Penggunaan Obat-Obatan Penggunaan Peralatan Usahatani

6.2.4. Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan pelaku atau pelaksana dari seluruh proses dan kegiatan usahatani sehingga keberadaannya mutlak harus ada. Penggunaan tenaga kerja umumnya dibedakan menjadi Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK dan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK. Tenaga Kerja Dalam Keluarga sering tidak diperhitungkan nilainya oleh petani karena dianggap bukanlah komponen yang perlu dimasukkan ke dalam usahatani karena petani umumnya tidak mengeluarkan upah atau biaya untuk tenaga kerja jenis ini. Sementara itu, petani akan sangat memperhitungkan penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga karena banyak sedikitnya penggunaan tenaga kerja jenis ini per satuan HOK berpengaruh terhadap pengeluaran usahatani. Tenaga Kerja dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Tenaga kerja laki-laki umumnya mengerjakan pekerjaan yang berat seperti persiapan lahan, pemupukan dan pengangkutan hasil panen, sedangkan tenaga kerja wanita untuk pekerjaan yang ringan seperti penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja oleh petani per hektar per tahun untuk tenaga kerja dalam keluarga TKDK yaitu 45,09 HOK untuk petani anggota Gapoktan dan 41,34 HOK untuk petani bukan anggota Gapoktan. Sedangkan untuk tenga kerja luar keluarga TKLK sebesar 55,36 HOK untuk petani anggota Gapoktan dan 48,51 HOK untuk petani bukan anggota Gapoktan. Penggunaan TKLK yang lebih besar oleh petani anggota dimungkinkan karena rata-rata usia petani responden anggota Gapoktan lebih tua atau berusia lanjut sehingga kurang produktif dan kesulitan dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan di lahan terutama untuk kegiatan yang berat. Untuk memperlancar kegiatan usahatani, responden menggunakan jasa buruh tani untuk membantunya. Disamping itu, lokasi lahan yang jauh dari rumah yaitu berada di kaki Gunung Pangrango, menyebabkan petani yang berusia sudah tua kesulitan dalam menjangkau lokasi lahan.

6.2.5. Penggunaan Obat-Obatan

Penggunaan obat-obatan bertujuan untuk mencegah atau menanggulangi hama dan penyakit tanaman yang sering menyerang tanaman yang sedang dibudidayakan oleh petani. Seperti halnya pupuk, penggunaan obat-obatan pada kondisi ideal atau normal mampu secara efektif mencegah dan menanggulangi hama dan penyakit tanaman. Akan tetapi, penggunaan diluar ambang batas kebutuhan justru menyebabkan hama dan penyakit tanaman menjadi kebal resisten dan membahayakan baik bagi tanaman yang dibudidayakan maupun kesehatan bagi petani yang melakukan penyemprotan dan konsumen yang mengonsumsi sayuran. Adapun jenis obat-obatan yang biasa digunakan petani responden untuk usahatani sayuran antara lain Duracon, Anthracol, Supergro B dan D, Gandasil B dan D, Winder, Lanet, Detan, dan Decis. Obat-obatan tersebut ada yang berbentuk padatan dan ada yang berbentuk cair. Hampir semua responden menggunakan obat-obatan, terdapat dua petani responden yang tidak menggunakan obat-obatan sama sekali. Beberapa kondisi yang diduga menjadi alasan petani yang bersangkutan tidak menggunakan obat-obatan diantaranya: 1 keterbatasan modal untuk akses obat-obatan, 2 petani tersebut menginginkan budidaya sayuran organik, atau 3 sayuran hasil panen untuk konsumsi sendiri.

6.2.6. Penggunaan Peralatan Usahatani

Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani memerlukan peralatan pertanian penunjang yang akan memperlancar dan membantu aktivitas petani, terutama ketika berada di lahan. Peralatan-peralatan yang dimiliki oleh masing- masing petani umumnya merupakan peralatan pertanian tradisional. Sedangkan peralatan mekanis yang semi modern hingga modern biasanya tidak dimiliki secara individu melainkan kelompok. Keterjangkauan terhadap peralatan pertanian tradisional ditambah dengan kebutuhan yang mendesak untuk pelaksanaan kegiatan pertanian, maka keberadaan peralatan ini mutlak harus dipenuhi oleh petani. Sementara untuk peralatan mekanis semi modern hingga modern, petani belum mampu menjangkau karena harganya yang mahal. Untuk mendatangkan peralatan semi modern hingga modern ini biasanya petani meminjam dengan sistem sewa kepada pihak yang memiliki peralatan tersebut. Adapun beberapa peralatan pertanian yang umum dimiliki oleh petani seperti cangkul, kored, golok, dan sabit. Peralatan yang digunakan ini akan berpengaruh terhadap biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani karena mengandung biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini termasuk ke dalam biaya yang diperhitungkan sehingga berpengaruh terhadap biaya total usahatani. Besarnya biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan petani selama satu tahun pada Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 32. Penghitungan nilai penyusutan ini dengan menggunakan metode garis lurus antara nilai beli peralatan dan umur teknis peralatan tersebut. Tabel 32. Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Per Tahun pada Usahatani Sayuran di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 No Jenis Peralatan Rata-rata Rata-rata Jumlah Kepemilikan Total Harga Rp Umur Pakai thn Biaya Penyusutantahun Rptahun Harga Beli Rp Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan 1 Cangkul 50.000 2 2 100.000 100.000 2 50.000 50.000 2 Kored 20.000 1 2 20.000 40.000 2 10.000 20.000 3 Golok 100.000 1 1 100.000 100.000 2,5 40.000 40.000 4 Sabit 20.000 2 3 40.000 60.000 2,5 16.000 24.000 Jumlah 260.000 300.000 116.000 134.000

6.3. PengeluaranBiaya Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72