Status Anak Jalanan di Terminal Pinang Baris

4.3. Karakteristik Anak Jalanan di Terminal Terpadu Pinang Baris

Anak jalanan yang berada di terminal Pinang Baris yang masih berstatus sekolah masih cukup banyak yaitu 48,2, sedangkan yang sudah putus sekolah yaitu 49,8, dan yang sama sekali tidak pernah sekolah ialah 2,3. Dalam kenyataannya rata-rata anak jalanan hanya mampu menamatkan pendidikannya sampai di jenjang Sekolah Dasar SD, bahkan tidak sedikit jumlah anak jalanan yang berhenti sekolah sebelum tamat SD. Jumlah anak jalanan yang ada di terminal pinang baris sendiri sebanyak 118 anak jalanan. Anak jalanan di daerah ini memiliki pekerjaan utama sebagai tukang sapu angkot atau bus kota. Anak jalanan yang ada di terminal Pinang Baris ini memiliki beberapa sifat atau karakteristik yang terlihat yaitu memandang orang lain yang tidak hidup di jalanan seperti mereka sebagai orang-orang yang dapat dimintai uang, mandiri, terlihat kotor di dalam berpakaian dan tidak memiliki ketakutan untuk berbicara kepada siapapun selama mereka di jalanan.

4.3.1. Status Anak Jalanan di Terminal Pinang Baris

Dari 5 lima anak jalanan yang menjadi informan, 3 tiga diantaranya adalah anak yang memiliki kategori anak yang bekerja di jalanan children of the street. Mereka masih mempertahankan hubungan dengan orang tua ataupun keluarga, karena sebagian besar anak-anak ini masih tinggal bersama orang tua ataupun keluarga. Anak-anak tersebut selalu pulang ke rumah setiap harinya Universitas Sumatera Utara untuk memberikan uang hasil kerja mereka kepada ibu ataupun ayahnya. Walaupun tidak semua uang hasil bekerja diserahkan ke ayah atau ibunya. Salah seorang anak jalanan mengaku sangat menyayangi ibunya. Inilah hasil wawancara dari anak jalanan tersebut. “Aku sayang kali sama mamakku kak. Cuman dia yang peduli sama ku. Keg tadi ku bilang kak, walaupun bapak kerja tapi uangnya kan dipakek dia untuk nyabu. Udah pernah lagi di depanku bapak keg gitu. Gara-gara itulah mamak jadi harus kerja tukang sapu angkot. Aku pulang ke rumah karena mamak ajanya kak. Kasihan mamak gak ada yang bantuin, jadi tiap hari ku kasihlah uang untuk beli beras. Walaupun mamak gak minta, tapi aku senang ngasihnya. Sebagian lagi uangnya ku buat main warnet kak RI, 15”. Sedangkan 2 dua anak jalanan lainnya merupakan kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan vurnerable to be street children. Anak-anak ini masih tinggal dan berhubungan dengan keluarganya dan salah satu dari mereka masih bersekolah. Mereka berdua adalah anak-anak yang memang hidup di sekitar ataupun keluarga yang bekerja di jalanan dan sudah putus sekolah. Seperti yang di sampaikan oleh salah satu informan pada saat wawancara. “Kalau aku kak memang masih sekolah kak di SD negri dekat sini. Sebenarnya aku udah kelas 2 dua SMP kiannya kak, tapi sempat putus karena gak ada biaya. Sekolahku sekarang bukannya orang mamak yang biayai, tapi kakak-kakak sanggar ini kak. Abangku udah gak sekolah lagi kak, dia kerja di terminal jadi tukang sapu-sapu angkot gitu. Kalau kami di rumah udah memang dibiarin gitu kak sama mamak bapak. Kalau mau sekolah, ya sekolah. Gak terlalu diperhatikanlah kak. Aku sih Universitas Sumatera Utara masih pengen kak terus sekolah, tapi ya gitu. Gak tau kak gimana ke depannya. Bukan hanya AP yang mengalami pengaruh dari lingkungan atau keluarga yang bekerja di jalanan. Seorang informan juga mengaku hampir terpengaruh dengan kehidupan di sekitar terminal Pinang Baris. “Kalau aku kan kak, hanya tamatan SMP-nya kak. Dulu waktu masih 15 tahun, hanya sebentarnya aku ngerasain jadi anak SMA gitu. Sekolah sampe kelas satu kak, itupun cuman satu semester aja kak. Teman-temanku banyak di terminal ini kak. Kami mau pulang itu keseringan jam-jam 9 atau 10 malam kak, main-main dulu sama mereka. Bapak marah sih memang, tapi ya gitu kak, akunya terus keg gitu. Lagian sepulang sekolahnya aku keg gitu kak. Apalagi mamak dan bapak kan kerja. Manalah mereka tau- tau itu kak. Cuman ya keg gitu, akhirnya gara-gara keseringan, jadi bapak bukan hanya marahin aja tapi mukul. Kar’na takut dipukul bapak lagi, aku kabur dari rumah ke tempat kawan. Eh, kar’na kabur itu aku malah jadi keg gini kak. Nyesal juga sih kak pernah mau bergaul dengan mereka., kalau tau bakal keg gini YL, 18”.

4.3.2. Faktor Penyebab Anak di Jalanan