis. Anak jalanan ini berpikir lebih baik mereka cari uang daripada harus ikut-ikut main bola Hery, staff SKA.” b Studio Musik. Universitas Sumatera Utara Awal terbentuknya studio musik karena melihat banyaknya anak jalanan laki-laki dan perempuan yang menjadi pengamen sebagai pilihannya yang utama untuk mendapatkan uang dari setiap orang pengguna jalan. Walapun sebenarnya, tidak semua anak jalanan yang menjadi pengamen memiliki suara ataupun permainan musik yang baik. Tetapi dari anak jalanan tersebut ada yang memiliki kemampuan bermain musik dan suara yang bagus, dan bisa menjadi kemampuan untuk masa depan yang lebih baik. Melihat potensi anak-anak ini, SKA pada akhirnya menyediakan ruangan khusus studio musik bagi anak jalanan yang memiliki bakat dalam musik. “Kalau untuk studio musik, lebih banyak anak-anak yang laki-laki datang untuk latihan di studio. Beberapa anak belajar main drum sendiri. Studio musik ini ada untuk menampung dan mengembangkan bakat mereka yang memang senang dengan musik. Dilatih supaya punya modal untuk lebih baik Lia, Koordinator SKA.” Saat ini studio musik di SKA sudah jarang untuk digunakan dikarenakan jarangnya anak yang datang. Pernah juga terjadi, ketika anak-anak diizinkan latihan, anak-anak tidak latihan di dalam ruangan, tetapi menghirup lem di dalam studio. Pada akhirnya, diputuskanlah untuk tidak membuka studio musik secara bebas, hanya ketika akan latihan saja ruangan akan dibuka. c Sanggar Tari dan Teater. Kegiatan sanggar tari dan teater dilakukan khusus untuk anak-anak yang memiliki kemampuan dan hobby menari. Sanggar tari diadakan hampir setiap hari Universitas Sumatera Utara pada sore hari di SKA, sedangkan untuk teater latihan dilakukan ketika ada event- event terntu . Sanggar tari dan teater hanyalah salah satu cara untuk menyalurkan kemampuan anak-anak khususnya perempuan untuk memberikan mereka modal untuk masa depan mereka. Terkait dengan sanggar tari, anak-anak perempuan yang mengikuti sanggar akan dilatih untuk merias wajah sendiri ketika akan tampil di dalam perlombaan maupun pertunjukkan. “Ada beberapa program yang kami mau usulkan ditahun ini dek terkait sanggar tari, supaya anak-anak yang ikut di sanggar lebih baik dan maju. Rencananya kami mau mengusulkan untuk les merias wajah make up biar bisa dandan wajahnya sendiri saat mau manggung. Tapi ada batas umurnya dek. Kemungkinan besar yang akan diajari dari usia 12 tahun ke atas. Kita juga rencananya mau buat uji panggung sebelum mereka tampil, atau minimal tampil dua minggu sekali di panggung kecil untuk melatih percaya diri mereka. Penontonnya anak-anak jalanan aja dan dilakukan di sanggar aja Lia, Koordinator SKA.” d Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD didirikan awal tahun 2007. Tujuan dibentuknya sekolah non-formal PAUD di SKA untuk melakukan pencegahan perkembangan anak jalanan sejak usia dini. Anak-anak diharapkan bisa mengenal pendidikan sejak kecil, bukan malah sebaliknya mengenal dunia jalanan seperti yang dialami oleh beberapa anak dari keluarga yang hidup di jalanan maupun tinggal di jalanan. PAUD juga ada untuk merealisasikan hak anak atas pendidikan terutama anak-anak yang tidak mampu membayar atau membiayai sekolah formal. Universitas Sumatera Utara “PAUD sebenarnya hanyalah cara dari sekian banyak cara untuk mencegah anak-anak menjadi anak jalananturun ke jalanan. Rata- rata yang sekolah di PAUD ini anak-anak yang memang rentan menjadi anak jalanan. Anak-anak itu ada yang kakak atau abangnya yang anak jalanan juga. Anak-anak ini mau datang pagi- pagi ke sini dengan kondisi belum mandi dan masih kumal. Tapi walaupun gitu, kami senang karena mereka semangat untuk datang bermain dan belajar disini. Gak bisa dipungkiri juga dek, mengurus dan mengajari mereka kita harus lebih ekstra dibandingkan mengajar anak biasa. Karena mereka memang sudah hidup di lingkungan yang tidak sehat, yang mungkin saja mempengaruhnya setelah besar nanti. Tapi kita tetap harus berusaha supaya meminimalisir anak-anak yang turun ke jalanan ini Lia, Koordinator SKA”.

4.2. Profil Informan