Pertama, terjadi penurunan penebalan endometrium yang menyebabkan terjadi penurunan aliran darah spiralis dan aliran darah vena sehingga terjadi
vasodilatasi. Hal ini menyebabkan vasokontriksi dari arteriol, yang menyebabkan endometrium pucat. Sekitar 24 jam menjelang haid, terjadi iskemik endometrium.
Kedua, terjadi apoptosis. Hal ini disebabkan oleh pelepasan enzim lisis di lisosom yang dipicu oleh penurunan progesteron dan estrogen. Enzim tersebut
menghancurkan sel disekitarnya dan terjadi pelepasan prostaglandin, ektravasi sel darah merah ,nekrosis jaringan serta trombosis pembuluh darah. Ketiga, terjadi
pelepasan endometrium Samsulhadi, 2011 Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya
stratum basal. Rata - rata fase ini berlangsung selama lima hari rentang 3-6 hari Bobak, 2004 dalam Roza, 2011
2.3.1.2 Siklus Ovarium Siklus Ovarium terbagi 3 tiga yaitu :
a. Fase Folikuler
Fase folikuler berlangsung 10-14 hari. Selama fase folikuler didapatkan beberpa folikel antral tumbuh tetapi pada hari ke-5 sampai ke-7 hanya satu folikel
yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH Follicle stimulating hormone Samsulhadi, 2011
b. Fase Ovulasi
Fase ovulasi ditandai dengan lonjakan LH Luteinizing Hormone. Lonjakan LH dipicu kadar estrogen yang tinggi oleh folikel preovulasi yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. Ovulasi terjadi 24-36 jam pasca puncak kadar estrogen estradiol dan 10-12 jam pasca puncak LH.
Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin dan progesteron bersama lonjakan FSH memicu enzim proteolitik yang menyebabkan dinding folikel “pecah”
Samsulhadi, 2011 . c.
Fase Luteal
Universitas Sumatera Utara
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron Bobak, 2004 dalam
Roza, 2011. Lonjakan LH kemudian menurun apabila tidak terjadi pembuahan. Pada haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 hari pasca ovulasi.
Kemungkinan korpus luteum mengalami regresi akibat dampak luteolisis estrogen yang dihasilkan korpus luteum sendiri Samsulhadi, 2011.
2.3.1.3 Siklus Hipofisis-Hipothalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone Gn-RH . Pada awal siklus sekresi gonadotropin FSH, LH meningkat perlahan
dengan sekresi FSH lebih tinggi dari LH. Pada folikel didapatkan dua macam sel yaitu sel teka dan sel granulosa yang melingkari sel telur oosit Samsulhadi,
2011 . Pada awal siklus awal fase folikuler reseptor LH hanya di jumpai pada
sel teka dan FSH hanya pada sel granulosa. LH memicu sel teka untuk menghasilkan hormon androgen kemudian masuk ke sel granulosa. FSH
mengubah hormon androgen tersebut menjadi estrogen. Stimulasi FSH tersebut menyebabkan beberapa folikel antral menjadi besar dan sekresi estrogen terus
meningkat. Pada hari ke 5 sampai ke 7 siklus estrogen dan inhibin B terus meningkat yang akhirnya menekan FSH. Sekresi FSH yang menurun akhirnya
menyebabkan hanya ada satu folikel yang akan terus tumbuh sedangkan folikel primordial yang lain akan mengalami atresia. Pada akhir masa folikuler sekresi
LH akan lebih dominan dari FSH. Setelah 36-48 jam lonjakan LH, oosit akan keluar inilah yang disebut ovulasi Samsulhadi, 2011 .
Pasca ovulasi, luteinisasi sel graulosa menjadi sempurna, sekresi progesteron meningkat tajam dan memasuki fase luteal. Kadar progesteron yang
meningkat ini menyebabkan kadar LH dan FSH turun tetapi kadar LH tetap lebih dominan dari FSH. LH berperan untuk vaskularisasi dan sintesa hormon steroid di
korpus luteum. Pada fase luteal kadar estrogen dan progesteron meningkat
Universitas Sumatera Utara
mencapai puncak 7 hari pascaovulasi. Tetapi kadar progesteron lebih dominan dari estrogen. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa
ini, korpus luteum menyusut dan mengalami atresia, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. Kurang dari 14 hari
pasca estrogen dan progesteron cukup rendah dan mengakibatkan sekresi gonadotropin meningkat kembali dimana FSH lebih dominan dari LH dan
dimulailah siklus berikutnya Samsulhadi, 2011.
Gambar 2.4.Siklus Menstruasi Clancy dan McVicar, 2013
Universitas Sumatera Utara
2.4 Dismenore 2.4.1. Pengertian Dismenore