c. Situasi Yang Tidak Mungkin.
John R. Mott’s, mengajukan sebuah pertanyaan untuk menguji seorang pemimpin yang memiliki reputasi besar melalui satu pertanyaan:
“bagaimana ia menghadapi satu situasi sangat sulit terjadi ?”. Pertanyaan ini difokuskan pada sejauh mana tindakan berani seorang pemimpin ketika ia
berurusan dengan satu situasli yang sangat sulit dihadapinya. Jawaban atas pertanyaan ini sangat menekankan wujud dan perhatian seorang pemimpin
terhadap wibawa, pengajaran dan ketergantungannya kepada orang lain, kemudian mengarahkan dirinya kepada kehendak Tuhan. Seorang
pemimpin yang baik adalah ia yang melakukan dan menunjukkan pendekatan terbaiknya menghadapi situasi yang paling sulit dialaminya.
Suatu yang berlebihan jika seorang pemimpin menampilkan sikap bertentangan dengan suasana kritis sebagaimana dihadapinya. Pada hal, jika
mereka ingin survive, ia harus mampu berkembang di dalam tantangan sebagaimana nyata dihadapinya.
Nabi Musa, menghadapi situai yang paling sulit ketika bangsa Israel menyeberangi Laut Merah. Pada jalur yang mereka lewati di Baal Zephon
sebuah jalur yang harus mereka lewati, telah menghadang sepasukan yang tidak mungkin mereka kalahkan yakni pasukan Firaun. Melihat keadaan itu,
Musa memberi perintah agar mereka berhenti dan melihat fakta itu. Melaluinya, semangat moral bangsa Israel berada pada titik nol. “Mereka
berpikir bahwa saatnya telah tiba, di mana kumpulan perjalanan bangsa itu terhenti. Bila mereka kembali kepada Firaun, telah tertutup tanah Mesir
bagai kuburan bagi mereka”. Sebagai seorang pemimpin yang beriman, Musa berhenti dan berserah diri kepada kelanjutan rencana Allah. Akhirnya,
ia bersuara untuk menenangkan umat Israel, suatu suara komando dari seorang pemimpin yang sungguh berwibawa: “jangan takut”. Satu fakta
telah ada di hadapan mereka, yakni alasan yang menguatkan umat Israel menjadi takut. Kemudian, Musa melanjutkan, “tetap berdiri”. Teriakan yang
kemudian mendorong dan menyemangati Musa mengayunkan tongkatnya serta melibaskannya ke air laut Merah sehinga akhirnya air laut itu terbelah
menjadi dua. Ketika, umat Allah menyaksikan keselamatan dari Tuhan, akhirnya semua mereka merasakan jarak dekat yang sangat dekat yakni jalur
yang masih akan mereka tempuh, walau sebenarnya masih sangat jauh Kel. 14:11-13. Teriakan Musa ini sesungguhnya menandakan teriakan dari
seorang pemimpin yang agung, sebab Musa berhasil memimpin sekelompok umat untuk melewati suatu ujian di tengah kondisi yang sangat tidak
mungkin ia lewati situasi yang sangat rumitsulit dan kemudian akhirnya ia memuliakan kebesaran Tuhan. Umat Allah sungguh melihat kehancuran
musuh mereka, dan melaluinya nyata keselamatan Tuhan menaungi hidup umatNya.
41
d. Kegagalan
Jika kita bersedia mendengarkan kesaksian banyak orang tentang jerih payahnya menapaki puncak kariernya, maka kita akan mendengarkan
41
Peristiwa inilah yang sangat sering dikutip oleh Hudson Taylor ketika ia menghadapi satu situasi yang sangat sulit dalam memenuhi panggilan Tuhan melaksanaakan misi di daratan Cina yakni
situasi “yang tidak mungkin dan sangat sulit untuk dikerjakan”.
29
kesaksian yang sangat mengejutkan bagi kita. Sebaliknya, jika ingin mendengarkan kesaksian seseorang mengenai kegagalan yang ia alami
menapaki masa puncak kariernya, maka kegagalan itu akan memiliki pengaruh dan arti penting bagi diri dan pelayanannya. Pengalaman inilah
yang berlangsung dalam diri rasul Petrus ketika ia menyadari kegagalannya sebagai murid Yesus. Kesadaran dirinya terhadap kegagalan ini, akhirnya
menyadarkannya memiliki kesempatan untuk melayani Kristus.
Beberapa study terhadap beberapa orang yang mengalami kegagalan bahkan kegagalan yang sangat drastis telah dilakukan. Dari hasil studfi ini
didapat kesimpulan, cara terbaik dan efektip keluar dari persoalan ini yakni dengan kembali pada perenungan akan fondasi iman dan karunia Allah.
Bahwa melalui kegagalan, para murid dapat memahami dirinya sebagai hamba Allah yang memiliki kesempatan kedua sebagai anakNya. Dalam
berkat Allah, ia memiliki kesempatan ketiga. Banyak orang berhikmat mengatakan: “nilai seorang manusia hanya dapat diukur melalui kesaksian
hidupnya, tidak melalui kegagalan yang ia alami sebagai pribadi dan melalaui rekam jejak kehidupannya”. Kisah rasul Petrus memperingatkan
sikap kita terhadap kondisi ini, “tiga kali Yesus Kristus memperingatkan dirinya akan tanda bahaya yang akan terjadi, artinya Yesus mengenal baik
sisi alami dari kemanusiaan Petrus. Kesalahan Petrus tidak menutup kesempatan baginya menjadikan namanya sebagai batu penjuru bagi
pembangunan jemaat Kristus di dunia ini”. Keberhasilan seorang pemimpin sebagai seorang manusia sangat terletak pada kesedian dirinya belajar bahwa
“kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, ...bertindak dalam keyakinan yang memperbaharui diri melalui kegagalan merupakan sikap yang sangat
terpuji”.
d. Kecemburuan