huruf b, huruf c, huruf e, Ayat 2, dan Pasal 18 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah.”
Substansi pengaturan pasal tersebut di atas sejalan dengan pemikiran bahwa dalam kontrak yang bersifat timbal balik, posisi para pihak hak
kehendakdiupayakan seimbang dalam menentukan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu, apabila terdapat posisi yang tidak seimbang di antara para pihak, maka
hal ini harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap substansi maupun maksud dan tujuan dibuatnya kontrak itu. Interpretasi terhadap penggunaan istilah
keseimbangan terhadap kandungan substansi aturan tersebut, ialah : 1.
Lebih mengarah pada keseimbangan posisi para pihak, artinya dalam hubungan kontraktual tersebut posisi para pihak diberi muatan keseimbangan
2. Kesamaan pembagian hak dan kewajiban dalam hubungan kontraktual seolah-
olah tanpa memerhatikan proses yang berlangsung dalam penentuan hasil akhir pembagian tersebut.
3. Keseimbangan seolah sekedar merupakan hasil akhir dari sebuah proses.
4. Intervensi negara merupakan instrumen pemaksa dan mengikat agar terwujud
keseimbangan posisi para pihak. 5.
Pada dasarnya keseimbangan posisi para pihak hanya dapat dicapai pada syarat dan kondisi yang sama.
36
C. Fungsi Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial.
Dunia bisnis peran sentral aspek hukum kontrak dalam membingkai pola hubungan hukum para pihak semakin dirasakan urgensinya. Disadari atau tidak,
36
Ibid.,hlm. 83.
Universitas Sumatera Utara
maka setiap langkah bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis, pada dasarnya adalah merupakan langkah hukum, yang notabenenya berada pada ranah hukum
kontrak. Namun demikian masih terasa betapa lemahnya pemahaman sementara pihak, di mana hukum bisnis yang menjadi landasan setiap aktivitas bisnisnya
acap kali dimaknai sebatas produk aturan yang diterbitkan penguasa.
37
Menurut P.S. Atiyah, Hakikat hukum kontrak pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hukum
pelaku bisnis, dalam arti tidak sekadar mengatur namun lebih dari itu memberi keleluasaan dan kebebasan sepenuhnya kepada para pelaku bisnis untuk
menentukan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hal ini karena para pelaku bisnis yang lebih paham dan mengetahui seluk-beluk pelbagai kebutuhan dalam
kegiatan bisnisnya.
38
1. Kontrak wajib untuk dilaksanakan memaksa serta memberi perlindungan
terhadap suatu harapan yang wajar. kontrak memiliki tiga tujuan, yaitu:
2. Kontrak berupaya mencegah terjadinya suatu penambahan kekayaan secara
tidak adil. 3.
Kontrak bertujuan untuk mencegah terjadinya kerugian tertentu dalam hubungan kontraktual.
37
apa yang terurai di dalam pernyataan tersebut sejalan dengan sinyalemen yang dikemukakan oleh M. Isnaeni bahwa, “seluk-beluk ikatan bisnis yang terjadi di antara para pelaku
bisnis senantiasa berada dalam bingkai ikatan kontraktual.” Periksa M. Isnaeni, Perkembangan Prinsip-prinsip Hukum Kontrak sebagai Landasan Kegiatan Bisnis di Indonesia, Pidato Peresmian
Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu, 16 September 2000, hlm. 2.
38
Ibid., hlm. 35.
Universitas Sumatera Utara
Beranjak dari pendapat berbagai sarjana tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi atau arti penting kontrak dalam lalu lintas bisnis,
antara lain : 1.
Kontrak sebagai wadah hukum bagi para pihak dalam menuangkan hak dan kewajiban masing-masing bertukar konsesi dan kepentingan.
2. Kontrak sebagai bingkai aturan main.
3. Kontrak sebagai alat bukti adanya hubungan hukum.
4. Kontrak memberikan menjamin kepastian hukum.
5. Kontrak menunjang iklim bisnis yang kondusif win-win solution.
39
Agar supaya proses pertukaran kepentingan dalam kontrak berjalan fair, para pihak dituntut untuk memahami dasar-dasar hukum kontrak. Mengapa
pemahaman ini diperlukan, perlu diingat bahwa kontrak yang dibuat atau disusun oleh para pihak pada dasarnya adalah penuangan proses bisnis ke dalam rumusan
bahasa hukum kontrak. Dengan memahami dasar-dasar hukum kontrak dimaksudkan agar para pihak mempunyai pedoman dalam penyusunan kontrak
karena: 1.
Memberikan dasar hukum bagi kontrak yang dibuat. 2.
Memberikan bingkai atau rambu-rambu aturan main dalam transaksi bisnis. 3.
Sebagai batu uji atau tolak ukur eksistensi kontrak yang bersangkutan.
40
Hubungannya dengan kegiatan bisnis, kontrak berfungsi untuk mengamankan transaksi. Hal ini karena dalam kontrak terkandung suatu
39
A.Yudha Hernoko, “Dasar-dasar Hukum Kontrak”, Materi Perkuliahan Teknik Perancangan Kontrak, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
Surabaya, 2005.
40
Ibid.,hlm. 56
Universitas Sumatera Utara
pemikiran tujuan akan adanya keuntungan komersial yang diperoleh para pihak. Terkait dengan kontrak komersial yang beriorentasi keuntungan para pihak, fungsi
Asas Proporsionalitas menunjukkan pada karakter kegunaan yang operasional dan implementatif
41
1. Dalam tahap pra-kontrak, Asas Proporsionalitas membuka peluang negosisasi
bagi para pihak untuk melakukan pertukaran hak dan kewajiban secara fair.Oleh karena itu, tidak proporsional dan harus ditolak proses negosiasi.
dengan tujuan mewujudkan apa yang dibutuhkan para pihak. Dengan demikian fungsi asas proporsionalitas, baik dalam proses pembentukan
maupun pelaksanaan kontrak komersial adalah :
2. Dalam pembentukan kontrak, Asas Proporsional menjamin kesetaraan hak
serta kebebasan dalam menentukan atau mengatur proporsi hak dan kewajiban para pihak berlangsung secara fair;
3. Dalam pelaksanaan kontrak, Asas Proporsional menjamin terwujudnya
distrbusi pertukaran hak dan kewajiban menurut proporsi yang disepakati atau dibebankan pada para pihak;
4. Dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kontrak, maka harus dinilai
secara proporsional apakah kegagalan tersebut bersifat fundamental sehingga mengganggu pelaksanaan sebagian besar kontrak atau sekadar hal-hal yang
sederhanakesalahan kecil. Oleh karena itu, pengujian melalui Asas Proporsionalitas sangat menntukan dalil kegagalan pelaksanaan kontrak, agar
41
karakter ‘operasional dan implementatif’ dari asas proporsionalitas hendaknya tidak diartikan bahwa asas ini, dengan sendirinya berlaku mengikat para pihak. Sesuai dengan sifatnya,
asas berkedudukan sebagai metanorma sehingga tidak dapat langsung mengikat para pihak. Namun yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah seyogianya para pihak menuangkan dan
mengimplementasikan asas proporsionalitas ini ke dalam klausul-klausul kontrak yang mereka buat.
Universitas Sumatera Utara
jangan sampai terjadi penyalahgunaan oleh salah satu pihak dalam memanfaatkan klausul kegagalan pelaksanaan kontrak, semata-mata demi
keuntungan salah satu pihak dengan merugikan pihak lain; 5.
Bahkan dalam hal terjadi sengketa kontrak, Asas Proporsionalitas menekankan bahwa proporsi beban pembuktian kepada para pihak harus
dibagi menurut pertimbangan yang fair.
42
Sengketa bisnis dalam kontrak komersial sering kali berawal dari kesalahan mendasar dalam proses terbentuknya kontrak dengan berbagai faktor
atau penyebabnya, antara lain: 1.
Ketidakpahaman terhadap proses bisnis yang dilakukan. Kondisi ini muncul ketika pelaku bisnis semata-mata terjebak pada orientasi keuntungan serta
karakter coba-coba gambling tanpa memprediksi kemungkinan risiko yang akan menimpanya.
2. Ketidakmampuan mengenali partner atau mitra bisnisnya, ada sementara
pelaku bisnis yang sekadar memerhatikan performa atau penampilan fisik mitra bisnisnya tanpa meneliti lebih lanjut track record dan bonafiditas, yang
berkembang menerangkan bahwa beberapa pelaku bisnis lokal begitu mudahnya terpaku dan tertarik untuk terlibat dengan kerja sama yang
ditawarkan mitra bisnis asingnya, semata-mata berasumsi bahwa orang asing selalu lebih unggul segala-galanya, tanpa memerhatikan prinsip “know your
partner”.
42
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit.,hlm.102.
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak adanya legal cover yang melandasi proses bisnis mereka. Hal ini
menunjukkan rendahnya pemahaman dan apresiasi hukum pelaku bisnis dalam melindungi aktivitas bisnis mereka.
43
Muara konflik sebagaimana terurai di atas, dikarenakan pelaku bisnis tidak memerhatikan aspek legal cover dalam memproteksi bisnis mereka, khususnya
aspek kontraktualnya. Dalam praktik dapat diperbandingkan bagaimana aspek hukum kontrak dikesampingkan semata-mata tuntutan bisnis, seolah-olah aspek
legal cover ini sekadarthe last resort dalam mata rantai aktivitas bisnis mereka. Bukankah pelaku bisnis begitu terikatnya dengan metode analisis-evaluasi, antara
lain dengan penerapan berbagai model audit misal: audit keuangan dalam upaya mengawasi jalannya bisnis. Namun demikian, jarang yang menempatkan audit
hukum termasuk audit kontrak sebagai kebutuhan primer dalam bisnis mereka. Terbukti pada saat penyusunan rencana anggaran dan belanja perusahaan, jarang
pelaku bisnis yang menganggarkan atau mengalokasikan biaya hukum untuk meng cover risiko bisnis mereka, kalaupun ada lebih sekadar menyerap pos-pos
anggaran lain tanpa melalui pertimbangan dan perhitungan yang cermat. Sehingga ketika kemudian muncul sengketa yang mengharuskan pelaku bisnis
mengeluarkan biaya dana dicarilah langkah akal-akalan untuk menutup biaya hukum tersebut melalui dana taktis, yang konon menurut tertib neraca keuangan
perusahaan tidak pernah dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dapat dipastikan kondisi demikian akan mengantar bisnis mereka pada kondisi yang
tidak menguntungkan.
43
Ibid., hlm. 305.
Universitas Sumatera Utara
Kontrak komersial, yang merupakan proses mata rantai hubungan para pihak harus dibangun berdasarkan pemahaman keadilan yang dilandasi atas
pengakuan hak para kontraktan. Pengakuan terhadap eksistensi hak para kontraktan tersebut termanifestasi dalam pemberian peluang dan kesempatan yang
sama dalam pertukaran hak dan kewajiban secara proporsional. Tentunya fungsi Asas Proporsionalitas sebagai batu uji dalam pelaksanaan pertukaran hak dan
kewajiban kontraktual menjadi relevan dan penting.
D. Hubungan antara Asas Proporsionalitas dengan Asas-Asas Pokok Hukum Kontrak.