c. Daerah penyebaran
Xystrocera globosa tersebar di daerah tropika dan sub tropika Asia, New
Guinea, Australia Utara, Madagaskar, Mesir, Hawaii dan Puerto Rico Breuning, 1957; Duffy, 1968, dalam Matsumoto et al., 1998. Xystrocera globosa mungkin
berasal dari daerah tropika karena 50 spesies lainnya dari Genus Xystrocera hanya terdapat di tropika. Xystrocera globosa merupakan satu-satunya anggota genus
Xystrocera yang menyebar sampai kedaerah beriklim sedang 4 musim di Asia Timur Matsumuto, et al., 1998.
d. Pohon inang
Pohon-pohon hutan yang diserang X. globosa antara lain adalah Acacia catechu
, A. auriculiformis, A. mangium, Albizia lebbeck, Albizia procera, Albizia stipulata
, Anacardium oxidentale, Bauhinia acuminata, Bombax melabaricum, Paraserianthes falcataria
dan Parkia speciosa.
e. Cara penyerangan
Serangga ini umumnya memulai serangannya dari bagian pohon yang luka, sakit atau mati, karena kumbang betinanya biasa meletakkan telurnya
ditempat tersebut. Saat telur menetas, kelompok larva muda akan menyerang bagian dalam kulit di dekat tempat kelompok telur. Cara serangan X. globosa
berbeda dengan X. festiva dalam beberapa hal berikut 1 walaupun larvanya terdapat dalam kelompok mereka memakan secara individu tanpa membuat
saluran gerek bersama, 2 larva tidak selalu menggerek kearah bawah seperti X. festiva
, tetapi sering ke arah atas atau secara horizontal. Selain itu, X. globosa lebih kecil dibanding X. festiva sehingga lubang gerek lebih kecil 5 mm
dibanding dengan luabng gerek X. festiva 15 mm Matsumoto, 1994. Sebelum berkepompong, larvanya terlebih dahulu membuat ruangan yang melebar dan
teratur, kemudian dibuatnya lubang gerek yang sempit untuk tempat kepompong.
f. Dampak serangan
Dampak serangannya hampir sama dengan X. festiva.
g. Cara pengendalian
Serangan X. globosa pada tegakan sengon sering terjadi bersama dengan serangan X. festiva. Oleh karena itu pengendalian X. globosa dilakukan bersama
dengan pengendalian X. festiva dan dengan cara yang sama. Untuk itu dapat dilihat pada bagian pengendalian X. festiva.
4.1.4 Hama Akar 4.1.4.1
Endoclita sericeus a. Morfologi
Hama Endoclita sericea termasuk famili Hepialidae, Ordo Lepidoptera. Telurnya kecil, bentuknya bulat dan berwarna putih. Telur yang hampir menetas
berwarna hitam Kalshoven, 1919. Larva mempunyai tubuh yang ramping, kepala dan toraks berwarna coklat
mengkilap. Panjang tubuh larva dewasa adalah 6 – 7,5 cm dan tebalnya 6 – 9 mm. Bagian dorsal ruas kedua dan ketiga dari toraks agak keras, tetapi bagian
ventralnya agak lunak. Pada setiap ruas tubuh terdapat benjolan-benjolan berbentuk lonjong, bagian depan lebih besar dari bagian belakang. Warna larva
berbeda-beda. Larva muda berwarna hitam, punggungnya berwarna putih pelat- pelat putih. Setelah ganti kulit pertama warna tubuhnya putih kekuning-kuningan
dan berbintik-bintik hitam. Larva dewasa berwarna putih kekuning-kuningan, bagian tengah tubuhnya berwarna putih. Seluruh tubuh ulat mengkilap, berbulu-
bulu kaku yang tersebar secara teratur. Panjang tubuh pupa 7 – 9,5 cm, berwarna coklat muda. Batas-batas ruas
tubuhnya berlekuk, pada punggung dan perutnya terdpat duri-duri tajam. Ujung abdomen tumpul dan membulat, sedangkan bagian kepalanya melebar dan
gepeng. Bagian ini berwarna lebih tua, permukaannya kotor, tidak mengkilap seperti bagian tubuh lainnya.
Ngengat berwarna coklat kekuning-kuningan, rentang sayap ngengat jantan dan ngengat betina masing-masing 6,8 cm dan 9 cm. Kepala ngengat agak
melebar, mata fasetnya besar dan alat mulutnya pendek. Sayapnya berwarna coklat kekuning-kuningan dan tungkainya berwarna abu-abu. Pada pinggir sayap
terdapat bintik-bintik putih yang sangat halus, berwarna lebih terang. Pada pangkal sayapnya terdapat bintik hitam. Sayapnya tipis dan tembus cahaya. Pada
waktu istirahat tidak terbang ngengatnya menggantungkan diri pada cabang- cabang atau ranting-ranting pohon. Ngengat E. sericeus sukar ditemukan di hutan
karena warnanya menyerupai warna sekelilingnya.
b. Siklus hidup
Siklus hidup E. sericeus belum diketahui. Kalshoven 1919 melaporkan bahwa pada bulan Januari 1919 terdapat pohon yang pertama kali diserang dan
pada bulan Mei baru ditemukan larva dewasa. Pada bulan Desember mulai ditemukan adanya pupa. Jadi perkembangannya sangat lama, mungkin sekali
dalam satu tahun hanya terdapat satu generasi.
c. Daerah penyebaran
Di P. Jawa E. sericeus ditemukan pada beberapa tanaman berkayu. Hama ini terdapat juga di India. Belum ada informasi tentang adanya hama ini di pulau-
pulau lain di Indoensia.
d. Pohon inang
Endoclita sericeus tergolong serangga fitofag. Menurut Kalshoven 1919
dan Dammerman 1929, selain rasamala, hama ini menyerang pula pohon kina, coklat, teh, dadap, sengon, jati dan jenis-jenis pohon hutan lainnya serta tanaman
palawijaya.
e. Cara penyerangan
Serangan E. sericeus umumnya terjadi di daerah beriklim basah dan tidak ada perbedaan yang jelas antara musim hujan dengan musim kemarau. Di daerah
demikian sengan hama ini dapat terjadi sepanjang tahun. Ngengat betina bertelur pada malam hari. Telur-telurnya diletakkan di permukaan tanah Dammerman,
1929. Belum diketahui berapa jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh seekor ngengat betina.
Larva menyerang pohon pada malam hari, pada siang hari mereka bersembunyi di dalam tanah atau tunggak-tunggak yang lapuk. Menurut
Kalshoven 1937, larva instar-instar awal tidak menyerang tanaman hidup, tetapi memakan ranting, dahan dan tunggak yang telah lapuk di tanah. Setelah larva
agak dewasa, mereka pindah ke semak-semak dan mulai menyerang pohon-pohon muda. Larva memakan kulit kayu dibagian leher akar atau sedikit di atas leher
akar. Larva menyerang pohon secara bersama-sama bergerombol, sampai pohon mati, setelah itu mereka pindah ke pohon lain. Larva akan pindah dari pohon yang
satu ke pohon yang lain, terutama bila pohon yang digereknya sudah mati sebelum
larva menjadi kepompong. Menurut Kalshoven 1937 larvanya hanya dapat berkepompong pada pohon yang masih hidup.
Bekas serangan pada leher akar melingkar seperti cincin. Pada pohon yang berkulit tebal, bentuk kerusakannya tidak seperti cincin, tetapi tidak teratur.
Larva dewasa yang akan menjadi pupa banyak merusak kayu gubal, kemudian membuat lubang gerek, mula-mula mendatar sedalam 1 – 1,5 cm,
kemudian membelok ke arah atas atau ke bawah ke akar tunggang Gambar 26. Dalamnya lubang gerek mencapai 20 cm. Pengepompongan terjadi di dalam
lubang gerek.
Gambar 26 Endoclita sericeus yang menyerang pangkal batang pohon kina de- ngan membentuk gelang pada leher akar Kalsoven, 1981.
f. Dampak serangan