BAB IV Analisis Kasus Grasi dalam Eksekusi Terpidana Mati Dukun AS
A. Putusan Pidana Mati Dukun AS dan Pertimbangan-pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Vonis
Dalam kaitannya dengan putusan hakim, sebelum mengkaji mengenai putusan pidana mati Dukun AS dan pertimbangan-pertimbangan hukum hakim
dalam menjatuhkan vonis, penulis terlebih dahulu menguraikan beberapa bentuk putusan hakim dan pembagian pertimbangan hakim atas pertimbangan yuridis dan
pertimbangan non-yuridis. Pasal 1 butir 11 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
menyatakan, “Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas
dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”
30
Ada tiga 3 bentuk putusan pengadilan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana pada Pasal 191 dan Pasal 193, yaitu:
1. Putusan Bebas
Putusan bebas adalah putusan yang dijatuhkan hakim kepada terdakwa apabila dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan kesalahan yang didakwakan
30
Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
Universitas Sumatera Utara
kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
31
Hal ini diatur dalam Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Pada asasnya, esensi putusan bebas terjadi karena
terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan JaksaPenuntut Umum dalam
surat dakwaan.
32
Dakwaan tidak terbukti diatur dalam Pasal 183 KUHAP yang menyebutkan, “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
yang bersalah melakukannya.” Pasal ini memberi penjelasan bahwa adanya dua alat bukti yang sah belum cukup bagi hakim untuk menjatuhkan pidana akan
tetapi dari dua alat bukti yang sah itu hakim juga memperoleh keyakinan bahwa telah terjadi tindak pidana dan terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana
tersebut. Menurut M. Yahya Harahap Putusan Bebas berarti terdakwa dijatuhi
putusan bebas atau dinyatakan bebas dari tuntutan hukum vrij spraak atau acquital. Inilah pengertian terdakwa diputus bebas, terdakwa dibebaskan dari
tuntutan hukum, dalam arti dibebaskan dari pemidanaan.
33
31
Agustina Wati Nainggolan, Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, Tesis pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2009, hal. 64
32
Ibid
33
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal.
326
Universitas Sumatera Utara
Bila ditinjau dari segi yuridis, putusan bebas adalah putusan yang dinilai oleh hakim yang bersangkutan:
34
1. tidak memenuhi asas pembuktian menurut undang-undang secara negatif
Maksudnya adalah, bahwa pembuktian yang diperoleh dipersidangan tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan sekaligus kesalahan terdakwa
yang tidak cukup itu tidak diyakini oleh hakim. 2.
Tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian Bahwa kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa hanya didukung oleh
satu alat bukti saja, sedang menurut ketentuan Pasal 138 KUHAP, agar cukup membuktikan kesalahan seorang terdakwa harus dibuktikan dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah.
2. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum