upaya hukum terakhir dalam persidangan yaitu mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung.
Untuk yang kedua kali Mahkamah Agung kembali menolak upaya hukum yang dilakukan oleh terdakwa. Dalam amar putusan yang diputuskan pada
persidangan tertanggal 28 Mei 2003, Mahkamah Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali terpidana Ahmad Suraji alias Nasib alias Datuk dan
menetapkan bahwa putusan yang dimohonkan Peninjauan Kembali tersebut tetap berlaku.
40
B. Upaya Hukum yang Dilakukan Pihak Dukun AS terhadap Putusan Pidana Mati Dukun AS
Adapun upaya hukum yang dilakukan pihak Dukun AS melalui kuasa hukumnya secara berurutan adalah sebagai berikut:
1. pada tanggal 27 April 1998, mengajukan banding kepada Pengadilan Tinggi
Medan terhadap putusan hakim majelis dalam persidangan yang dilangsungkan di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam;
2. pada tanggal 27 Juni 1998, mengajukan permohonan kasasi kepada
Mahkamah Agung terhadap putusan majelis hakim pada Pengadilan Tinggi Medan yang menolak permohonan banding terdakwa dan menguatkan putusan
majelis hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam; 3.
pada tanggal 22 September 1998, mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan majelis hakim Mahkamah Agung yang menolak
40
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai amar putusan mulai dari Pengadilan Negeri sampai kepada Mahkamah Agung dapat dilihat pada bagian lampiran
Universitas Sumatera Utara
permohonan kasasi terpidana dan memperkuat putusan kasasi majelis hakim Mahkamah Agung;
4. kemudian pada tanggal 28 Mei 2003, mengajukan grasi yang pertama kepada
Presiden yang ditolak empat tahun kemudian pada 27 November 2007 melalui Keputusan Presiden No. 7GTahun 2007;
5. kemudian pada tanggal 18 Januari 2008, istri Dukun AS, Tumini, melalui
kuasa hukumnya Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI Medan mengajukan permohonan grasi yang kedua kepada Presiden dengan
dasar Pasal 7 ayat 1, 2 UU No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.
C. KomentarTanggapan Penulis
Dalam hal ini Penulis memberikan komentar ataupun tanggapan secara berurutan mulai dari putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Pengadilan Tinggi
Sumatera Utara, sampai kepada putusan Kasasi dan putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung. Kemudian diikuti dengan komentar ataupun tanggapan
terhadap upaya hukum yang dilakukan oleh Terdakwa maupun Kuasa hukumnya mulai dari banding, kasasi sampai kepada peninjauan kembali sebagai
pembanding yang pada akhirnya menuju kepada suatu kesimpulan. Dalam memberi komentar ataupun tanggapan, penulis juga mencoba
memaparkan orientasi pertimbangan majelis hakim dalam memnetapkan putusan. Apakah cenderung kepada pertimbangan-perimbangan yuridis atau pertimbangan
nonyuridis. Sebagaimana telah dikeahui, pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di
Universitas Sumatera Utara
dalam persidangan dan oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat dalam putusan. Adapun pertimbangan yang bersifat yuridis yaitu:
41
1. dakwaan Jaksa Penuntut Umum,
2. keterangan saksi,
3. keterangan terdakwa,
4. barang-barang bukti,
5. pasal-pasal dalam undang-undang.
Sedangkan pertimbangan yang bersifat nonyuridis yaitu pertimbangan pribadi hakim diluar hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang yang mana
hakim menganggapnya termasuk dalam hal yang dapat membantu untuk merumuskan putusan. Dalam hal ini misalnya akibat dari perbuatan terdakwa,
kondisi diri terdakwa. Jadi, berdasarkan hal tersebut di atas, berikut komentartanggapan
penulis: 1.
Tanggapankomentar terhadap putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam terhadap terpidana mati Dukun AS tertanggal 27 April 1998
Bahwa dalam putusan tesebut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam menyatakan terdakwa yaitu Ahmad Suraji terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana: Pembunuhan Berencana yang dilakukan beberapa kali yang masing-masing dipandang sebagai perbuatan
tersendiri dan dilakukan secara bersama-sama. Dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam menghukum Terdakwa dengan pidana mati.
41
Agustina Wati Nainggolan, Op. Cit, hlm. 75
Universitas Sumatera Utara
Kemudian menetapkan terdakwa ditahan di rumah Tahanan Negara. Dalam putusan tersebut juga disebutkan berbagai macam alat bukti baik yang
berkaitan langsung dengan korbanmilik para Korban maupun milik Terdakwa apakah alat yg ia gunakan ketika melakukan perbuatannya maupun barang-barang
milik terdakwa. Juga ada liputan media elektronik berupa kaset vidio dan kaset tape hasil wawancara beserta dua ser foto copy akta Notaris yang telah
disesuaikan dengan aslinya. Terakhir, majelis hakim menetapkan biaya perkara sebesar Rp. 7500,- tujuh ribu lima ratus rupiah dibebankan kepada Terdakwa.
Melihat diktum dari putusan majelis hakim tersebut, tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa adalah pembunuhan
berencana yang berujung kepada vonis seberat-beratnya pidana mati. Dan yang memperberat Terdakwa bahwa perbuatannya tersebut dilakukan beberapa kali
dengan sadar. Tentunya mengacu kepada sistem hukum yang dianut oleh negara kita yaitu Eropa Continental atau Civil Law, yang memiliki kecenderungan
mengacu kepada peraturan perundang-undangan, mau tidak mau perbuatan terdakwa mengarah kepada ketentuan Pasal 340 KUHP yang mengatur tentang
pembunuhan berencana dengan vonis maksimal pidana mati. Belum lagi ditambah dengan bukti-bukti yang cukup banyak. Hal ini tentu saja memantapkan majelis
hakim baik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan secara sah maupun berdasarkan pertimbangan majelis hakim untuk menjatuhkan vonis
pidana mati secara aklamasi. Melihat pertimbangan yang dibuat oleh majelis hakim yang mengacu
kepada dakwaan jaksa penuntut umum dengan memuat pasal tentang pembunuhan
Universitas Sumatera Utara
berencana, kemudian mengedepankan bukti-bukti yang cukup banyak maka pertimbangan majelis hakim lebih cenderung kepada pertimbangan yang bersifat
yuridis. Sementara mengenai hal-hal yang menjadi pertimbangan yang bersifat nonyuridis seperti akibat dari perbuatan terdakwa dan kondisi terdakwa tidak
begitu ditekankan dalam putusan majelis hakim. 2.
Tanggapankomentar terhadap putusan banding Pengadilan Tinggi Medan terhadap pengajuan banding terdakwa Ahmad Suraji
Relatif sama dengan putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Hanya memperbaiki beberapa amar redaksi yang kurang tepat pada putusan Pengadilan
Negeri Lubuk Pakam seperti kata “menetapkan” pada kalimat “menetapkan biaya perkara” diperbaiki menjadi “membebankan”, membuang kata-kata “di rumah
tahanan negara” pada kalimat yang mengatur tentang potong tahanan. Kemudian memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan amar putusan,
“Menyatakan Terdakwa Ahmad Suraji alias Nasib alias Datuk terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan ‘Pembunuhan berencana yang
dilakukan beberapa kali yang masing-masing dipandang sebagai putusan tersendiri-sendiri dan dilakukan secara bersama-sama.”
Dalam memutuskan putusan banding ini majelis hakim Pengadilan Tinggi Medan memiliki kesimpulan yag sama dengan majelis hakim Pengadilan
Negeri Lubuk Pakam, bahwa terdakwa Ahmad Suraji alias Nasib alias Datuk telah melakukan perbuatan yang harus diganjar dengan pidana mati. Hanya dalam
diktum menimbang dan amar redaksi yang berbeda. Sehingga pada putusan
Universitas Sumatera Utara
tersebut lebih berupa perbaikan amar redaksi dan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam.
3. Tanggapankomentar terhadap putusan kasasi Mahkamah Agung Republik
Indonesia terhadap pengajuan kasasi terdakwa Ahmad Suraji terhadap putusan banding Pengadilan Tinggi Medan
Dalam putusan kasasi ini majelis hakim menolak keberatan terdakwa terhadap putusan Pengadilan Tinggi Medan yang mengatakan bahwa putusan
judex factie Pengadilan Tinggi Medan bertentangan dengan hukum karena melampaui batas kewenangan. Karena berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun
1970, Undang-undang No. 8 Tahun 1981, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 dan Undang-undang lain yang bersangkutan majelis hakim tidak menemukan
bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan bertentangan dengan hukum atau melampaui batasa kewenangan.
Oleh karena itu, penulis menaggapi bahwa pertimbangan majelis hakim disini lebih kepada pertimbangan yang bersifat yuridis. Kemudian memperbaiki
amar redaksi putusan Pengadilan Tinggi Medan pada kalimat “putusan tersendir- sendiri” menjadi “perbuatan tersendiri-sendiri.” Dan oleh karena itu majelis hakim
tidak menemukan alasan yang kuat dari keberatan terdakwa maka majelis hakim mempertahankan putusan sela Pengadilan Negeri Lubuk Pakam tanggal 5 Januari
1998 Nomor: 513PID. B1997PN. LP dan memperbaiki putusan Pengadilan Lubuk Pakam tanggal 27 April 1998 Nomor: 513PID. B1997PN. LP dengan
menghukum terdakwa dengan pidana mati.
Universitas Sumatera Utara
4. TanggapanKomentar terhadap putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung atas permohonan peninjauan kembali terdakwa Ahmad Suraji Putusan ini merupakan respon terhadap pengajuan peninjauan kembali
oleh terdakwa karena telah menemukan bukti baru atau yang biasa disebut dengan novum. Adapun bukti baru yang dimaksudkan oleh terdakwa bahwa lokasi
penemuan mayat yang disebut-sebut menjadi korban terdakwa adalah tempat pembantaian “Gerwani”. Oleh karena itu dikhawatirkan adanya kesalahan dalam
penentuan jumlah dan pengidentifikasian korban karena bila dibongkar akan menemukan ratusan kerangka mayat. Kemudian mengungkapkan, dari ke 42
orang korban hanya tiga 3 orang yang teridentifikasi namun saksi-saksi tidak mengetahui penyebab yang pasti hilangnya nyawa korban.
Kemudian Terdakwa melalui kuasa hukumnya menyampaikan keberatan atas putusan Pengadilan Tinggi Medan karena berpendapat bahwa putusan
tersebut terdapat kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata. Namun semua keberatan Terdakwa ditolak oleh majelis hakim Mahkamah Agung. Mengenai
bukti baru atau novum majelis hakim berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah bukti baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b UU No. 14 Tahun
1985. Sedangkan keberatan dikarenakan adanya indikasi kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata juga tidak terbukti. Dalam hal ini majelis hakim mengambil
dasar sesuai dengan ketentuan Pasal 67 huruf f UU No. 14 Tahun 1985. Kemudian melihat dari dasar pertimbangan yang dipergunakan oleh
majelis hakim, yaitu berdasarkan pasal-pasal dalam peraturan perundang- undangan dan bukti-bukti yang ada maka penulis berpendapat bahwa putusan
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan oleh majelis hakim lebih condong kepada putusan yang berorientasi kepada pertimbangan yuridis. Dan akhirnya menolak permohonan
peninjauan kembali Terpidana Ahmad Suraji dan menetapkan bahwa putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tersebut tetap berlaku.
Universitas Sumatera Utara
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. KESIMPULAN