14 Tabel 7.
Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Topik Penelitian
Nama Peneliti
Tahun Judul
Alat Analisis Andry
Pandapotan Purba 2008
Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Pepaya California Kasus: Desa Cimande dan Desa
Lemahduhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor Jawa Barat
RC ratio, Farmer’s share
Artati Widianingsih
2008 Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor Jawa
Barat Analisis Usahatani Analisis
pendapatan usahatani,RC ratio, AnalisisKalayakan
Usahatani NPV,RC ratio Analisis Sensitivitas, Analisis
Pemasaran
Halisah, S 2006
Analisis Kelayakan Finansial dan Kesempatan Kerja Pada Usahatani Pepaya
NPV,IRR, RC Ratio, Payback Period
Dara Gita 2005
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Pepaya Eksotik Dibandingkan
dengan Pepaya Lokal Analisis Faktor, Analisis
Konjoin Wulan
Suparwanti 2009
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Manggis Melalui Pendekatan
Participatory Action Research
Studi Kasus Kelompok Tani Karya Mekar di Kawasan Agropolitan Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor Matriks IFE, matriks EFE,
matriks SWOT, dan QSPM
Devi Zulfi Fauziah
2009 Formulasi Strategi Bersaing Usaha Tanaman Hias pada
PT Istana Alam Dewi Tara, Sawangan, Kota Depok Analisis deskriptif, analisis
lingkungan eksternal dan internal, matriks IFE, matriks
EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM
Nursyamsiah 2008
Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik pada PT Amani Mastra, Jakarta
Matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT,
dan QSPM Mita
Pusponingtyas 2008
Analisis Lingkungan Usaha dan Formulasi Strategi Bersaing Perusahaan dalam Industri Tanaman Hias
Studi pada PT Godongijo Asri, Sawangan, Depok Analisis deskriptif, analisis
lingkungan eksternal dan internal, matriks IFE, matriks
EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM
2.2.1 Studi Tentang Tanaman Pepaya
Penelitian yang dilakukan oleh Purba 2008 terkait analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran Pepaya California di Desa Cimande dan Desa
Lemahduhur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai RC ratio atas biaya sebesar 3,59 dan RC rasio atas biaya tunai sebesar rata-rata 4,05. Karena nilai
dari kedua RC tersebut lebih dari satu, maka usahatani Pepaya California tersebut masih memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani responden di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur adalah luas lahan, jumlah tanaman per
15 hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan
NPK dan penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK. Pada saluran pemasaran Pepaya California di Desa Cimande dan Desa
Lemahduhur, terdapat dua bentuk pola saluran. Pada pola saluran I, petani menjual pepaya tersebut kepada supplier, kemudian supplier menjual pepaya
tersebut kepada pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjualnya lagi kepada konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani menjual pepaya
langsung kepada pabrik konsumen akhir. Berdasarkan rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh petani, maka dapat disimpulkan bahwa kedua pola saluran
pemasaran yang ada di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur sudah efisien 1. Nilai rasio keuntungan dan biaya pada pola saluran I sebesar 4,39 dan nilai rasio
keuntungan dan biaya pada pola saluran II sebesar 8,73. Widianingsih 2008 melakukan penelitian usahatani dan pemasaran
Pepaya California berdasarkan SPO Standar Prosedur Operasional dan non SPO di Desa Pasirgaok. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian mengenai GAP
Good Agriculture Practices
no 61PermentanOT.160II2006 tangal 28 November 2006 untuk tanaman buah-buahan. Untuk peningkatan produksi dan
peningkatan mutu produk hortikultura yang baik dan tepat diperlukan adanya pedoman penyusunan prosedur kerja budidaya serta penanganan pasca panen atau
Standar Prosedur Operasional SPO komoditi hortikultura bagi para
stakeholders
baik petani, kelompok tani, kelompok usaha, koperasi maupun perusahaan. Perbedaan sistem usahatani Pepaya California SPO dan non SPO hanya terletak
pada input yang digunakan, yaitu pupuk dan obat-obatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase pendapatan atas biaya
tunai yang diperoleh petani pepaya SPO lebih tinggi dari pendapatan atas biaya tunai petani pepaya non SPO. Jika ditinjau dari persentase pendapatan atas biaya
total, usahatani pepaya SPO yang sedang dikembangkan oleh petani pepaya Desa Pasirgaok dapat meningkatkan pendapatan petani menjadi lebih tinggi dari
pendapatan pepaya non SPO. Nilai NPV pengusahaan Pepaya California SPO di Desa Pasirgaok selama tiga tahun bernilai Rp 258.308.178,91, sementara nilai
NPV Pepaya California non SPO selama tiga tahun bernilai Rp 67.196.226,61. Nilai net BC rasio Pepaya California SPO 2,02 lebih besar dibandingkan
16 dengan nilai net BC rasio Pepaya California non SPO 1,46. Apabila harga
pepaya SPO turun 20 dan 25 persen sementara produktivitas turun 10 dan 15 persen. Pengusahaan pepaya masih layak dilakukan karena NPV bernilai positif
serta net BC bernilai lebih dari satu. Sedangkan pepaya non SPO apabila produktivitas turun 10 persen sementara harga pepaya tetap, pengusahaan pepaya
masih layak untuk untuk diusahakan. Halisah 2006 melakukan penelitian tentang kelayakan finansial dan
kesempatan kerja pada usahatani pepaya. Jenis pepaya yang diusahakan adalah Pepaya California, Pepaya Hawai, Pepaya Bangkok Super. Hasil analisis
kelayakan finansial pada penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani pepaya yang dilaksanakan di kebun percobaan Cikarawang layak dan menguntungkan
untuk dikembangkan. Nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari nol yaitu Rp 11.621.597,55 nilai net BC lebih besar dari satu yaitu 1,44 tingkat IRR yang
lebih besar dari pada tingkat diskonto 11,47 yaitu 40 persen, dan nilai
payback period
yang masih berada dalam rentang waktu umur proyek yaitu 3 tahun 2 bulan. Sedangkan untuk analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap penurunan
tingkat hasil produksi sebesar 16,67 persen menunjukkan kondisi tidak layak dan tidak menguntungkan untuk dilaksanakan. Namun, jika lahan yang digunakan
adalah hasil sewa, maka analisis sensitivitasnya menunjukkan kondisi usahatani pepaya yang dilaksanakan tetap layak dan menguntungkan untuk diusahakan.
Berdasarkan hasil analisis
switching value
, penurunan hasil produksi dan harga jual output maksimum yang dapat ditoleransi masing-masing adalah sebesar
12,75 persen, sedangkan peningkatan dari harga pupuk dan obat-obatan yang maksimal adalah sebesar 59 persen. Berdasarkan ketiga variabel yang diuji, maka
dapat dikatakan bahwa variabel yang relatif peka terhadap perubahan adalah penurunan hasil produksi dan harga jual output, sementara peningkatan dari harga
input pupuk dan obat-obatan relatif kurang peka. Berdasarkan hasil analisis kesempatan kerja dan luas lahan 0,85 hektar dibutuhkan 36,15 hari kerja per tahun
sehingga tenaga kerja yang dapat terserap dari kegiatan usahatani tersebut adalah 1,19 orang per tahun. Apabila dilakukan pengembangan investasi pada usahatani
pepaya tersebut maka akan menambah penyerapan tenaga kerja yang akhirnya membuka kesempatan kerja pada masyarakat sekitar.
17 Penelitian yang dilakukan Gita 2005 tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian pepaya eksotik Pepaya California dan Pepaya Hawai dibandingkan dengan pepaya lokal Pepaya Bangkok dengan
alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis konjoin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
keputusan pembelian pepaya eksotik adalah faktor promosi, alokasi dana, keluarga dan kualitas pepaya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
keputusan pembelian pepaya lokal adalah faktor promosi, pengambilan keputusan, keluarga, pekerjaan dan ketersediaan pepaya jenis lain.
2.2.2 Studi Tentang Strategi Pengembangan