Latar Belakang Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beranjak dari permasalahan yang tersisa dari proses pengeksekusian terpidana mati Dukun AS oleh pihak kejaksaan, di mana terjadi konflik antara pihak kuasa hukum terpidana dengan pihak Kejatisu sebagai eksekutor. Kuasa hukum terpidana berpendapat kalau pihak Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Kejatisu tidak mengindahkan hak hukum kliennya karena terpidana belum sempat menggunakan haknya untuk mengajukan grasi yang kedua oleh karena belum penuh dua tahun sejak pengajuan grasi yang pertama sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 ayat 3 UU RI No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi. Namun, pihak kejatisu berpendapat kalau proses pengeksekusian Dukun AS telah memerhatikan semua ketentuan hukum yang harus dipenuhi. Kejatisu berpendapat bahwa pengajuan grasi yang kedua, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 ayat 3 UU RI No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi, dapat dilakukan jika dalam kurun waktu dua tahun sejak pengajuan grasi pertama pihak kejaksaan belum melakukan eksekusi. Berdasarkan pernyataan ini saya menyimpulkan bahwa setelah pengajuan grasi pertama ditolak oleh Presiden, kejaksaan dapat segera melakukan eksekusi. Sementara jika dikaji Pasal yang menjadi dasar pengeksekusian tersebut, yakni Pasal 2 ayat 3, tidak ada diatur atau memuat mengenai pengeksekusian oleh pihak kejaksaan dalam kurun waktu dua tahun Universitas Sumatera Utara setelah penolakan grasi pertama. Demikian pula dalam penjelasan pasal tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai hal ini. Disamping itu, bila dilihat Pasal 3 UU RI No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi, pasal ini seharusnya dapat menganulir pendapat pihak kejatisu tersebut. Di mana pada masa pengajuan grasi pengeksekusian terhadap putusan pengadilan dalam hal pidana mati dapat ditunda. Namun hal ini apakah sesuai dengan syarat kurun waktu pengajuan grasi yang kedua masih akan dikaji keabsahan pengajuan grasi Dukun AS yang kedua. Sehingga berdasarkan permasalahan tersebut saya ingin mengkajimenelaah bagaimana sesungguhnya koherensi antara prosedur pengajuan grasi oleh pihak terpidana dengan pelaksanaan eksekusi terhadap terpidana oleh pihak kejaksaan, dalam hal pidana mati. Apakah setelah grasi pertama ditolak oleh Presiden pihak kejaksaan dapat langsung segera mengeksekusi mati terpidana atau memberikan peluang untuk pengajuan grasi yang kedua? Apakah setelah peluang waktu yang diberikan itu telah lewat namun terpidana tidak mengajukan grasi yang kedua, eksekusi dapat dilakukan? Permasalahan yang kedua dalam hal ini yaitu prosedur pengajuan grasi oleh terpidana sampai akhirnya grasi itu dijawab oleh Presiden. Seperti apakah prosedur yang baku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku Mis : UURI No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi. Berdasarkan ketentuan yang berlaku seharusnya grasi yang dijawab oleh Presiden ditolak ataupun dikabulkan itu dijawab langsung oleh Presiden melalui surat jawaban yang ditandatangani langsung oleh Presiden dengan kop surat instansi kepresiden. Namun yang terjadi Universitas Sumatera Utara dalam kasus Dukun AS pengajuan grasi yang kedua ditolak melalui pejabat setingkat Kepala Biro di Sekretariat Negara.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Pidana Profesi Kedokteran Kehakiman Sebagai Ahli Berdasarkan Pasal 179 Kuhap (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No 1498/Pid.B/2012/Pn.Lp.Pb)

0 48 109

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Peranan Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Tindak Pidana Pembunuhan (Study Kasus Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. 1243/Pid B/2006/PN-LP)

5 97 118

Pencabutan Delik Aduan Dalam Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Akibatnya Dalam Peradilan Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. Reg. : 1276/Pid.B/2007PN.LP)

3 144 102

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Menerima Gratifikasi Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

5 67 133

Implementasi Pidana Mati Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan (Study Putusan No. 514/Pid.B/1997/PN-LP)

0 27 87

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Proses Peradilan Pidana Sesuai Dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak (Studi Kasus Di Wilayah Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli)

1 64 127

Tinjauan Hukum Atas hak Prerogatif Presiden Dalam Pemberian Grasi Terhadap terpidana Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi

0 15 90

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI PERJANJIAN PENJUALAN CRUDE PALM OIL (Studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.147/Pdt.G/2009/PN.LP)

1 8 45

Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2730/Pid.B/2001/PN.Mdn)

0 2 130