Penggunaan Pupuk Penggunaan Input-Input Produksi Usahatani Sayuran

Data pada Tabel 31 menunjukkan bahwa lahan yang digunakan atau diusahakan untuk budidaya sayuran selama satu tahun yang terdiri dari tiga sampai lima musim tanam untuk anggota Gapoktan lebih luas daripada bukan anggota Gapoktan jika dibandingkan atau dirasiokan dengan lahan yang dimiliki. Bahkan lahan yang diusahakan oleh petani bukan anggota Gapoktan lebih kecil dibandingkan luas lahan yang dimiliki. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar luas lahan yang dimiliki oleh petani bukan anggota Gapoktan digunakan untuk budidaya komoditi lain selain sayuran. Sementara petani anggota Gapoktan, karena salah satu program Gapoktan yaitu membagi kelompok tani berdasarkan komoditi, maka petani yang tergabung dalam kelompok tani jenis usaha sayuran lebih banyak atau bahkan hampir selalu menanam sayuran meskipun tidak diwajibkan semua lahan yang dimiliki untuk menanam sayuran. Akan tetapi untuk pengusahaan lahan selama satu tahun dalam budidaya sayuran petani bukan anggota Gapoktan mengusahakan sayuran pada lahan yang lebih luas dibandingkan petani anggota Gapoktan. Luas sempitnya penggunaan lahan untuk budidaya sayuran akan berpengaruh terhadap produksi sayuran melalui kapasitas atau banyak sedikitnya jumlah tanaman yang dapat ditanam pada lahan tersebut pada jarak tanam yang ideal. Jumlah lahan milik yang lebih kecil yang dimiliki petani anggota Gapoktan bukan merupakan suatu hambatan bagi petani untuk memproduksi sayuran dalam jumlah yang cukup apabila lahan yang dimiliki sebagian besar digunakan untuk budidaya sayuran. Penggunaan lahan yang masih rendah oleh petani anggota ini disebabkan oleh fakor kepemilikan lahan di Desa Citapen yang secara turun temurun cukup rendah, serta keterbatasan modal bagi petani untuk memperluas lahan dengan cara menyewa atau gadai. Tabel 31 . Rata-Rata Penggunaan Lahan untuk Budidaya Sayuran Sebelum Konversi ke Hektar Per Tahun di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 No. Luas Lahan Petani Anggota Gapoktan Bukan Anggota Gapoktan 1. Rata-rata Luas Lahan yang Dimiliki Ha 0,56 1,43 2. Rata-rata Luas lahan yang dialokasikan untuk budidaya sayuran Ha 0,475 0,93 3. Rata-rata Luas Pengusahaan Lahan Budidaya Sayuran per Tahun Hatahun 1,12 1,40

6.2.2. Penggunaan Pupuk

Pupuk digunakan pada kegiatan usahatani dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas sayuran yang dibudidayakan. Cara kerja pupuk dalam hal ini yaitu melalui pemberian nutrisi pada media tanam atau tanahlahan serta perbaikan struktur dan aerasi tanah, sehingga kondisi tanah menjadi subur. Penggunaan pupuk pada kondisi ideal secara umum mampu meningkatkan produktifitas sayuran. Akan tetapi, apabila penggunaan pupuk berlebihan atau melebihi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tanah, maka tanah akan memberikan reaksi negatif yaitu terjadinya kerusakan dan kegersangan tanah. Secara fakta kondisi ini sudah sering terjadi terutama lahan-lahan yang sudah jenuh akibat pemberian pupuk kimia yang berlebihan. Berdasarkan jenisnya, pupuk yang digunakan oleh petani reponden dibagi menjadi dua yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang terdiri dari pupuk kandang kambingdomba dan ayam, sedangkan untuk pupuk kimia yang umum digunakan adalah Urea, NPK Poska, NPK Mutiara, ZA, KCl, TSP, dan SP-36. Rata-rata penggunaan pupuk per hektar per tahun oleh petani responden jumlahnya cukup jauh berbeda. Penggunaan pupuk kandang oleh petani anggota Gapoktan lebih besar daripada bukan anggota Gapoktan yaitu sebesar 229,58 Kg, sedangkan petani bukan anggota Gapoktan hanya sebesar 126,25. Begitu pula dengan penggunaan pupuk kimia dimana petani anggota Gapoktan menggunakan pupuk kimia per hektar per tahun sebanyak 752,42 Kg, sedangkan petani bukan anggota Gapoktan hanya menggunakan pupuk kimia sebanyak 749,69 Kg. Perbedaan rata-rata penggunaan pupuk ini disebabkan oleh berbedanya kemampuan akses dan pengadaan pupuk oleh masing-masing kelompok petani. Petani anggota Gapoktan pada umumnya memanfaatkan fasilitas yang diberikan Gapoktan yaitu penyediaan sarana produksi saprodi. Pemberian pupuk ini tidak gratis, namun cukup menguntungkan bagi petani karena pembayaran pupuk dapat dilakukan setelah panen nanti. Paket pemberian pupuk ini termasuk ke dalam paket peminjaman natura saprodi sebagai pengganti pinjaman uang tunai dari dana BLM PUAP maupun kas Gapoktan. Pemberian pinjaman ini tidak dapat dilakukan setiap saat karena jumlah dana kas dan dana PUAP yang terbatas, sementara petani yang menginginkan pinjaman jumlahnya banyak. Akan tetapi pihak Gapoktan selalu mempertimbangkan prioritas kebutuhan petani dan berupaya untuk adil kepada semua petani anggota. Fasilitas ini cukup membantu bagi petani anggota Gapoktan yang mengalami keterbatasan modal.

6.2.3. Penggunaan Benih

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72