Pohon inang Cara penyerangan

d. Pohon inang

Sejak tahun 1888 X. festiva telah diketahui menyerang tanaman sengon yang digunakan sebagai pohon pelindung di perkebunan kopi, teh dan coklat di P. Jawa, dan di kawasan hutan sebagai tanaman reboisasi di P. Jawa Notoatmodjo, 1963. Pohon petai Parkia speciosa dan pohon jengkol Pithecelobium lobatum yang merupakan pohon asli di Indonesia Bagian Barat Jawa dan Sumatera dilaporkan sering diserang hama ini. Xystrocera festiva menyerang berbagai jenis pohon yang tergolong famili Fabaceae polong-polongan. Menurut Notoatmodjo 1963 selain menyerang pohon sengon X. festiva menyerang pula pohon Albizia chinensis A. stipulata, A. lebbeck , A. sumatrana, Acacia auriculiformis, Inga vera, Pithecelobium lobatum dan Samanea saman. Pada tahun 1986 hama ini pernah ditemukan menyerang Calliandra calothyrsus di Bogor dan Acacia deccurens di Sukabumi Husaeni, 2001. Serangan X. festiva pada Calliandra calothyrsus ini ditemukan pula oleh Matsumoto 1994 di daerah Bogor dan Benakat Sumatera Selatan. Dari hasil penelitiannya antara tahun 1991 – 1994, Matsumoto 1994 menambahkan lagi jenis pohon yang diserang X. festiva yaitu Acacia mangium, hibrid Acacia A. mangium x A. auriculiformis , Acacia vera, Acacia arabica, Acacia catechu, Parkia speciosa , Pithecelobium dulce, dan Enterolobium cyclocarpum. Sengon, jengkol dan petai merupakan tiga jenis pohon yang banyak ditanam di kebun- kebun milik rakyat. Adanya serangan X. festiva pada hutan tanaman sengon tergantung pada adanya ketiga jenis pohon tersebut di kebun yang berdekatan dengan hutan tanaman sengon. Penularan X. festiva ke tegakan sengon di dalam kawasan hutan sering dimulai dari kebun-kebun milik rakyat yang berdekatan dengan tegakan sengon tersebut Matsumoto, 1994.

e. Cara penyerangan

Umumnya serangan hama ini terjadi pada pohon yang telah berumur 3 tahun atau lebih, yang diameternya telah mencapai 10 cm atau lebih. Bagian pohon yang diserang kebanyakan berkisar pada ketinggian 0 – 5 meter, tetapi adakalanya mencapai 15 meter dari atas permukaan tanah Husaeni, et al.,1995. Telur Xystrocera festiva diletakkan oleh induknya secara berkelompok pada kulit pohon yang terluka atau pada bekas-bekas cabang yang luka. Seekor induk mampu meletakkan telur sampai 400 butir, dan rata-rata hanya separuh dari jumlah tersebut yang hidup Suratmo, 1974. Larva yang keluar dari telurnya bersama-sama menggerek kulit bagian dalam dan bagian kayu sebelah luar Gambar 25. Kambium dan bagian kayu yang luka akan mengeluarkan cairan, terlihat berwarna merah kecoklatan. Biasanya pada permukaan kulit batang terdapat serbuk gerek dan kotoran berwarna coklat kehitaman. Gambar 25 Serangan larva Xystocera festiva Husaeni, 1995. Gejala serangan awal ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada kulit batang dari putih keabuan menjadi merah kecoklatan. Perubahan warna terjadi karena kulit batang yang luka akibat gerekan larva dan serbuk gerek dan kotoran yang menempel pada kulit batang. Bentuk gerekan larva pada batang melebar secara tidak teratur dan menuju ke arah bawah. Serangan pada kayu gubal kadang-kadang sampai menggelang sekeliling batang. Pada tingkat serangan ini, tajuk pohon akan menguning dan selanjutnya daun gugur sehingga pohon mati. Setelah larva menjadi dewasa, kembali membuat lubang gerek ke arah atas di dalam kayu. Lubang gerek berbentuk lonjong dengan panjang lubang gerek berkisar antara 6 – 18 cm dengan garis tengah 15 – 20 cm Franssen, 1931 ; Notoatmodjo, 1963 ; Natawiria, 1973. Pada ujung lubang gerek terdapat dua buah ruangan, ruang sebelah luar berisi kotoran, sisa makanan dan ruang lain adalah ruang pupa. Larva yang akan menjadi kepompong atau pupa berada diujung liang gerek dengan arah kepala ke bawah dan pupa dilindungi oleh dinding yang berkapur CaCO 3 Notoatmodjo, 1963.

f. Dampak serangan