28
4. Hubungan antara Total Product, Average Product dan Marginal Product
a. Marginal Product dan Total Product
Marginal Product ∆ Y ∆ X atau MP adalah ratio antara
pertambahan output dengan pertambahan input sedangkan Total product TP adalah total output yang dihasilkan :
Dengan memperhatikan Gambar 4 akan nampak bahwa :
1. Jika total product meningkat maka marginal product positif. 2. Jika total product maximum maka marginal product = null.
3. Jika total product menurun maka marginal product negatif 4. Jika total product meningkat pada tingkatan yang meningkat maka
marginal product akan meningkat pada tingkatan yang menurun
b. Average Product dan Marginal Product
Average product YX adalah ratio antara output dengan input. Hubungan yang terjadi antara keduanya adalah :
1. Jika marginal product lebih besar dari average product maka average product akan meningkat.
2. Jika marginal product lebih kecil dari average product maka average product akan menurun.
3. Jika average product sama dengan marginal product, maka average product maksimum.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
29
5. Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi di definisikan sebagai persentase perubahan produksi sebagai respon atas persentase perubahan input. Bentuk
persamaannya sebagai berikut
Ep = ∆ Y Y atau ∆ Y . X
∆ X X ∆ X Y
Karena
∆ Y ∆ X merupakan marginal product maka besarnya E tergantung ∆ Y ∆ X.
Pada siatuasi
∆ Y ∆ X 1 maka terjadi tambahan produk yang semakin
menaik Pada siatuasi
∆ Y ∆ X =1 maka terjadi tambahan produk yang konstan.
Pada siatuasi
∆ Y ∆ X = 1 sampai dengan 0 maka terjadi tambahan produk
yang semakin menurun. Pada siatuasi
∆ Y ∆ X 0 maka terjadi penurunan produk Demikian halnya pada kondisi Ep 1 maka termasuk region I,
1 Ep 0 region II dan Ep 0 region III.
6. Bagan Wilayah dari Hubungan Faktor Produksi
Pada umumnya dalam hubungan faktor produksi dapat dibagi dalam 3 region. Pembagian region ini cukup penting dalam penentuan keputusan
karena dapat membagi atau menentukan dimana penggunaan input dikatakan efisien atau rasional dan pada region mana penggunaan input tidak
rasional.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
30
Dengan memperhatikan Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada region I dan region III dikatakan region yang irrasional . Pada region 1 dikatakan
irrational karena penggunaan input masih rendah dan juga outputnya masih rendah . Sebagai akibatnya kegiatan usaha tersebut tidak ekonomis. Pada
kondisi ini sebetulnya penggunaan input masih bisa ditingkatkan sampai dengan average product mencapai titik maksimum yaitu pada perbatasan
antara region I dan region II. Pada region III juga dikatakan irrasional karena dengan penggunaan
ataupun penambahan input, total output TP yang diperoleh justru semakin menurun bahkan marginal product MP negatif atau lebih kecil dari null.
Dengan kondisi ini maka perlu adanya pengaturan kembali, pada penggunaan input berapa bisa dicapai penambahan output MP yang tetap
positip atau Total product yang terus meningkat. Kondisi bisa dicapai pada region II dimana region lebih dikenal dengan region rasional. Artinya pada
region ini dapat dikatakan region yang ekonomis, karena dengan pengaturan tertentu bisa dicapai product ataupun profit maximum.
7. Dampak Perubahan Teknologi Terhadap Fungsi Produksi
Perubahan teknologi mempunyai peranan penting dalam proses produksi pertanian. Diantaranya :
a. Teknologi baru yang dapat mengurangi biaya produksi. b. Teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
31
c. Teknologi baru yang punya peran ganda disamping mengurangi biaya juga sekaligus meningkatkan produktivitas.
Sebagai contoh dapat dibuat ilustrasi sebagai berikut: lihat Gambar 5. Varietas B baru dianggap lebih baik lebih efisien daripada
varietas A lama Pada varietas A penggunaan ouput optimum dicapai pada saat input mencapai 70 Kg sedangkan pada pada varietas B output
optimum dicapai pada saat input mencapai 90 Kg. Jika pengusaha disuruh memilih diantara 2 varietas tersebut maka keputusannya akan
memilih varietas B. Alasannya varietas B lebih produknya lebih tinggi disamping itu juga secara teknis lebih efisien dan profitable.
8. Efisiensi Penggunaan Input
Pengertian efisensi bersifat relatif. Pada dasarnya menyangkut rasio antara penggunaan input dengan output yang dihasilkan. Dalam pengertian
SL-PTT
SEBELUM SL-PTT
Gambar 5. Dampak Perubahan Teknologi SL-PTT Terhadap Perubahan Fungsi Produksi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
32
ini usaha dikatakan efisien apabila output input. Untuk mengetahui
dimana posisi input yang ideal untuk memperoleh tingkat efisiensi tertingi pada dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni:
a. Hubungan input-out fisik melalui fungsi produksi – Efisiensi teknis b. Rasio harga input-output Efisiensi hargaekonomis
Dengan efisensi ekonomis ini maka usaha dikatakan efisien atau input mencapai optimum apabila tambahan biaya sama dengan tambahan
penerimaan. Jadi prinsip maksimasi profit adalah jika :
∆ Y. Py = ∆ X. Px atau ∆ Y = Px Py ∆ X
Dimana Px dan Py = harga input dan output sedangkan ∆ Y = marginal product
∆ X
Dengan mengetahui Px Py yang biasanya dinyatakan sebagai garis harga maka suatu usaha dikatakan menguntungkan jika tambahan nilai
output selalu lebih besar dari setiap tambahan nilai input atau dengan rumus jika :
∆ Y. Py ∆ X. Px , Keuntungan ini akan berhenti pada posisi
∆ Y. Py = ∆ X. Px Pada posisi ini garis harga akan menyinggung total poduct. Secara
lebih jelas contoh aplikasinya dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
33
Jika harga pupuk nitrogen Rp 5.000 Kg dan harga jagung Rp 100.000,-Kw dan garis harga Price ratio = 0.05 maka profit maksimum
dicapai pada saat penggunaan input optimum 150 Kg hektar atau antara 140 -160 Kg. Kondisi ini terjadi pada region II dimana marginal product dan
average product positif namun decreasing. Juga marginal product sama dengan PyPx.
Namun demikian dalam realitanya banyak diantara petani yang tetap menggunakan penggunaan input yang minimum daripada penggunaan input
yang optimum. Ada beberapa alasan diantaranya: a. Kekurang tahuan mengenai prinsip hubungan input-output. Bahkan
kadang kala input yang digunakan berlebihan sehingga keuntungan yang dicapai justru menurun
b. Adanya ketidakpastian seperti resiko karena perubahan harga saat panen harga rendah maupun produk yang diperoleh menurun karena
serangan hamapenyakit curah hujan yang berakibat keuntungan maksimum tidak tercapai.
GAMBAR 6 Profit Maximum dari Penggunaan Input
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
34
c. Keterbatasan kemampuan dalam penyediaan input maupun ketrampilan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas yang akhirnya
keuntungan yang diperoleh juga berkurang.
2.5. Konsep Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SLPTT
Pengelolaan Tanaman Terpadu Integrated Crop Management atau lebih dikenal PTT pada padi sawah adalah merupakan salah satu model
atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis. PTT
menggabungkan semua komponen usaha tani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen yang optimal dan kelestarian
lingkungan. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu SLPTT
merupakan sekolah lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang lebih efisien
dan spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Jadi kata kunci dari
program SL-PTT ini adalah petani bersama penyuluh secara sinergis ikut terlibat dalam keputusan proses produksi.
Prinsip-prinsip yang ada didalam pelaksanaan PTT adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
35
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara
terpadu. 2. Sinergis antar komponen : PTT memanfaatkan teknologi pertanian
terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan
petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan. Tujuan SL-PTT adalah meningkatkan produktivitas, produksi dan
pendapatan serta kesejahteraan petani padi. Sedangkan sasaran SL-PTT adalah teradopsinya berbagai alternatif
pilihan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya
untuk mendukung peningkatan produksi nasional. Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas, produksi dan
pendapatan petani sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang meliputi varietas,benih berkualitas dan
teknologi budidaya lainnya Efizal Jamal, 2009. Urutan anjuran teknologi produksi padi pada PTT adalah sebagai
berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
36
1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi yang sesuai dengan lingkungan
setempat. 2. Penggunakan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas berlabel
3. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. 4. Pemberian pupuk organik pada tanaman
5. Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui : - Pengaturan tanam dengan sistem legowo, tegel, maupun sistem tebar
benih langsung dengan tetap mempertahankan populasi tanaman. - Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan serempak
yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas berisi penuh. - Penanaman bibit muda 21 hari, serta penanaman bibit 1-3 batang
per lubang. - Pengendalian gulma secara tepat.
6. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu. 7. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik
Penerapan PTT dalam intensifikasi padi merupakan
penyempurnakan dan konsep sebelumnya yang dikembangkan untuk menunjang peningkatan hasil padi seperti Supra Insus. Food and Adriculture
Organization FAO mengadopsi Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT sebagai penyempurnaan dari Pengelolaan Hama Terpadu PHT. Sehingga
dalam penerapanan PTT : 1 Tidak lagi dikenal rekomendasi paket teknologi untuk diterapkan secara nasional. 2 Petani secara bertahap dapat memilih
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
37
komponen teknologi yang penting sesuai dengan keadaan setempat maupun kemampuan petani.3 Efisiensi biaya produksi diutamakan dan 4 Suatu
teknologi saling menunjang dengan teknologi lain Anonim,2008. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan penerapan Teknologi
PTT yaitu : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani.
2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi.
3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.
Beberapa pengertian yang ada dalam SLPTT adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium Lapangan LL adalah kawasan area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu
lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok tani petani.
2. Pemandu Lapangan PL adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman POPT, Pengawas Benih Tanaman
PBT yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT. 3. Pemahaman Masalah dan Peluang PMP atau Kajian Kebutuhan dan
Peluang KKP adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan kelompok tani melakukan identifikasi masalah peningkatan hasil padi di
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
38
wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan mengatasi masalah tersebut.
4. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada misalnya POSKO P2BN Program Peningkatan Produksi Beras
Nasional. 5. Rencana Usahatani Kelompok RUK adalah rencana kerja usahatani
dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani
sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk
pembelian saprodi.
6. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos humus berbentuk
padat yang telah mengalami dekomposisi. Agar upaya peningkatan produksi padi melalui SLPTT dapat
berhasil maka perlu dilakukan melalui berbagai gerakan seperti 1 Gerakan pengolahan tanah, 2 Gerakan tanam serentak, 3 Gerakan pemupukan
berimbang, 4 Gerakan penerapan teknologi, 5 Gerakan pengendalian OPT, 6 Gerakan penanganan panen dan pasca panen serta gerakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
39
lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD serta dana masyarakat dan stakeholder.
Syarat-syarat untuk menentuan Pelaksana SL-PTT adalah sebagai berikut :
1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan, mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompok taninya
responsif terhadap penerapan teknologi. 2. Luas satu unit SL-PTT padi non hibrida adalah
± 25 ha yang didalamnya
terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha. 3. Peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15 - 25 petani yang berasal
dari satu kelompok tani yang sama, namun jumlah peserta dapat disesuaikan dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan kondisi
setempat. 4. Memiliki Pemandu Lapangan.
2.6. Kerangka Pemikiran
Usahatani dapat dikatakan sebagai pelaksana atau suatu kegiatan yang mengorganisir faktor alam, tenaga kerja dan modal dengan tujuan untuk
menghasilkan produksi dan pendapatan di sekitar pertanian. Untuk memperoleh pendapatan yang maksimum petani harus dapat meningkatkan
produksi dan menekan biaya produksi, oleh karena itu petani harus mampu melakukan pemilihan dan menentukan jumlah serta jenis-jenis input yang
digunakan dalam kegiatan usahataninya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
40
Dengan pendekatan SL-PTT padi, mulai dari pengelolaan budidaya persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, pengaturan air,
pengendalian gulma dan pengelolaan hama penyakit secara terpadu diharapkan mampu meningkatkan produksi dan efisiensi usahatani padi yang
selanjutnya memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diformulasikan dalam bagan alur pikir pada Gambar 7 sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
41
``
`
Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran
Kinerja Program SL-PTT
- Keberlanjutan Program
- Kesejahteraan Petani
Mekanisme - Target
- Realisasi
- Produksi - Pendapatan
Sesudah ikut SL-PTT
Sebelum ikut SL-PTT
- Masalah - Kendala
- Knowledge - Skill
Evaluasi
Alternatif Solusi Pengembangan Program
SLPTT
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
42
Secara singkat bagan ini memberikan suatu peluang efisiensi bagi usahatani dengan menerapkan Program SL-PTT padi.
2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga ada perbedaan tingkat efisiensi usahatani sebelum dan sesudah penerapan program SL-PTT padi.
2. Diduga faktor benih dan pestisida yang mempengaruhi produksi padi berbeda antara sebelum dan sesudah menerapkan program SL-PTT
Padi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi secara sengaja dengan tujuan tertentu
purposive di 8 delapan kelompok tani di 8 delapan desa di 8 delapan kecamatan terhadap petani sebelum mengikuti SL-PTT padi
dan sesudah menjadi peserta SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi. Kriteria desa dan kecamatan penentuan lokasi mengacu pada
pembagian wilayah menurut cluster dari Pemerintah Kabupaten Ngawi. Lokasi terpilih terdiri dari 1 Cluster Selatan meliputi Desa
Kendal Kecamatan Kendal dan Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe; 2 Cluster Tengah meliputi Desa Dempel Kecamatan
Geneng, Desa Jatigembol Kecamatan Kedunggalar, Desa Paron Kecamatan Paron dan 3 Cluster Utara meliputi Desa Sidokerto
Kecamatan Karangjati, Desa Lego Wetan Kecamatan Bringin dan Desa Sambiroto Kecamatan Padas.
Penelitian tentang Evaluasi Petani Peserta Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT Padi di
Kabupaten Ngawi, dilakukan pada bulan April sd Mei 2010.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber