Interpretasi Data Penelitian .1Media Menjadi Agen Dalam Mengkonstruksikan Keyboard Bongkar

83 hanya sedikit ditambah lagi anak-anak muda tidak bisa menyalurkan hobinya yang positif karena tidak adanya infrastruktur yang memadai bagi pemuda. 4.3 Interpretasi Data Penelitian 4.3.1Media Menjadi Agen Dalam Mengkonstruksikan Keyboard Bongkar Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas.Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menujukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.Media memilih realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil. Hal ini sesuai dari beberapa informan yang mengatakan media sebagai salah satu dari adanya keyboard bongkar, sebagai berikut: “Tidak sepenuhnya penyelenggara keyboard bongkar dan masyarakat yang mendukung keyboard bongkar salah. Karena juga ada alasan ekonomi dan globalisasi serta media sosial internet yang berkembang di masyarakat. Seperti maraknya internet yang berkonten porno, hiburan-hiburan televisi yang kurang mendidik dan gaya hidup masyarakat yang konsumtif.”Nasruddin, S.Pdi M.Pdi, 2015 84 “Sepenuhnya tidak menyalahkan pemerintah dan masyarakatnya. Karena ada faktor-faktor lain dari masih berjalannya aktivitas keyboard bongkar. Seperti kurangnya pendidikan masyarakat terhadap Islam ditambah lagi pengaruh globalisasi media dan ekspresi kebebasan setiap individu dan kelompok tertentu yang sudah kebablasan yang salah diartikan oleh masyarakat di era reformasi dan demokrasi ini.” Murti Anugerah, S.sos, 2015 “Masyarakat menyukai keyboard bongkar karena sudah wajar, sekarang era nya seks.Ibarat hidup ini hanya untuk makan dan seks.tidak usah muafiklah sekarang seks sangat di butuhkan, kita aja yang pura-pura tidak tahu. Apalagi televisi, media, internet dan dunia ini sudah menampilkan gaya hidup seks, tapi agak semi seks aja, tidak terlalu tampak kali.”Ai, 2015 “Apa yang terjadi di sini, sebenarnya datang dari kota juga.Belum lagi perkembangan teknologi dan internet yang cukup bebas yang tidak di saring benar oleh penerimanya, khususnya generasi muda.Sehingga anak-anak muda Kabupaten Serdang Bedagai mencari hiburan yang menarik baginya.Dan ternyata keyboard bongkar yang menarik disini.”Dewi Maya Sari, 2015 “Dampak perkembangan zaman dengan media dan teknologi yang sudah maju bisa menjadi faktor kenapa masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai mencari hiburan yang menyenangkan yang mengindikasikan keararah seks, dan kebetulan adapula hiburan rakyat seperti ini, sehingga pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan perkembangan zaman dengan memodifikasi keyboard bongkar yang bernuansa anak muda yang tentunya merusak moral anak-anak kita.” Sekretaris Camat, 2015 85 “Keyboard bongkar yang sekarang, seperti K-TV atau karoke television.Maksudnya seperti keyboard yang menggunakan musik-musik pop yang di dangdutin, kemudian ada lampu-lampu kelap-kelip yang berwarna, pokoknya seperti diskotik, namun itu versi kampungnya.Keyboard bongkar sekarang dilihatnya sekarang seperti diskotik kota.” Fadli Muhammad, 2015 Peran media, seperti TV, internet dan media lainnya ternyata bukan hanya untuk penyalur informasi.Tetapi juga mengkonstruksi realitas, pandangnnya dan pemihakannya.Sehinnga keyboard bongkar yang ada di Kampung Rotan masih tetap ada keberadaanya karena konstruksi dari media yang menampilkan berbagai macam informasi, khususnya hiburan malam yang ada di kota-kota. 4.4.2 Individu dan Masyarakat Bertindak Sebagai Agen dalam Mengkonstruksi Keyboard Bongkar di Realitas Kehidupan Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge 1966,menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Berger dan Luckman Bungin, 2008:15 mengatakan terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan; Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa.Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun 86 fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia. Seperti wawancara dari beberapa informan berikut ini: “Keyboard bongkar yang ada di Serdang Bedagai secara umumnya itu tergantung daerahnya.Ada yang menolak dan ada yang setuju.Namun pihak yang tidak setuju, biasanya tidak melakukan apapun terhadap daerah yang setuju dengan penyelenggaraan keyboard bongkar asalkan tidak mengganngu wilayahnya.”Amin, 2015 “Masyarakat menyukai atau ramai datang ke keyboard bongkar karena hiburan ini yang paling asyik dari pada hiburan yang lain yangada di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Keyboard Kasida atau keyboard Religius dan Jarkep atau jarang kepang.” JIL, 2015 “Saya menganggap apa yang terjadi di wilayah saya biasa-biasa saja walau suami-suami kami ada yang menonton keyboard bongkar tersebut.saya juga tidak mengungkiri kalau ada istri-istri yang melarang suaminya yang mrnonton keyboard bongkar, bahkan ada suami-istri yang bertengkar gara- gara menonton keyboard bongkar.” Ibu Murni, 2015 “Saya juga pernah menyewa perempuan untuk behubungan seks atau hanya oral seks.Saya membayar sekitar Rp. 40.000 – Rp. 100.000.Dilakukannya biasannya di sawit-sawit.Hal-hal yang terjadi di keyboard bongkar sudah biasa.Dan sudah berlangsung lama bahkan sejak tahun 90-an atau semasa 87 orde baru.”Menurut informan, “kegiatan-kegiatan yang berlangsung selama keyboard bongkar berjalan, itu sudah membiasa. Kalau tidak seperti itu mana asyik, namanya anak muda.” Arman, 2015 Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiap orang.Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan.Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Seperti beberapa wawancara berikut dari beberapa informan: “Kami akui saat keyboard bongkar banyak penyimpangan yang terjadi yang tentunya melanggar hukum dan religiusnya Kabupaten Serdang Bedagai, seperti minuman keras, prostitusi, judi, narkoba dan juga ada positifnya bagi pedagang makanan ringan, tapi mau gimana lagi, masyarakat sendiri yang membuat seperti itu, kami hanya menjalankan tugas kami aja. Tampil dan memusakan penonton.Harusnya 88 bersyukurlah, gara-gara kami masyarakat mendapat pendapatan walaupun dengan ada penyimpangan.” Ai, 2015 “Apa yang terjadi dalam penyelenggaraan keyboard bongkar, seperti porstitusi, perjudian, meminum minuman keras dan penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba sudah biasa terjadi di masyarakat saat penyelenggaraan keyboard bongkar. Asalkan tidak mengganggu, ya., gag papa.” Boyod, 2015 “Sifat permisif yang terjadi dimasyarakat saat ada penyimpangan, seperti sudah kebiasaan, selama tidak menganggu orang lain dan tidak membuat onar.” Arif, 2015 “Yang menonton bukan hanya pemuda-pemudi saja, juga ada anak- anak, para orang tua bahkan yang sudah tua pun juga menonton.Dan itu biasa saja, selama tidak mengganggu orang atau daerah orang, tak masalah ada perjudian, menjual minuman keras, porstitusi dan lainnya, asalkan dia menanggung sendiri akibatnya.” Imoenk, 2015 Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah gandaplural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang 89 berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Seperti dari wawancara dari beberapa informan berikut: “Masyarakat sangat permisf dengan penyimpangan-penyimpangan yang ada saat keyboard bongkar berlangsung, itu karena terbawa suasana aja. Bagi saya apa yang terjadi disini sama saja yang terjadi di kota. Di kota pasti juga ada judi, meminum minuman keras, prostitusi, narkoba dan penyimpangan yang lainnya. Bedanya di sini karena di kampung aja sedangkan yang di sana di kota. Kelakuannya sama.” Dewi Maya Sari, 2015 “Keyboard bongkar sendiri sudah seakan mengakar di sebagian masyarakat Serdang Bedagai.Sepi bila tidak ada keyboard bongkar.Karena di setiap acara pesta baik pernikahan, sunatan, ulang tahun dan lainnya yang di nanti oleh masyarakatnya adalah keyboard bongkarnya.”Masyarakat yang mengadakan pesta, biasanya akan memanggil keyboard bongkar agar pestanya lebih meriah dan banyak orang yang datang.” Murti Anugerah S.sos, 2015 “Bagi saya keyboard bongkar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai sama saja yang ada di kota-kota. Namun yang di kota lebih keren dan bangunannya seperti diskotik.” Bang Dede, 2015 “Keyboard bongkar itu berasal dari Kabupaten Asahan,sejak orde baru keyboard itu sudah ada. Mungkin karena saat itu tidak ada hiburan rakyat yang lain, maka dibuatlah hiburan seperti itu. Apalagi hiburan itu dimainkan di masyarakat perkebunan yang jauh dari pemukiman. Hingga keyboard 90 bongkar membuka cabangnya di sini atau masyarakat sini yang meniru seperti itu.” Sekretaris Camat, 2015 “Terjadinya sifat permisif dengan adanya keyboard bongkar di Serdang Bedagai, sepertinya sudah membiasa di kalangan masyarkat. Walupun ada penyimpangan, seperti perjudian, meminum minuman keras, anak-anak dibawah umur yang menonton dan penyimpangan lainnya namun terkesan masyarakat membiarkan dan tidak tejadi apa-apa hingga acara selesai.“ sudah menjadi rahasia umum atau tahu sama tahu aja” Bang Riza, 2015 Keyboard bongkar yang ada dengan segala aktifitasnya, Perjudian, prostitusi, penyalahgunaan obat terlarang, meminum minuman keras yang terjadi di masyarakat Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan merupakan hasil dari masyrakat sebelumnya yang telah membiarkan permisif terhadap pertunjukkan keyboard bongkar. 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Fenomena pertunjukkan Keyboard Bongkar yang ada di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan sudah sejak tahun 1990-an. Masyarakat menamainya dengan “Keyboard Bongkar” karena keyboard tersebut menampilkan biduan- biduan penyanyi yang mau memakai pakaian yang bertentangan dengan syariat agama yang bermayoritas Islam. Tidak hanya itu saja, biduan-biduannya juga bisa dipegang-pegang dibagian intim perempuan sambil menyelipkan uang sawer. Selama dalam pertunjukkan keyboard bongkar, juga ada aktifitas-aktifitas lainnya, seperti: perjudian, prostitusi, penyalahgunaan narkoba, dan meminum minuman keras. Pertunjukkan keyboard bongkar dengan segala aktifitasnya itu dibiarkan oleh masyarakat selama tidak mengganggu masyarakat lainnya.Karena pertunjukkan keyboard bongkar tergantung dari daerah masing- masing.Keberadaan pertunjukkan keyboard bongkar juga menimbulkan aktifitas ekonomi, seperti penjual makanan dan minuman, asesoris dan mainan. Transformasi perubahan keyboard bongkar, dari penyelenggaranya dan penontonnya sudah terjadi. Masyarakat menganggap tidak seru dan ramai bila tidak ada keyboard bongkar dan juga tidak ada hiburan lain yang ada di Kecamatan Perbaungan ini. Selain karena tuntutan ekonomi dan permintaan masyarakat terhadap pertunjukkan keyboard bongkar, keyboard bongkar sudah menjadi daya Tarik tersendiri.Dimana masyarakat yang sedang berpesta, baik pernikahan, khitanan dan acara lainnya, yang dicari adalah keyboard bongkarnya.