PENDAHULUAN Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si 3. Dra. Jumirah, M.Kes, Apt

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Aktivitas penyelenggaraan kehidupan ada yang bermotif ekonomi dan ada yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit oriented atau motif ekonomi. Salah satu contoh tindakan motif ekonomi dalam menawarkan barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari adalah menggunakan suatu bahan yang dilarang dan mengganggu kesehatan manusia seperti boraks dan formalin. Dimana dengan penggunaan bahan-bahan ini pelaku bisnis akan mendapatkan keuntungan yang besar. Bahan kimia ini digunakan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik, enak, gurih dan tahan lama, namun penyalahgunaan bahan kimia yang tidak sesuai dengan peruntukannya tidak boleh digunakan karena dapat berakibat fatal bagi kesehatan manusia. Bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam makanan adalah : Formalin, Boraks, Rhodamin B, dan Methanil yellow. Bahan berbahaya yang paling banyak digunakan dalam makanan adalah Formalin dan Boraks. Formalin digunakan sebagai pengawet mayat, banyak juga digunakan dalam berbagai produk makanan sebagai bahan pengawet. Sedangkan Boraks yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu saat ini sering digunakan dalam makanan sebagai bahan pengenyal Universitas Sumatera Utara ,menambah kerenyahan makanan, serta memperbaiki tekstur makanan Winarno ,2007. Hasil penelitian dari Hikmawati tentang Studi Kandungan Boraks pada makanan yang beredar di kota Medan tahun 2010, diperoleh hasil : 1. Sampel bakso, dari 12 sampel diperoleh 100 positif mengandung boraks. 2. Sampel mie, dari 30 sampel mie, diperoleh 84 positif mengandung boraks. 3. Sampel lontong, diperoleh dari 9 sembilan sampel diperoleh 11,1 positif mengandung boraks. Menyikapi banyaknya penyalahgunaan bahan berbahaya ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan POM selaku instansi yang bertanggung jawab dalam hal pengawasan makanan yang beredar di pasaran, melakukan sampling terhadap berbagai jenis makanan yang diduga mengandung formalin dan boraks. Pengambilan sampling dilakukan secara serial dan serentak di beberapa kota di Indonesia. Produk makanan yang diuji adalah mie basah, tahu, dan ikan basah. Berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh temuan sebagai berikut : 1. Sampel mie basah, dari 213 jumlah sampel ditemukan 76 sampel memenuhi syarat dan 137 sampel tidak memenuhi syarat . 2. Sampel tahu, dari 290 jumlah sampel ditemukan 193 sampel memenuhi syarat dan 97 sampel tidak memenuhi syarat. Universitas Sumatera Utara 3. Sampel ikan basah, dari 258 jumlah sampel ditemukan 190 sampel memenuhi syarat dan 68 sampel tidak memenuhi syarat Sampel dikatakan memenuhi syarat jika tidak mengandung formalin dan boraks, sedangkan sampel dikatakan tidak memenuhi syarat, karena positif mengandung formalin atau boraks Badan POM RI, 2005. Data terakhir yang diperoleh Surveilan Keamanan Pangan Badan POM RI tahun 2009 dari 18 propinsi yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa Penyalahgunaan pemakaian formalin dan boraks sampai saat ini masih ada. Untuk penyalahgunaan formalin diperoleh sebesar 4,89 sedangkan untuk boraks diperoleh penyimpang sebesar 8,80 secara keseluruhan di 18 propinsi yang ada di Indonesia antara lain Sumatera Utara, Riau, Sumsel, Lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jatim, Bali, dan lain-lain. Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, akan tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam proses pembuatan pangan. Menurut Winarno 2007, pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi kejang-kejang, haematuri kencing darah, dan haimatomesis muntah darah yang berakhir dengan kematian. Formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam. Universitas Sumatera Utara Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya tidak langsung dirasakan oleh pembeli. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis buah zakar, sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi . Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing- pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferina Y Ginting pada bulan Oktober 2010 dibeberapa SD di kota Medan, diperoleh hasil bahwa dari 21 dua puluh satu sampel bakso yang di sampling terdapat 7 tujuh sampel positif mengandung formalin. Selain itu hasil penelitian dari Labora Panjaitan pada tahun 2010 terhadap kandungan boraks dalam bakso di kota Medan, diperoleh hasil bahwa dari 10 sepuluh sampel yang diuji, 8 delapan sampel positif mengandung boraks. Data yang diperoleh terhadap hasil pengujian beberapa sampel dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: No Sumber Sampel yang diUji Jumlah Mie Tahu Ikan Bakso MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS 1 BBPOM Medan 29 15 18 - 24 1 14 4 105 2 Disperindag Deli Serdang 9 - 2 - - - 4 - 15 Universitas Sumatera Utara Dari data diatas, maka penyalahgunaan formalin dan boraks masih tetap ada sampai saat ini. Balai Besar POM di Medan selaku instansi yang terkait dalam pengawasan makanan yang beredar di masyarakat telah melakukan berbagai macam cara untuk mengurangi dan bahkan meniadakan penyalahgunaan formalin dan boraks tersebut, antara lain : penyuluhan - penyuluhan terhadap para produsen dan atau penjual bakso tentang bahaya formalin dan boraks, dan pengujian secara berkala 3 Disperindag Sumut - - - - 2 - - - 2 4 Dinkes Siantar 1 1 - - 2 - 1 - 5 5 Dinkes Tapanuli Utara - - 3 - - - 1 - 4 6 Dinkes Simalungun 1 1 - - 2 - 1 - 5 7 Disperindag Siantar 2 - - - 2 - - - 4 8 Dinkes Labuhan Batu - - - - 3 - - - 3 Jumlah 42 17 23 - 35 1 21 4 143 Tabel 1.1. Hasil Pengujian Formalin dan Boraks di Beberapa KabupatenKota Sumatera Utara Sumber : Balai Besar POM di Medan tahun 2010 Universitas Sumatera Utara terhadap makanan yang beredar di pasaran. Namun hal ini masih belum bisa mengurangi penyalahgunaan formalin dan boraks dalam makanan. Kebutuhan setiap orang tidak ada batasnya. Setelah kebutuhan yang satu terpenuhi, akan muncul kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan oleh seseorang berpedoman pada prinsip ekonomi Motif ekonomi adalah alasan seseorang untuk melakukan sesuatu atau dorongan dari dalam diri manusia untuk berbuat atau bertindak secara ekonomis untuk memperoleh keuntungan. Keadaan perekonomian Indonesia yang semakin sulit, harga bahan-bahan yang semakin meningkat memacu penjual untuk lebih cerdik dalam memproduksi atau menjual makanan dengan harga tetap terjangkau. yaitu dengan pengorbanan tertentu akan memperoleh hasil maksimal. Jadi, tindakan ekonomi harus didorong oleh motif ekonomi dan didasari oleh prinsip ekonomi. Banyaknya penyalahgunaan formalin dan boraks dalam pangan segar umumnya karena ketidaktahuan mereka mengenai kedua bahan berbahaya tersebut dan juga minimnya informasi yang diperoleh tentang bahan berbahaya tersebut. Makanan pada dasarnya tidak dapat bertahan lama terutama makanan yang mengandung kadar air yang tinggi seperti tahu, atau bahan makanan mentah seperti daging, ikan, mie, bakso. Penyimpanan yang relatif singkat ini tentu merugikan para penjual. Penggunaan pengawet merupakan solusi dari masalah ini, oleh sebab itulah Penyalahgunaan pemakaian formalin dan boraks semakin marak belakangan ini. Universitas Sumatera Utara Perilaku penjual yang menggunakan kedua bahan berbahaya ini dalam produk mereka mungkin karena keinginan untuk mendapatkan untung yang besar. Menurut Koentjaraningrat 1981, pengetahuan merupakan perlakuan melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca sehinggga pengetahuan memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang. Selain itu Robert Kwick 1974 mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor – faktor tersebut antara lain : pengetahuan, motivasi, emosi, proses belajar, dan lingkungan. Dari teori- teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan memengaruhi tingkah laku atau tindakan seseorang, dalam hal ini tindakan penjual yang menggunakan formalin dan boraks dalam bakso dapat dipengaruhi oleh perspsi dan motivasi, yang dalam hal ini motivasinya adalah motif ekonomi. Dalam hal penyalahgunaan pemakaian formalin dan boraks, penjual juga melakukannya dikarenakan motif ekonomi, dimana dengan menggunakan bahan berbahaya formalin dan boraks dalam produknya maka produknya bisa bertahan lama. Selain itu tujuan penyalahgunaan formalin dan boraks antara lain untuk: efisiensi karena dengan kedua bahan berbahaya ini harganya murah, mudah didapat dan hanya dengan menambahkan sedikit saja pada produknya sudah bisa mendapatkan hasil yang baik dan maksimal. Alasan yang kedua adalah untuk Universitas Sumatera Utara memperbaiki nilai estetika karena kedua bahan tersebut membuat tampilan mie basah dan bakso menjadi lebih menarik, antara lain: tidak berair, kenyal, dan memiliki warna yang cerah. Alasan lain penggunaan bahan tersebut adalah untuk meningkatkan daya tahan produk, dimana seperti kita ketahui pangan segar dalam suhu kamar hanya dapat bertahan 1-2 hari, tetapi dengan menambahkan formalin dapat bertahan sampai 15 hari, dan ini sangat menguntungkan penjual. Banyak penelitian–penelitian yang telah dilakukan mengenai kedua bahan berbahaya ini, namun penelitian yang dilakukan hanya untuk mengetahui kandungan formalin dan boraks dalam berbagai macam sampel. Sejauh ini tidak ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penyebab atau alasan penjual menggunakan formalin dan boraks dalam jualannya. Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Robert Kwick 1974 bahwa perilaku dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pengetahuan, motivasi, emosi, proses belajar, dan lingkungan. Berdasarkan teori diatas, jika dikaitkan dengan penyalahgunaan formalin dan boraks, maka perilaku penjual dalam menyalahgunakan formalin dan boraks dalam bakso dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan motivasi. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui faktor –faktor yang menyebabkan penggunaan formalin dan boraks dalam pangan siap saji bakso.

1.2. Permasalahan

Universitas Sumatera Utara Penggunaan formalin dan boraks dalam bakso dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu variabel pengetahuan dan motif ekonomi. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dan motif ekonomi terhadap penggunaan formalin dan penggunaan boraks pada bakso dan seberapa besarkah peluang pengetahuan dan motif ekonomi terhadap penggunaan formalin dan penggunaan boraks pada bakso.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis berapa besar peluang pengetahuan dan motif ekonomi terhadap penggunaan formalin dan boraks dalam pangan siap saji bakso.

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap penggunaan formalin dan penggunaan boraks dalam pangan siap saji bakso oleh pedagang. 2. Ada hubungan antara motif ekonomi terhadap penggunaan formalin dan penggunaan boraks dalam pangan siap saji bakso oleh pedagang. 3. Besarnya peluang pengetahuan dan motif ekonomi terhadap penggunaan formalin lebih besar dari 50. 4. Besarnya peluang pengetahuan dan motif ekonomi terhadap penggunaan boraks lebih besar dari 50. Universitas Sumatera Utara

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan informasi dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penyalahgunaan pemakaian formalin dan boraks dalam bakso. 1.5.2. Bagi Instansi Pemerintahan yang Terkait dan Berwenang dalam Mekanisme Pengawasan dan Pengendalian Bahan Berbahaya. Sebagai bahan masukan dan informasi dalam perencanaan dan evaluasi program pengawasan penyalahgunaan pemakaian formalin dan boraks dalam bakso di kota Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA