Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

7 Introduksi inovasi lebih menekankan pada pendekatan budaya material dibanding nonmaterial atau kelembagaan. Hal ini misalnya terlihat dalam pengembangan infrastruktur pemasaran seperti STA, TA, pasar petani, cool storage, dan pasar lelang. 8 Introduksi kelembagaan baru umumnya telah merusak kelembagaan lokal yang telah ada sebelumnya. Kerusakan tersebut dirasakan pada semakin lemahnya ikatan-ikatan horizontal antarpelaku sosial dan eknomi di pedesaan, seperti lemahnya konsolidasi kelembagaan kelompok tani. Salah satu penyebabnya adalah karena kegiatan proyek pemerintah umumnya bersifat sektoral dan antar tahun bersifat diskontinu. 9 Pengembangan kelembagaan melalui jalur program pemerintah umumnya masih sarat dengan slogan dan jargon politik daripada upaya nyata pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan sesuai kenyataan yang berkembang di lapangan. 10 Aspek teknologi masih dijadikan alat klasik perancang kebijakan pemerintah untuk memecahkan masalah marjinalisasi ekonomi masyarakat pedesaan dan kurang memperhatikan aspek kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat petani. 11 Kelembagaan pendukung belum dikembangkan dengan baik, karena pelaksanaan pembangunan terjebak dalam pendekatan sektoral.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dasar dalam penelitian ini diawali dengan melihat fakta bahwa dalam pengusahaan komoditi agribisnis berupa hortikultura khususnya sayuran, banyak petani yang menemui hambatan atau kendala dalam pengembangan usahataninya, apabila pengembangan usahatani tersebut dilakukan secara individu. Hal ini dikarenakan masalah umum yang dihadapi oleh petani yaitu pengusahaan lahan yang sempit, modal yang kecil, kurangnya keterampilan petani dalam pengelolaan pasca panen, serta karakteristik komoditas sayuran yang mudah rusak dan fluktuasi harganya yang tinggi. Oleh karena itu peran kelembagaan pertanian menjadi penting untuk menjawab permasalahan tersebut. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu kelembagaan pertanian di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor yang melakukan kegiatan kemitraan dengan petani di Desa Citapen untuk pengembangan usaha agribisnisnya. Gapoktan Rukun Tani memiliki tujuh kelompok tani yang masing-masing memiliki fokus pengembangan komoditi pertanian yang berbeda. Total petani yang tergabung atau bermitra dengan Gapoktan sekaligus menjadi anggota Gapoktan adalah 236 petani. Angka ini menunjukkan bahwa cukup banyak petani di Desa Citapen yang bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani melalui kelompok tani yang sesuai dengan fokus komoditi yang diusahakan oleh petani. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat pengaruh kemitraan antara petani dengan Gapoktan Rukun Tani dilihat dari keragaan usahatani yang dijalankan petani serta pendapatan usahatani yang diterima petani yang bergabung atau bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani dibandingkan dengan keragaan usahatani dan pendapatan petani yang tidak bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani. Adapun jenis komoditi yang dipilih, penelitian memfokuskan pada komoditi sayuran, berikut petani yang mengusahakan baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani. Langkah yang akan dilakukan untuk melihat pendapatan petani yang bermitra dengan Gapoktan dibandingkan petani yang tidak bermitra dilakukan dalam beberapa tahap. Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi faktor- faktor produksi usahatani sayuran masing-masing petani petani mitra dan non mitra dan juga harga dari masing-masing faktor produksi. Langkah selanjutnya adalah melakukan klasifikasi faktor-faktor produksi yang dapat dibandingkan antara keduanya pada satuan ukuran yang sama. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang secara umum digunakan pada kegiatan usahatani sayuran baik dari segi jenis, jumlah, dan harga, yang akan berdampak langsung terhadap hasil produksi, dan pada akhirnya berdampak pada pendapatan petani. Klasifikasi faktor-faktor produksi ini pada akhirnya ingin melihat peran Gapoktan kepada petani anggota dalam hal penyediaan faktor-faktor produksi dan kontrol terhadap penggunaannya. Identifikasi faktor-faktor produksi dilakukan dengan wawancara langsung kepada petani responden untuk mendapatkan data primer. Sementara data pendukung berupa data sekunder yang juga dibutuhkan dalam penelitian, didapat dengan melihat dan mempelajari catatan-catatan dan arsip kegiatan Gapoktan Rukun Tani. Dalam pengumpulan data primer yaitu melalui wawancara langsung, peneliti menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang dijadikan sebagai pedoman terhadap hal-hal yang secara lebih lengkap harus ditanyakan kepada petani. Kuesioner sengaja tidak disebar, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan, mengingat petani pada umumnya mengalami kesulitan apabila diminta untuk mengisi kuesioner secara langsung. Banyak komponen di dalam kuesioner yang tidak dimengerti oleh petani karena tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya kecakapan dalam baca tulis. Disamping itu, dengan melakukan wawancara langsung, peneliti dapat menggali informasi secara lebih lengkap dan lebih dalam, termasuk informasi-informasi yang belum dimasukkan ke dalam kuesioner. Setelah terkumpul data primer dan data sekunder, langkah selanjutnya adalah analisis dan pengolahan data. Analisis data difokuskan pada analisis keragaan usahatani meliputi analisis biayapengeluaran usahatani, analisis penerimaan usahatani, analisis pendapatan usahatani, analisis RC rasio, dan analisis titik impas Break Event Point. Analisis dan pengolahan data dibedakan antara petani yang bermitra dengan Gapoktan dan petani yang tidak bermitra dengan Gapoktan. Analisis keragaan usahatani pada akhirnya ingin melihat pendapatan atau keuntungan usahatani yang dijalankan oleh petani baik petani mitra maupun non mitra, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi selama kegiatan usahatani berlangsung. Disamping analisis terhadap keragaan usahatani, dilakukan pula analisis secara kualitatif untuk menilai kinerja Gapoktan baik oleh petani mitra maupun petani non mitra. Penilaian kinerja Gapoktan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendasari petani sayuran untuk bermitra dengan Gapoktan dan petani sayuran yang memilih untuk tidak bermitra dengan Gapoktan. Pada umumnya petani akan memilih bermitra karena melalui kemitraan tersebut petani akan memperoleh berbagai manfaat dan kemudahan dibandingkan sebelumnya saat petani belum bermitra dengan Gapoktan. Sebaliknya bagi petani yang memilih untuk tidak bermitra, tenntunya terdapat faktor-faktor yang mendasari atau menjadi alasan yang menyebabkan petani merasa tidak perlu menjalin kemitraan. Dari hasil analisis terhadap data-data tersebut akan ditarik suatu kesimpulan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang positif antara kemitraan yang dilakukan oleh petani dengan Gapoktan khususnya dalam hal peningkatan pendapatan usahatani sayuran. Setelah didapatkan sebuah kesimpulan, perlu diberikan rekomendasi atau saran-saran yang bersifat membangun berkaitan dengan hasil penelitian baik untuk Gapoktan, petani, maupun stakeholder terkait, guna pengembangan usahatani sayuran dan kinerja kelembagaan pertanian yang lebih baik lagi ke depannya. Kerangka pemikiran operasional dalam menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani sayuran secara lebih singkat digambarkan pada bagan berikut: Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Pengaruh Kemitraaan Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani Hortikultura Membutuhkan penanganan pasca panen yang cepat dan tepat, kepastian harga, serta produktivitas yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan petani Penggunaan input-input produksi: 1. Lahan 2. Bibit 3. Pupuk 4. Tenaga kerja 5. Obat-obatan Harga input produksi: 1. Hargasewa lahan 2. Harga bibit 3. Harga pupuk 4. Upah tenaga kerja 5. Harga obat- obatan Karakteristik komoditi sayuran yang mudah rusak, musiman, dan fluktuasi harga yang tinggi berpengaruh terhadap pendapatan petani sayuran Peran Gapoktan Rukun Tani dalam membantu petani melaksanakan kegiatan usahatani sayuran baik dari dalam hal produksi maupun pemasaran sayuran Keragaan usahatani sayuran petani anggota Gapoktan dibandingkan dengan petani bukan anggota Gapoktan Penilaian kinerja Gapoktan Rukun Tani Penilaian Kinerja oleh petani bukan anggota Gapoktan  Alasan atau faktor yang mendasari petani memilih untuk tidak bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani Penilaian Kinerja oleh petani anggota Gapoktan 1. Penilaian sikap responden terhadap fasilitas Gapoktan a. Syarat awal masuk menjadi anggota b. Ada tidaknya pinjaman modal dari Gapoktan c. Kemudahan memperoleh input produksi d. Harga input produksi e. Intensitas bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan f. Kelancaran pembayaran hasil panen g. Ada tidaknya fasilitas pengangkutan hasil panen h. Informasi harga sayuran 2. Penilaian sikap responden terhadap pelayanan Gapoktan a. Tujuan pembentukan Gapoktan b. Pelayanan pengurus terhadap anggota c. Penyediaan fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan petani d. Gapoktan menghormati hak dan kewajiban anggota e. Gapoktan mampu meyelesaikan permasalahan anggota dengan non anggota dan lingkungan sekitar f. Kemudahan memperoleh informasi harga g. Keluhan anggota dapat diterima dan diatasi h. Mampu tidaknya Gapoktan meningkatkan posisi tawar dan pendapatan petani Produksi Sayuran jumlah output produksi Harga Output produksi Penerimaan usahatani sayuran Pendapatan usahatani sayuran Biaya produksi usahatani sayuran Rekomendasi peran Gapoktan terhadap pelaksanaan kemitraan usahatani sayuran

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu kelembagaan pertanian di wilayah Bogor yaitu Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Rukun Tani, Desa Cipaten, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive atau sengaja dengan pertimbangan antara lain: 1 Komoditi yang diusahakan yaitu sebagian besar tanaman hortikultura serta prestasi dari Gapoktan yang cukup menarik untuk diketahui lebih jauh, dan 2 Desa Citapen merupakan daerah yang mengembangkan usahatani sayuran dimana petani yang membudidayakan sayuran dibagi menjadi dua kelompok yaitu ada yang bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani dan ada petani yang lain tidak bergabung dengan Gapoktan Rukun Tani. Adapun waktu yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah dimulai dari awal bulan November hingga akhir Desember 2012. 4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer meliputi data faktor-faktor produksi, harga faktor-faktor produksi, biaya produksi atau pengeluaran usahatani, penerimaan usahatani, data pendapatan usahatani, dan data penilaian kinerja Gapoktan Rukun Tani baik oleh petani anggota Gapoktan maupun petani bukan anggota Gapoktan serta faktor-faktor yang mendorong petani untuk bermitra atau tidak bermitra dengan Gapoktan. Sedangkan data sekunder meliputi data profil Desa Citapen, pemetaan swadaya Desa Citapen, monografi Kecamatan Ciawi, data pendapatan perkapita penduduk dari Pemerintah Desa, data kelompok tani dan Gapoktan di Kecamatan Ciawi, data produksi dan produktivitas serta konsumsi sayuran dari Badan Pusat Statistik, dan literatur pendukung yang relevan dengan topik penelitian dari buku, jurnal, dan internet. 4.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan melalui survei, hasil observasi pengamatan, dan wawancara langsung kepada petani sayuran yang bermitra dengan Gapoktan maupun petani lain yang tidak bermitra dengan Gapoktan. Wawancara dilakukan dengan teknik wawancara individual indepth interview dengan alat bantu wawancara berupa kuesioner. 4.4. Metode Penarikan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani sayuran di Desa Citapen baik yang bermitra dengan Gapoktan Rukun Tani maupun petani yang tidak bermitra dengan Gapoktan. Populasi dikerucutkan pada petani sayuran yang tergabung dengan Gapoktan Rukun Tani yaitu dari dua kelompok tani yang mengusahakan komoditi sayuran, Kelompok Tani Pondok Menteng beranggotakan 104 orang dan Kelompok Tani Tani Jaya beranggotakan 20 orang, sehingga total populasi untuk petani sayuran yang bermitra dengan Gapoktan adalah sebanyak 124 orang. Sedangkan petani sayuran yang tidak bermitra dengan Gapoktan jumlahnya tidak diketahui secara pasti dikarenakan tidak ada pencatatan

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72