pelindung dan penutup kaki sepatu. Umumnya bidan hanya memakai sarung tangan, menggunakan sandal jepit saat menolong persalinan, tidak menggunakan masker dan
kaca mata pelindung. Alasan bidan tidak memakai alat pelindung diri disebabkan alat-alat pelindung dirasakan sebagai beban atau kurang nyaman menggunakan alat
pelindung diri secara lengkap dan mempersulit dalam kegiatan pertolongan persalinan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan
penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di kota Kabanjahe.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tindakan
bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di
Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan faktor umur dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di
Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe. b. Untuk mengetahui hubungan faktorpendidikan dengan tindakan bidan dalam
pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
c. Untuk mengetahui hubungan faktormasa kerja dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di
Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe. d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan bidan
dalampencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
e. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin
di Kota Kabanjahe. f. Untuk mengetahui hubungan faktor sarana dan prasarana dengan tindakan bidan
dalampencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
g. Untuk mengetahui hubungan faktor dukungan teman dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam
di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis
1.4.2 Ada hubungan faktor umur dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik
Bersalin di Kota Kabanjahe. 1.4.3 Ada hubungan faktor pendidikan dengan tindakan bidan dalampencegahan
penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
1.4.4 Ada hubungan faktor masa kerja dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik
Bersalin di Kota Kabanjahe. 1.4.5 Ada hubungan faktor pengetahuan dengan tindakan bidan dalampencegahan
penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
1.4.6 Ada hubungan faktor sikap dengan tindakan bidan dalampencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik
Bersalin di Kota Kabanjahe. 1.4.7 Ada hubungan faktor sarana dan prasarana dengan tindakan bidan dalam
pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
1.4.8 Ada hubungan faktor dukungan teman dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIVAIDS pada pertolongan persalinan pervaginam di
Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Menjadi masukan bagi bidan untuk menerapkan prosedur atau pedoman pencegahan infeksi kewaspadaan universal pada persalinan pervaginam
dalam upaya penanggulangan pencegahan penularan HIVAIDS. 1.5.2 Menjadi masukan bagi Klinik Bersalin untuk evaluasi terhadap penerapan
standar praktek persalinan dalam upaya penanggulangan pencegahan penularan HIVAIDS.
1.5.3
Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan penerapan pencegahan penularan HIVAIDS dalam persalinan pervaginam.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo 2010, perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit
dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.
2.1.2 Domain Perilaku
Menurut Bloom 1908, seperti dikutip Notoatmodjo 2010, membedakanadanya 3 domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kognitif dinilai atau diukur dari pengetahuan, afektif diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan.
Perilaku seseorang yang diukur melalui pengetahuan, sikap dan psikomotor dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan Knowlegde Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting dalam membentuk
perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan manusia panca indra
meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Apabila perilaku baru
dibentuk melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
Universitas Sumatera Utara