Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert
kepribadian extravert dan introvert tersebut bekerja saling melengkapi satu sama lain yang berorientasi pada keseimbangan jiwa individu.
Individu yang memiliki tipe kepribadian extravert mempunyai sikap jiwa yang tertuju keluar dirinya, pikiran, perasaan, hidup kejiwaan, tingkah laku dan
tindakannya sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Individu cenderung dikendalikan oleh kondisi-kondisi yang sifatnya obyektif dibandingkan kondisi
subyektif . Sebaliknya individu yang memiliki tipe kepribadian introvert, orientasi jiwanya ditujukan ke dalam dirinya baik pikiran, perasaan dan tingkah lakunya
ditentukan oleh faktor-faktor subyektif Jung dalam Suryabrata, 2001. Sidharta dalam Retnowati Haryanthi, 2001 menambahkan individu
yang memiliki tipe kepribadian extravert cenderung perhatian terhadap lingkungannya, suka bergaul, memiliki suasana hati yang mudah naik dan turun,
mudah mengekpresikan emosinya, impulsif dalam bertindak, dinamis, suka terhadap perubahan dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Individu yang
memiliki tipe kepribadian introvert ditandai dengan suka melamun, menghindari kontak
sosial, tampak
tenang, kurang
ekspresif dalam
emosinya, mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil tindakan, kurang dinamis,
kurang menyukai perubahan, dan tidak mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Penelitian ini didasarkan atas teori kepribadian extravert dan introvert
yang dipaparkan oleh Eysenck. Hal ini mengingat dimensi dasar kepribadian Eysenck dipengaruhi oleh dasar teoritis dari Jung Suryabrata, 2008. Tujuan
mendasar pada penelitian Eysenck adalah untuk menemukan dimensi kepribadian primer, sehingga dapat disusun suatu tipologi kepribadian yang cukup baik dan
tahan uji. Penelitian dilakukan terhadap kurang lebih 10.000 orang normal dan neurotis pada Perang Dunia II dan diawali dengan 700 orang tentara yang neurotis
Retnowati Haryanthi, 2001. Eysenck Suryabrata, 2008 mengemukakan tiga dimensi dasar kepribadian yaitu neurocism, introversion-ekstraversion serta
psychotism. Dimensi dasar neurocism menunjukkan individu yang memiliki keadaan psikis maupun jasmani kurang sempurna. Intelegensi, kemauan,
penguasaan emosi, dan ketepatan sensoris di bawah batas normal. Individu dengan kecenderungan neurocism, umumnya mudah terpengaruh, kurang tetap
pendirian, lambat dalam bertindak, dan cenderung menekan hal-hal yang tidak menyenangkan. Dimensi dasar neurocism diduga dipengaruhi oleh faktor
keturunan, namun penelitian yang dilakukan Eysenck tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Dimensi dasar psychotism ditandai dengan individu yang
memiliki prestasi rendah dalam penjumlahan angka-angka yang kontinyu, kurang yakin terhadap sikap-sikap sosial, tidak lancar, memiliki daya konsentrasi yang
rendah, ingatan cenderung kurang baik, cenderung membuat gerak-gerik yang lebih besar, membaca lambat dan memiliki taraf aspirasi yang kurang sesuai
dengan kenyataan Suryabrata, 2008. Eysenck dalam Retnowati Haryanthi, 2001 merumuskan tipe
kepribadian extravert dan introvert sebagai bentuk keseimbangan antara excitation dan inhibition pada otak individu. Excitation berfungsi untuk
membangkitkan kerja otak sehingga senantiasa dalam keadaan siap menghadapi stimulus dari luar. Excitation memudahkan responrespon perseptual, motor,
fungsi belajar dan berpikir dalam sistem syaraf pusat. Inhibition menyebabkan
kerja otak mengalami penurunan, terjadi penekanan pada respon-respon perseptual, motor, fungsi belajar dan berpikir.
Individu yang memiliki tipe kepribadian extravert, potensi inhibitionnya lebih baik dan kuat dibandingkan individu yang memiliki tipe kepribadian
introvert. Fungsi otak terhambat pada individu yang memiliki tipe kepribadian extravert ketika menghadapi peristiwa traumatis, individu cenderung tidak mampu
mengingat kejadian yang menimpa dirinya. Individu tidak memiliki pengaruh emosional yang kuat terhadap peristiwa traumatis tersebut dan sikapnya
cenderung normal ketika dihadapkan pada situasi yang serupa. Sebaliknya individu yang memiliki tipe kepribadian introvert, kerja otaknya tidak pernah
berhenti sehingga individu cenderung mengingat secara detail setiap dihadapkan pada kejadian traumatis. Kondisi tersebut menyebabkan individu mengalami
pengalaman traumatis yang berkepanjangan. Eysenck dalam Retnowati Haryanthi, 2001 membedakan individu
yang memiliki tipe kepribadian extravert dan introvert berdasarkan aktivitas Ascending Reticular Activating System ARAS. ARAS merupakan tingkat
aktivitas cerebral cortex yang ditandai dengan getaran ketika menghadapi rangsang dari luar. Individu yang memiliki tipe kepribadian introvert memiliki
tingkat aktivitas cerebral yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki tipe kepribadian extravert, ketika menghadapi rangsang luar yang sama.
Sebaliknya individu yang memiliki tipe kepribadian extravert memiliki aktivitas behavioral yang lebih tinggi dibandingkan individu yang memiliki tipe
kepribadian introvert.
Perbedaan dasar biologis pada susunan syaraf yang mempengaruhi keadaan emosi manusia merupakan salah satu faktor yang membedakan individu
yang memiliki tipe kepribadian extravert dan introvert Eysenck dalam Retnowati Haryanthi, 2001. Pusat emosi atau Visceral Brain terdapat di otak. Individu
yang memiliki tipe kepribadian extravert, pusat emosinya sangat mudah digerakkan sehingga emosinya cenderung tidak stabil. Kondisi tersebut
menyebabkan individu memiliki respon emosional yang sangat tinggi sehingga cenderung impulsif. Sebaliknya individu yang memiliki tipe kepribadian introvert,
pusat emosinya sangat sulit digerakkan dan menyebabkan respon emosionalnya rendah sehingga emosinya cenderung datar dan terkontrol.
Menurut Eysenck dan Wilson dalam Retnowati Haryanthi, 2001 individu yang memiliki tipe kepribadian extravert tipikal adalah memiliki
sosiabilitas yang tinggi yang ditandai dengan mempunyai banyak teman, suka bergaul, ramah, responsive terhadap lingkungan, membutuhkan orang lain untuk
diajak berkomunikasi, dan tidak menyukai aktivitas sendiri. Individu membutuhkan perangsangan, berani mengambil resiko dan suka melakukan
tindakan berbahaya secara tiba-tiba, impulsif, suka menuruti dorongan kata hati, mudah berubah, mudah terpengaruh, optimis. Individu aktif bergerak
mengerjakan sesuatu, cenderung agresif, suasana hatinya berubah dengan cepat, kurang bertanggung jawab dan secara keseluruhan perasaannya tidak berada di
bawah kontrol yang ketat. Individu yang memiliki tipe kepribadian introvert memiliki sosibilitas yang rendah yang ditandai dengan kurang pandai bergaul,
suka menyendiri, dan menjaga jarak dari orang lain. Individu kurang percaya pada
impuls yang seketika, tidak menyukai perangsangan, perasaannya berada di bawah kontrol yang ketat, emosinya datar, dapat dipercaya, merencanakan dengan
matang sebelum bertindak dan bertanggung jawab.
Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut, maka disimpulkan batasan tipe kepribadian Eysenck adalah a Individu yang memiliki tipe kepribadian introvert
memiliki suatu pandangan yang lebih subyektif, sedangkan individu yang memiliki tipe kepribadian extravert lebih obyektif, b Individu yang memiliki
tipe kepribadian introvert memiliki tingkat aktivitas cerebral yang lebih tinggi, sedangkan individu yang memiliki tipe kepribadian extravert memiliki aktivitas
behavioral yang lebih tinggi, dan c Individu yang memiliki tipe kepribadian introvert menunjukkan kecenderungan kontrol diri yang ketat, sedangkan individu
yang memiliki tipe kepribadian extravert cenderung impulsif.