Konsepsi Kewarisan Anak Angkat Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Dan Staatsblad 1917 No. 129 (Penelitian Pada Pengadilan Agama Medan)

masyarakat. Anak angkat yang telah mengabdi begitu lama untuk kemaslahatan orang tua angkat atau anak angkat tidak mendapat bagian harta.

2. Konsepsi

Dari dalil Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 180 53 dapat dipahami bahwa kewajiban berwasiat adalah dengan ketetapan, agama yang harus dilaksanakan dan bukan dengan keputusan hakim, namun demikian penguasa atau hakim sebagai aparat negara yang mempunyai kekuasaan di dalarn satu pemerintahan, mempunyai hak dan wewenang untuk memaksa seseorang memberikan wasiat atau memberikan surat putusan wajib wasiat, yang terkenal dengan istilah Wasiat Wajibah kepada orang tertentu dan dalam keadaan tertentu pula. Dikatakan wasiat wajibah disebabkan dua hal a. Hilangnya unsur ikhtiar bagi si pemberi wasiat dan muncuinya unsur kewajiban melalui perundang-undangan atau surat keputusan tanpa tergantung kepada orang yang berwasiat dan keputusan si penerima wasiat. b. Adanya kemiripan dengan ketentuan pembagian harta pusaka dalam penerimaan laki-laki dua kali lipat bagian perempuan. 54 Kitab Undang-Undang Hukum Wasiat Mesir dalam Pasal 78 mewajibkan pelaksanaan wasiat wajibah tersebut tanpa tergantung pada perizinan ahli waris walaupun si mati tidak mewasiatkannya, setelah dipenuhi perawatan dan pelunasan hutang dan wasiat wajibah tersebut harus didahulukan dan wasiat-wasiat lainnya. 55 Wasiat wajibah adalah hasil kompromi pendapat-pendapat Ulama Salaf dan Ulama Khalaf, yaitu a. Tentang kewajiban berwasiat kepada kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka ialah diambil dari pendapat fuqoha dan tabiin besar ahli fiqih dan ahli hadist, antara lain Said Ibnu Musayyab, Hasanul Bishry, Thawus, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Ibnu Hazm. b. Pemberian sebagian harta peninggalan si mati kepada kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka yang berfungsi sebagai wasiat wajibah, bila si mati tidak berwasiat adalah diambil dari pendapat Ibnu Hazm yang dinukil dari fuqaha, tabiin dan dari pendapat mazhab imam Ahmad. c. Pengkhususan kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka kepada cucu dan pembatasan penerimaan kepada sepertiga peninggalan adalah didasarkan kepada pendapat Ibnu Hazm dan berdasarkan kaidah syariah: pemegang kekuasaan mempunyai wewenang memerintahkan perkara yang 53 Qur’an dan Terjemahannya, Surat Al-Baqarah ayat 180, yang artinya: “diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara maruf ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. Maruf ialah adil dan baik. wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu. ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris. 54 Fathur Rahman, Ilmu Waris…, Op.Cit., hal. 63. 55 Ibid., hal. 63. Erwansyah: Kewarisan Anak Angkat Menurut Kompilasi Hukum Islam KHI Dan Staatsblad 1917 No. 129 Penelitian Pada Pengadilan Agama Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 mubah, karena ia berpendapat bahwa hal itu akan membawa kemaslahatan umum. Bila penguasa memerintahkan demikian wajiblah ditaati. 56 Selanjutnya sebagai pendefinisian konsepsi dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: a. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. 57 b. Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. 58 c. Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. 59 d. Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. 60 e. Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah tajhiz, pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat. 61 f. Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia. 62 g. Anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidup sehari-hari biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan. 63 h. Wasiat Wajibah adalah wasiat yang diwajibkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang diperuntukkan bagi anak angkat atau sebaliknya orang tua angkatnya yang tidak diberi wasiat sebelumnya oleh orang tua angkat atau anak angkatnya, dengan jumlah maksimal 13 dari harta peninggalan. 64

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian