Pola Kemitraan Inti-Plasma Pola Kemitraan Sub Kontrak

dirugikan. Kelembagaan menjadi salah satu kunci penting dalam menelusuri aktifitas ekonomi yang dilakukan masyarakat, mulai dari kelas organisasi kecil atau kelompok masyarakat di pedesaan sampai pada organisasi besar suatu negara yang berdaulat. Ekonomi kelembagaan dimaksudkan sebagai salah satu bentuk alternatif pemecahan masalah-masalah ekonomi. Permasalahan ekonomi secara umum timbul dari adanya kelangkaan scarcity sumber daya dan keinginan manusia yang tidak terbatas, sehingga timbul yang dinamakan dengan pilihan choice. Kelembagaan menjadi alat atau instrumen untuk menelusuri dan menjawab permasalahan-permasalahan ekonomi Arifin, 2005. 2.4. Konsep dan Pola Kemitraan Agribisnis Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam Undang- Undang Nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi “Kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling melengkapi. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri Sumardjo et all, 2004. Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha atau lembaga tertentu. Adapun bentuk-bentuk kemitraan yang dimaksud adalah sebagai berikut Sumardjo et all, 2004 :

a. Pola Kemitraan Inti-Plasma

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu, kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Untuk lebih jelasnya, bentuk pola kemitraan inti-plasma dapat dilihat pada Gambar 1. Keunggulan sistem inti-plasma antara lain: 1 tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan, 2 tercipta peningkatan usaha, dan 3 dapat mendorong perkembangan ekonomi. Sedangkan kelemahan sistem inti-plasma pada umumnya terjadi karena muncul masalah-masalah antara lain: 1 pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar, dan 2 belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga terkadang pengusaha inti mempermainkan harga komoditas plasma. Solusi yang dapat diterapkan yaitu pemahaman tingkat ekonomi dan skala usaha, adanya kesepakatan atau perjanjian, serta kemampuan investasi perusahaan inti. v Gambar 1. Pola Kemitraan Inti-Plasma

b. Pola Kemitraan Sub Kontrak

Pola sub kontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Beberapa keunggulan pola sub kontrak yaitu adanya kesepakatan tentang kontrak yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Dalam banyak kasus, pola sub kontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan dan produktifitas, serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra. Sedangkan kelemahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan kemitraan sub kontrak antara lain: 1 hubungan sub kontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran. 2 Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak. Perasaan saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling menghidupi berubah menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian produk dengan harga rendah. 3 Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tidak diimbangi dengan sistem pembayaran yang tepat. Dalam kondisi ini, pembayaran produk perusahaan inti sering terlambat bahkan cenderung dilakukan secara konsinyasi. Di samping itu, timbul gejala eksploitasi tenaga kerja untuk mengejar target produksi. Adapun solusi yang dapat diterapkan dalam pengembangan kemitraan sub kontrak antara lain: 1 asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu dikembangkan. Dalam bentuk asosiasi produsen ini diharapkan posisi tawarnya menjadi lebih baik dibandingkan jika usaha kecil bergerak sendiri- sendiri. Kesepakatan yang harus diperjelas adalah penetapan harga, mutu produk, volume, dan waktu. Dalam kondisi ini hubungan kemitraan dengan perusahaan mitra selalu berada pada posisi win-win principle. 2 Komponen-komponen kemitraan, seperti pengembangan sumber daya manusia, inovasi teknologi, manajemen, dan permodalan harus diperhatikan. Selain itu, komponen-komponen tersebut harus diarahkan menuju peningkatan dalam menjaga mutu produk, daya saing, serta pelayanan terhadap konsumen. 3 Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra dan sesama anggota kelompok mitra. Hubungan kemitraan pola sub kontrak tersaji pada Gambar 2. Plasma Perusahaan Plasma Plasma Plasma v v Gambar 2. Pola Kemitraan Sub Kontrak

c. Pola Kemitraan Dagang Umum

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72