Merokok Dan Meminum Alkohol Status Gizi

2.4.7.2 Lama Menstruasi

Lama menstruasi merupakan faktor resiko dari dismenore primer. Lama menstruasi normal adalah 2-7 hari, jika lebih dari 7 hari maka akan menyebabkan dismenore lebih berat Novia dan puspitasari, 2008. Hal ini disebabkan karena semakin lama uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostglandin dikeluarkan. Jika prostaglandin dikeluarkan maka akan menyebabkan vasokontriksi. Dimana vasokontriksi akan menimbulkan terjadinya iskemik yang memicu timbulnya nyeri dismenore.

2.4.7.3 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah periode yang dibutuhkan antar tiap proses pendarahan menstruasi Silviana, 2012. Siklus menstruasi yang normal adalah 21-35 hari. Beberapa penelitian menyatakan bahwa siklus menstruasi yang tidak normal merupakan faktor resiko dismenore primer. Weller 2002 dalam Silviana 2012 menyatakan bahwa wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur lebih banyak mengalami gangguan menstruasi daripada yang tidak menstruasi.

2.4.7.4 Stress

Risiko untuk mengalami dismenore meningkat pada wanita yang mempunyai riwayat dismenore dan stres tinggi sebelumnnya dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stres sebelumnnya French, 2005. Mekanisme hubungan stress dengan kejadian dismenore, belum sepenuhnya diketahui. Namun, diduga ada hubungan dengan kaskade respon neuroendokrin.Stress mencegah pengeluaran hormon progesteron dan estrogen, sehingga perkembangan folikel terhambat. Hal ini mempengaruhi sintesa dari progesteron, sehingga memicu keluarnya prostaglandin sehingga terjadi vasokontriksi di uterus, akhirnya terjadilah dismenore Ju et al., 2013

2.4.7.5 Merokok Dan Meminum Alkohol

Universitas Sumatera Utara Beberapa studi cross sectional mengatakan ada efek negatif merokok dengan kejadian dismenore Ju et al., 2013. Sundel et al 1990 dalam Ju et al 2013 mengatakan bahwa beratnya dismenore berhubungan dengan banyaknya batang rokok yang diisap perhari. Merokok dapat meningkatkan lamanya menstruasi dan meningkatkan lamanya dismenore sedangkan alkohol merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya komsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis Pakaya, 2014

2.4.7.4 Status Gizi

Menurut WHO World of Health Organization status gizi bisa dilihat dari pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT. Untuk menilai IMT maka kita harus menilai Berat Badan dibandingkan Tinggi badannya. Berikut klasifikasi status gizi berdasarkan IMTU untuk anak umur 5-18 tahun menurut Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010. Tabel. 2.3 Status Gizi anak umur 5-18 tahun berdasarkan IMTU Kemenkes RI, 2010 No Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-score 1. Sangat Kurus -3SD 2. Kurus -3 SD sampai dengan 2 SD 3. Normal 2SD sampai dengan 1 SD 4. Gemuk 1SD sampai dengan 2 SD 5. Obesitas 2 SD Universitas Sumatera Utara Menurut beberapa penelitian, kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena di dalam tubuh yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah terdesaknnya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer Widjanarko,2006 dalam Pakaya 2014. Status gizi perlu diperhatikan karena menurut Riyadi 2003 dalam Lusiana dan dwiriani 2007, status gizi yang kurang akan mengakibatkan keterlambatan menstruasi dari yang seharusnya, sehingga menarche juga tertunda. Disamping itu remaja putri yang memiliki status gizi lebih baik memiliki kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi di masa pubertas dibandingkan remaja yang kurang gizi.

2.4.7.5 Aktivitas Fisik