Latar Belakang Studi pustaka hama sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pohon sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen dalam literatur- literatur lama diberi nama ilmiah Albizzia falcata Backer, Albizzia moluccana Miq., Moluccana albizzia, dan Adenanthera falcata Linn. dan yang terakhir adalah Albizia falcataria L Fosberg. Pohon sengon tergolong jenis pohon cepat tumbuh fast growing species sehingga dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat, sekitar 5 – 8 tahun. Bila ditanam pada tanah yang subur dan iklim yang sesuai, pada umur 1 tahun pohon sengon dapat mencapai tinggi 7 m, umur 3 tahun mencapai tinggi 18 m dan umur 9 – 10 tahun mencapai tinggi 30 m. Tinggi maksimum mencapai 45 m. Pada kondisi optimum riap diameter mencapai 5 – 7 cm per tahun Satjapraja dan Tim Perhimpi, 1989. Karena tumbuh cepat pohon sengon banyak ditanam oleh petani di pedesaan di P. Jawa, bahkan sekarang banyak pengusaha yang menanam jenis pohon ini baik sebagai hutan tanaman industri HTI maupun sebagai hutan rakyat. Menurut informasi dari Direktorat Pengembangan Hutan Tanaman, Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan Departemen Kehutanan, sampai tahun 2010 di Pulau Kalimantan saja telah ada 15 perusahaan Ijin Usaha Pemungutan Hasil Hutan Kayu di Hutan Tanaman Industri IUPHHK-HTI yang mengusahankan sengon dengan luas areal sekitar 366.000 ha. Di KPH Kediri, dengan jarak tanam awal 3 x 1 m, hasil kayu pertukangan dari hutan tanaman sengon yang dipanen pada umur 8 tahun bisa mencapai lebih dari 200 m 3 per ha. Bila ke dalam hasil itu ditambahkan kayu pertukangan dari hasil beberapa kali penjarangan sebelum dipanen, hasil kayu pertukangan per ha bisa lebih dari 300 m 3 per ha. Kayu sengon tergolong ringan berat jenis 0,33, mempunyai kelas awet IVV dan kelas kuat IV – V. Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah, peti kemas, kayu lapis, papan partikel, papan serat, papan semen wol kayu, korek api, bahan bubur kayu pulp, bahan kelom, korek api tangkai dan kotak dan kayu bakar Martawijaya et al., 1989. Akhir-akhir ini peranan pohon sengon semakin meningkat sejak kayunya banyak digunakan untuk pembuatan papan laminasi, papan sambung joint board, dasar lantai kayu floor base dan komponen pembuatan piano. Prospek penggunaan kayu sengon dilukiskan oleh Kasmudjo 1992. Kayu sengon dari hasil tebangan pohon yang berumur 6 – 7 tahun dapat digunakan untuk papan sambung dan papan partikel, kayu sengon dari hasil tebangan pohon berumur 8 – 9 tahun digunakan untuk moulding sederhana, mebel sederhana dan kayu lapis, dan kayu sengon dari hasil tebangan pohon berumur 10 tahun dapat digunakan untuk bahan bangunan ringan. Kayu sengon yang berasal dari tebangan pohon yang berumur 6 sampai 10 tahun dapat digunakan untuk kerajinan kayu ringan. Pengusahaan hutan sengon, baik berupa hutan milik atau hutan negara, tidak terlepas dari gangguan berbagai jenis hama. Beberapa jenis hama sengon yang telah diketahui adalah ulat daun Eurema blanda dan E. hecabe famili Pieridae , ordo Lepidoptera, ulat kantong Pteroma plagiophleps famili Psychidae , ordo Lepidoptera, ulat Indarbella acutistriata famili Indarbelidae, ordo Lepidoptera yang merusak bagian kulit luar dari batang dan dahan pohon sengon, uret larva famili Scarabaeidae, ordo Coleoptera, yang yang menyerang akar tanaman sengon yang masih muda umur 1 tahun, Xystrocera festiva dan X. globosa dan Horia sp. famili Cerambycidae, ordo Coleoptera yang menyerang bagian batang pohon sengon. Selain hama-hama tersebut mungkin saja masih ada jenis-jenis hama lain yang telah diketahui menyerang sengon, namun tersebar pada berbagai sumber pustaka, termasuk skripsi, tesis dan desertasi. Untuk keperluan pengendalian hama-hama sengon tersebut diperlukan pengetahuan mengenai biologi hama, daerah penyebaran, jenis-jenis pohon yang diserangnya, cara penyerangan, berbagai aspek serangan dan cara-cara pengendaliannya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui penelusuran pustaka studi pustaka. Dewasa ini diperkirakan berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri telah melakukan penelitian tentang hama-hama sengon tersebut. Informasi yang terpencar tersebut perlu dihimpun dalam suatu tulisan ilmiah sehingga dapat memberi kemudahan bagi yang memerlukannya, antara lain adalah Perum Perhutani dan para pemegang IUPHHK-HTI sengon.

1.2 Tujuan