Penerapan prinsip 5C Penetapan Kolektibilitas Debitur

Gambar 19. Hasil validasi dengan metode backtesting hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0

1.4. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Kupedes

Dalam meminimalisir risiko kredit, diperlukan adanya pengelolaan dan pengendalian risiko kredit. Adapun pengelolaan dan pengendalian mitigasi risiko kredit kupedes yang dilakukan BRI Unit Ciampea adalah penerapan prinsip 5C, penetapan kolektibilitas debitur, pembentukan PPAP, pemberian IPTW, pembinaan dan penagihan intensif, rescheduling, reconditioning , peningkatan kualitas SDM, dan kerjasama dengan perusahaan asuransi.

1.4.1. Penerapan prinsip 5C

Dalam usaha ekspansi yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea, maka bank harus selalu seleksi dan menerapkan prinsip kehati- hatian dalam memberikan kredit. Salah satunya dengan prinsip 5C. Hal ini untuk mencegah adanya kredit bermasalah dan penyalahgunaan kredit. Prinsip 5C terdiri dari character, capability, capital, colleteral, dan condition . Prinsip ini digunakan dalam proses analisis kredit. Melalui prinsip 5C, analis kredit dapat menilai nasabah yang layak untuk diberikan kredit Kupedes, sehingga dapat menghindari terjadinya risiko kredit yang ditimbulkan oleh debitur. Untuk memperkuat penilaiannya, pihak bank juga melakukan kunjungan dan inspeksi mendadak ke tempat nasabah untuk melihat usahanya. Selain itu pihak bank juga berusaha untuk mengetahui 5C calon debitur lewat tetangga si calon debitur. BRI sangat hati- hati dalam pemberian kredit, hal ini dapat terlihat dari salah satu syarat untuk calon debitur yang mengajukan kredit di atas Rp 20 juta harus melampirkan foto usahanya di berkas permohonan kredit, karena untuk kredit di atas Rp 20 juta harus diajukan ke BRI Cabang melalui Kepala Unit setelah si calon debitur di analisis oleh Mantri. Hal ini dilakukan bank untuk mendapatkan keyakinan mengenai si calon debitur.

1.4.2. Penetapan Kolektibilitas Debitur

Penetapan kolektibilitas debitur ini di maksudkan untuk mengelompokkan debitur yang tergolong dalam debitur yang lancar, dalam perhatian khusus DPK, kurang lancar, diragukan, dan macet. Yang tergolong dalam kredit bermasalah adalah debitur yang tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet. Lancar debitur lancar dalam mengangsur , DPK debitur menunggak dari dua sampai kurang dari tiga bulan, kurang lancar debitur menunggak dari tiga sampai kurang dari empat bulan, diragukan debitur menunggak dari empat sampai lima bulan, dan macet debitur menunggak dari enam sampai delapan bulan. Untuk debitur yang menunggak di atas delapan bulan, maka akan dimasukkan ke daftar hitam debitur, dimana daftar hitam debitur dihilangkan dari neraca. Dengan adanya penetapan kolektibilitas debitur ini, pihak bank dapat melihat reputasi debitur sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian kredit selanjutnya kepada debitur yang bersangkutan.

1.4.3. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif