1.2.1. Kualitas SDM
Salah satu pengelolaan paling penting dalam dunia perbankan di samping pemasaran bank adalah pengelolaan terhadap SDM. Hal
ini karena SDM merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan operasional suatu bank. Untuk itu penyediaan SDM
sebagai motor penggerak operasional bank harus dipersiapkan sebaik mungkin. Risiko kredit yang terkait dengan faktor SDM berkenaan
dengan moral hazard dan morale hazard. Moral hazard terjadi bila karyawan dengan sengaja melakukan tindakan demi menguntungkan
diri sendiri terutama dalam menjalankan tugasnya sehingga bisa meningkatkan risiko kredit. Morale hazard dapat terjadi karena
ligkungan yang menyebabkan karyawan menjadi kurang hati-hati
dalam melakukan transaksi kredit dengan debitur.
SDM yang paling mempengaruhi tingkat risiko kredit adalah Mantri atau analis kredit, karena Mantri bertanggungjawab dalam
menganalisis calon debitur. Jika Mantri kurang cermat atau keliru dalam menganalisis calon debitur, maka akan mempengarahi kualitas
pengembalian kredit oleh debitur kedepannya. Baik tidaknya debitur dalam menbayar angsuran kredit tergantung pada kejelian seorang
Mantri dalam menilai karakter dan kelayakan calon debitur dalam menerima kredit. Untuk itu, Mantri dituntut untuk memiliki jiwa
investigasi yang kuat berkenaan dengan tugasnya sebagai analis kredit. Selain itu, Mantri juga bertanggungjawab dalam pengawasan
dan pembinaan debitur. Kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap debitur dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaan
kredit oleh debitur, misalnya kredit yang diajukan oleh debitur adalah kredit untuk modal kerja tetapi dalam realisasinya kredit yang
diterimanya digunakan untuk kegiatan konsumtif. Hal ini akan mempengaruhi kualitas debitur dalam mengembalikan kredit karena
kredit yang diterimanya menjadi tidak menghasilkan nilai. Selain Mantri, Kepala Unit juga mempengaruhi tingkat risiko
kredit yang terjadi. Kepala Unit juga melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap debitur. Seorang Kepala Unit mempunyai tanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan
oleh BRI Unit Ciampea. Selain itu, Kepala Unit memiliki kewenangan untuk menyetujui terealisasinya kedit Kupedes sampai
batas 20 juta. Untuk permohonan kredit di atas 20 juta harus diajukan ke Kantor Cabang melalui Kepala Unit. Sehingga dalam
memutuskannya, kepala Unit dituntut untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam mengambil keputusan. 1.2.2.
Karakter Debitur
Karakter adalah sifat atau watak yang berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan
willingness to pay atau kemauan membayar kembali debitur atas
kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap karakter agak sukar, khususnya terhadap calon debitur yang baru dikenal oleh bank.
Karakter debitur tidak bisa langsung diketahui hanya dalam satu atau dua kali berinteraksi. Penilaian karakter ini bisa diperoleh dari
menganalisis calon debitur langsung ataupun melaui pihak-pihak yang mengenal debitur. Jika analis kredit salah dalam menilai
karakter calon debitur maka akan berdampak pada kualitas pengembalian kredit debitur nantinya.
Karakter debitur yang paling dinilai dalam menganalisis kredit adalah tingkat kejujuran dan kekoperatifan debitur. Di BRI
Unit Ciampea, tidak sedikit calon debitur yang tidak jujur dengan merekayasa laporan keuangan dan kondisi keuangan usahanya guna
mendapatkan kredit yang diajukan. Selain itu, banyak juga debitur yang melanggar perjanjian kredit yang telah disepakati antara debitur
dan bank, seperti penggunaan kredit yang menyimpang dari tujuan kreditnya. Ketidakkoperatifan debitur bisa dilihat ketika debitur
menghindar dan bersikap tidak ramah ketika ditagih, padahal ketika mereka mengajukan permohonan kredit sikap yang ditunjukkan
sangat ramah dan bersahabat.
1.2.3. Laju Perekonomian Debitur