“PAUD sebenarnya hanyalah cara dari sekian banyak cara untuk mencegah anak-anak menjadi anak jalananturun ke jalanan. Rata-
rata yang sekolah di PAUD ini anak-anak yang memang rentan menjadi anak jalanan. Anak-anak itu ada yang kakak atau
abangnya yang anak jalanan juga. Anak-anak ini mau datang pagi- pagi ke sini dengan kondisi belum mandi dan masih kumal. Tapi
walaupun gitu, kami senang karena mereka semangat untuk datang bermain dan belajar disini. Gak bisa dipungkiri juga dek, mengurus
dan mengajari mereka kita harus lebih ekstra dibandingkan mengajar anak biasa. Karena mereka memang sudah hidup di
lingkungan yang tidak sehat, yang mungkin saja mempengaruhnya setelah besar nanti. Tapi kita tetap harus berusaha supaya
meminimalisir anak-anak yang turun ke jalanan ini Lia, Koordinator SKA”.
4.2. Profil Informan
Dalam penelitian ini ada 8 delapan orang yang menjadi informan penelitian, diantaranya 5 lima orang anak jalanan yang pernah mengalami
kekerasan dan 3 tiga orang yang bekerja SKA-PKPA. Berikut ini adalah profil seluruh informan penelitian, yaitu:
4.2.1. Anak Jalanan
4.2.1.1. JB. Sagala Laki-laki - 15
JB. Sagala merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. JB berumur 15 tahun pada saat ini. JB bersuku Batak Toba dan beragam Kristen. Ia berasal dari
Tebing Tinggi, namun saat ini ia sudah bertempat tinggal di daerah Terminal Pinang Baris. JB bekerja sebagai tukang sapu angkot di terminal Pinang Baris.
Sebelum menjadi tukang sapu angkot, JB pernah bekerja sebagai kernek angkutan
Universitas Sumatera Utara
umum 64. JB saat ini sudah tidak bersekolah lagi, karena keinginan diri sendiri dan pengaruh dari teman-temannya. JB hanya menempuh pendidikan sampai
tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP saja. JB lahir dari kedua orangtua yang sudah berpisah. Ayah JB adalah seorang dokter di daerah Tebing Tinggi. Ayah JB
sudah menikah sebanyak 7 tujuh kali dan Ibu JB adalah wanita ke-enam yang dinikahi oleh ayahnya.
JB memiliki 3 tiga saudara tiri. Ibu dan ayah JB bercerai tanpa perceraian yang resmi. Ibu JB memilih meninggalkan ayah JB dan memilih
pulang ke rumah orang tua ibunya di Padang. Ibunya membawa kakak JB ke Padang, sedangkan JB ditinggalkan untuk tinggal bersama ayahnya di Tebing
Tinggi. Namun, ketika ayah JB kembali menikah lagi, JB seperti diabaikan atau diasingkan dan akhirnya ia pergi untuk mengikuti kakaknya dan istri pertama
ayahnya tinggal di Medan, tepatnya di Terminal Pinang Baris. Ayah JB baru saja meninggal satu bulan yang lalu karena sakit, namun JB tidak datang melihat
pemakaman ayahnya. Sedangkan hubungan JB dengan ibunya sudah tidak ada komunikasi lagi.
Ibu JB sulit untuk dihubungi karena sudah tinggal di Padang. JB mengenal kehidupan jalanan dari lingkungan di sekitarnya. JB memilih untuk bekerja
sebagai tukang kernek angkot karena mudah mendapatkan uang. Kakak dan ibu tirinya tidak pernah melarangnya melakukan apapun kecuali ngelem. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
walaupun sudah dilarang dan diancam oleh kakak dan ibunya, JB pernah sembunyi-sembunyi menghirum lem dan menggunakan sabu-sabu karena diajak
oleh supir angkot. Kakak dan ibunya tau kalau JB hanya menggunakan rokok saja. 4.2.1.2.
S. Sitorus Laki-laki - 16 S. Sitorus merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ia baru saja
bekerja sebagai tukang sapu angkot di terminal Pinang Baris. Sebelum menjadi tukang sapu angkot, S bekerja sebagai pengamen di jalanan. Ketika mengamen di
jalan, S bersama teman-temannya pernah terkena razia oleh Satpol PP. Ia di tangkap dan dibawak ke kantor. Saat di kantor, S langsung di pukuli dan di hukum
berdiri dengan satu kaki dan kedua tangan memegang telinga. S. Sitorus beragama Kristen dan bersuku Batak Toba. Ia sudah sejak lahir tinggal di daerah terminal
Pinang Baris. S. Sitorus lahir dari keluarga yang sudah bercerai. Ayah S adalah seorang preman yang sudah sering masuk penjara karena kasus pembunuhan dan
ayahnya suka memukulnya karena memiliki emosi yang tinggi. S pernah dipukuli oleh ayahnya tanpa sebab dengan menggunakan tali pinggang sampai seluruh
badan S berdarah, karena takut ayahnya akan memukulinya lebih parah lagi, S memilih kabur dan tidak tinggal beberapa hari di rumah.
Saat ini S tinggal bersama dengan ibunya dan ayah tirinya di daerah terminal Pinang Baris. S sudah tidak bersekolah lagi. Ia hanya menempuh
pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP. Ia dikeluarkan dari
Universitas Sumatera Utara
sekolah karena memiliki absen yang banyak. Saat ini bukan hanya S saja yang bekerja dijalanan dan tidak bersekolah lagi, tetapi adik kandungnya juga tidak
bersekolah dan memilih untuk bekerja di jalanan bersama dengannya. Ibu S tidak pernah melarangnya untuk melakukan apapun yang ia inginkan.
4.2.1.3. RI. Manik Laki-laki - 15
RI. Manik adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia sudah lama tinggal di daerah terminal Pinang Baris. RI bekerja sebagai tukang sapu angkot di
terminal Pinang Baris. RI tinggal bersama kedua orangtuanya. RI beragama Islam dan bersuku Batak dan Padang. Ibu RI bekerja sebagai tukang sapu angkot,
sedangkan ayahnya saat ini bekerja sebagai kuli bangunan. RI sudah tidak bersekolah lagi saat ini. Ia hanya menempuh pendidikan sampai kelas 5 Sekolah
Dasar SD. RI tidak lagi bersekolah karena tidak adanya biaya untuk membiayai pendidikannya.
Ayah RI adalah seseorang yang menggunakan sabu-sabu. Ayahnya tidak pernah memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.
Uang yang didapatkan ayah RI digunakan untuk membeli sabu-sabu dari temannya. RI dan ayahnya tidak memiliki hubungan yang harmonis. RI hanya
akan berbicara kepada ayahnya jika ia rasa perlu untuk berbicara. RI bekerja sebagai tukang sapu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya setiap hari. RI
sering disuruh ayahnya untuk pergi ke warung nasi tempat neneknya berjualan.
Universitas Sumatera Utara
Jika RI tidak membawakan nasi untuk ayahnya, maka ayah RI akan memukul RI. Ia sering di pukul karena tidak membawa nasi dari warung neneknya ketika
pulang ke rumah. 4.2.1.4.
AP Perempuan - 13 AP adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ia tinggal di daerah terminal
Pinang Baris bersama keluarganya. Ibu AP bekerja sebagai penyetrika pakaiaan, sedangkan Ayahnya bekerja sebagai supir angkot. Ayah AP tidak setiap hari pergi
bekerja. Ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ayah dan ibu AP sering bertengkar karena masalah sifat ayahnya yang malas bekerja. Abang AP
sudah tidak bersekolah lagi dan bekerja sebagai tukang sapu angkot. AP saat ini masih bersekolah dan duduk di kelas 6 enam SD. Abang AP
sudah tidak bersekolah lagi karena tidak adanya biaya dan bekerja sebagai tukang sapu angkot di terminal Pinang Baris. AP tidak memiliki banyak teman di
lingkungan rumah maupun di sekolah. AP sering sekali di ejek oleh teman- temannya sebagai perempuan yang tidak benar. AP di ejek karena AP pernah
mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh saudaranya sendiri paman. AP pernah tidak masuk sekolah beberapa hari karena takut di ejek lagi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.5. YL Perempuan – 18
YL adalah anak pertama dari empat 4 bersaudara. YL tinggal di sekitar daerah terminal Pinang Baris. Ibu YL bekerja sebagai tukang setrika dan cuci
baju, sedangkan ayahnya bekerja sebagai tukang bangunan. YL sangat takut dengan ayahnya karena ayahnya sering memarahinya dan memukulnya jika ia
pulang malam. YL pernah kabur dari rumah karena dipukul oleh ayahnya. YL pernah mengalami kekerasan seksual pemerkosaan pada saat berumur 15 tahun.
YL diperkosa oleh seorang oknum aparat pemerintahan dan dibawak kabur ke daerah Pemantang Siantar selama 4 empat bulan. Sejak kejadian itu, YL tidak
lagi melanjutkan pendidikannya sampai sekarang. Saat ini YL sudah memiliki seorang anak laki-laki yang berumur ± 3 tiga tahun.
4.2.2. Pekerja atau Staff SKA-PKPA