Kwalifikasi Mental Kwalitas kepemimpinan spiritual, nilai potensialnya sangat ditentukan oleh

pemimpin penatua harus dapat berfungsi sebagai pengkhotbah yang memberikan nasehat kepada orang lain di sekitarnya. b. Kwalifikasi Moral Pada sebuah dunia yang prinsip-prinsip moralnya selalu bertentangan, seorang pemimpin haruslah seorang yang tidak bercacat. Yang memiliki “seorang istri dari seorang suami”. Dalam masyarakat di mana “seorang isteri dari seorang suami”, ini telah menjadi norma yang sangat mutlak. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa seorang pemimpin adalah ia yang tidak tercela pada moralnya. Ia harus sebagai seorang yang memiliki standar tinggi dalam hubungan pernikahannya dan di dalam imankesetiannya kepada pasangannya. Si pemimpin harus sebagai seorang yang tidak terpengaruh pada suasana yang buruk moralitasnya. Seorang pemimpin adalah seorang yang menunjukkan temperamental yang baik “yang tidak pemabuk”. Makna penting daripada tekanan ini adalah “orang yang tetap hidup oleh anggur”, dengan segala kemungkinan menjadikan dirinya seorang pemabuk. Seorang pemabuk sangat tidak dihormati di tengah masyarakat demikian khususnya pada jemaat kristen. Seorang pemimpin Kristen adalah yang tidak membiarkan dirinya di bawah tekanan dan yang bersembunyi dari hadapan penglihatan orang banyak.

c. Kwalifikasi Mental

Seorang pemimpin haruslah bijaksana dan berpikiran sehat. Kata ini mengindikasikan keseimbangan yang baik antara yang dihasilkan pikiran dengan kebiasan, dan menunjukkan karakter yang baik sebagaimana dihasilkan dari disiplin sehari-hari. Seorang pemimpin harus secara berani mengontrol kualitas dirinya dalam setiap bagian keinginan dirinya. Seorang pemimpin harus seorang yang terhormat. Kata ini menekankan suatu karakter yang baik dari seorang pemimpin: “dalam pikiran, dalam kehidupan dan juga dalam keindahan pemilihan Allah atas dirinya”. Aspek mental dan spiritual seorang pemimpin harus mampu sebagai suatu instrumen yang mengajar orang lain dalam kebenaran”. Seorang pemimpin spiritual harus bertanggung jawab kepada pengajaran yang menjadikan dirinya sebagai media dari pengajaran itu, yakni mengkondisikan dirinya sebagai seorang yang tidak tercela. d. Kwalifikasi Kepribadian Seorang pemimpin Kristen janganlah seorang yang suka berkelahi tetapi seorang yang ramah dan lembah lembut 14 . Seorang pemimpin Kristen, tidaklah orang yang suka berdebat secara kontroversialis dan hendaklah ia seorang yang berbicara dengan masuk akal. Orang yang memiliki kwalitas kepribadian seperti ini adalah “orang yang selalu menghendaki kebaikan daripada kejahatan, ia akan selalu menerima yang baik dari tindakan baik yang dilakukannya”. Pemimpin Kristen dengan sifat seperti ini akan selalu mempertimbangkan posisi dirinya di tengah posisi ironi serba salah di sekitarnya, yang selalu mencari solusi perdamaian di tengah persoalan “berduri” atau di tengah satu suasana yang eksplosif. Pemimpin Kristen mesti seorang yang ramah dan selalu menunjukkan sikap bersahabat kepada orang lain. Dengan karakter seperti ini maka sipemimpin tidak seorang yang 14 Makna dari kata lemah lembut, dalam kepemimpinan Kristen, kata ini diartikan sebagai: “dalam semangat roh kudus, ia memperbaiki ketidakadilan menjadi keadilan. 10 menjenuhkan tetapi yang selalu bertindak dan melayani demi kehendak Tuhan. Seorang pemimpin harus seorang yang ramah, orang yang senang menyambut setiap orang yang datang ke rumahnya demi pelayanannya kepada Tuhan. Ketika Rasul Paulus menulis, keramahtamahan adalah sebagai hal yang sangat esensial pada masanya dan pada masa kini. Keramahtamahan pemimpin adalah merupakan berkat terbesar bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain yang dipimpinnya 15 . Ketamakan merupakan definisi yang tidak terpisahkan dengan cinta akan uang. Dalam aktifitas pelayanan dan spiritualitas sipemimpin, hendaknya ia tidak seorang yang mudah terpengaruh oleh uang. Sebaiknya keuntungan yang diperolehnya hendaknya sebagai penghormatan tertinggi dari esensi pelayanannya. e. Kwalifikasi Domestik Keluarga Seorang pemimpin kriten yang menikah, harus menunjukkan kemampuannya mengurus rumah tangganya secara baik demikian mengawasi anak-anaknya dari segala kedaulatan dirinya adalah fakta bahwa banyak pemimpin Kristen mengalami kegagalan pada situasi ini. Untuk menemukan kondisi ideal rumah tangga pemimpin Kristen ia harus memiliki seorang istri yang memberinya aspirasi spiritual dan yang menginginkan kekudusan dalam persekutuan rumah tangga. Banyak berkat diperoleh pemimpin dan kemudian hilang serta wibawa spiritualnya menurun hanya disebabkan oleh dirinya salah memilih istri pasangan sebagai pendamping hidupnya. Jika seorang pemimpin Kristen tidak berhasil menunjukkan perilaku yang penuh kebaikan, dan disiplin di tengah rumah tangganya, tidak ada alasan untuk menyatakan dirinya lebih baik sebagai keluarga Kristen. Itu sebabnya ditekankan kemampuan mengawasi anak-anaknya, memperlihatkan keramahtamahan, demikian akan mengalir alamiah pengaruhnya kepada keluarga anggota jemaat lain. Rasul Paulus mengimplikasikan kemampuan seperti ini sebagai kuasa rohani yang dengan bijaksana dan berdisiplin melimpahi rumah tangga sipemimpin Kristen itu. f. Kwalifikasi KematanganKedewasaan Kematangan spiritualitas sangat diperlukan oleh seorang pemimpin yang efektif, dan tidak ada tempat bagi orang baru 16 untuk hal ini. Tempat yang baru maksudnya yakni perubahan baru dalam tanggung jawab. Orang yang baru masuk masih membutuhkan proses pendewasaan, proses yang berlangsung tidak tergesa-gesa. Melalui hikmat ini, diharapkan hasil yang matang di dalam karakter persekutuan jemaat. Dalam 1 Tim. 3:10 Rasul Paulus menawarkan suatu persyaratan menjadi seorang diakon, “harus diuji terlebih dahulu” melalui tindakan ini akan ditentukan posisi tanggung jawab mereka dalam jemaat. Pada masaa kini kematangan spiritual dan stabilitas esensial pemimpin sangat diperlukan. Adalah suatu potensi yang membahayakan bila penetapan seorang pemimpin jemaat dilakukan dengan tergesa-gesa. Idealnya, seorang pemimpin haruslah memenuhi kwalifiikasi ini, 15 . Menurut pengalaman jemaat pertama ada banyak rumah-rumah penginapan yang di dalamnya dua kasus moral sering terjadi, yakni “kejorokan dan emoralitas”. Sebagaimana penindasan berkembang, demikian orang Kristen dikejar dan dijadikan budak, dalam kondisi inilah anggota jemaat pertama esensial menunjukkan kesaksian imannya, khususnya para pemimpin yang menekankan keramahtamahan kepada mereka. Juga dalam situasi ini, pintu rumah pemimpin Kristen senantiasa terbuka kepada orang yang bukan Kristen. 16 Orang baru didefinisikan sebagai “orang yang baru masuk”. 11 yakni: “yang memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri secara hati hati- hati, tenang, hemat, tahan bekerja keras, cerdas, tidak cinta akan uang, tidak mempersoalkan yang muda dan yang yang tua, jika mungkin memiliki wibawa seperti seorang bapak dalam keluarganya, memiliki kemampuan untuk berbicara, dan memiliki reputasi yang baik. Beberapa kwalifikasi di ataslah yang ditekankan oleh rasul Paulus sebagai standar pemimpin dan kepemimpinan pada 1 Tim. 3:2-7 di atas. Penjelasan Tambahan Petrus Tentang Kepemimpinan 17 I Pet. 5:1-7 6. Rasul Petrus adalah rasul pertama yang diterima sebagai pemimpin periode jaman rasul-rasul. Apa yang Petrus lakukan dilakukan oleh orang lain, ke mana Petrus pergi, orang lain mengikutinya. Sebagai pemimpin, Petrus selalu menghendaki dapat bergabung dengan teman-temannya. Sebagai manusia biasa, ia memiliki kelemahan tetapi dalam banyak hal pengaruhnya sangat besar, dan kepemimpinannya tidak terkalahkan oleh siapapun. Untuk merenungkan nasehatnya, yakni yang ditulsinya kepada para pemimpin pada beberapa tahun sejak kematangan dirinya adalah sebuah nasehat yang sangat berharga. Melalui bimbingannya, ia meluruskan sikap gereja dan jemaat ketika mereka mengalami penyiksaan dan prinsip nasehatnya selalu menekankan nilai spritualitas yang kokoh termasuk kepada para pemimpin. Kepada para pelayan pemimpin, Petrus mengingatkan mereka supaya mereka memperhatikan “kawanan” domba yang mereka layani 5:2. Demikian kepada para pelayan setelah mereka mengalami kegagalan dalam perkejaan mereka Joh. 21:15-17. Dalam nasehat-nasehatnya inilah ditemukan kwalitas type perhatian pastoral Petrus. Dalam surat-suratnya, rasul Pterus sesungguhnya tidaklah berbicara dari atas tetapi dari kesetaraan dengan mereka, sebuah sikap yang baik dari tindakan seorang pemimpin. Petrus memperlakukan mereka pada posisi yang sejajar dengan dirinya sendiri. Tulisan Petrus tentang penderitaan Kristus adalah sebuah kesaksian setelah mengalami kegagalan, patah dan takluk pada kasih Golgata sebuah pekerjaan Hamba yang tidak dapat dikerjakan oleh siapa pun, sebuah tanda dari hati seorang Hamba. Melalui kisah ini I Pet. 5”1-7: a. Petrus bersentuhan dengan motivasi sipemimpin. Tindakan yang ditunjukkan dari spritualitas yang bertanggungjawab, tanpa paksaan dan tidak di bawah paksaan, tetapi “pencapaian keinginan, tidak karena tidak dapat menemukannya”. Kondisi yang berlangsung saat Petrus menulis yakni “peristiwa yang menggoncang hatinya agar para pemimpin melakukan tanggungjawabkewajiban esensial mereka yakni dari keilahian cinta kasih yang mereka miliki 5:2”. b. Seorang pemimpin Kristen adalah seorang yang memiliki kepribadian menarik demi keuntungan pelayanan. Rasul Petrus tidak mengabaikanmelupakan unsur mara bahaya dari penyalahgunaan kekuasaan dan ketamakan temannya Yudas, hanya ia tertarik menjadi seorang penatua yang bebas dari ketamakan. Seorang pemimpin, setidaknya ia harus bebas dari pertimbanagan dirinya pada 17 Ibid., hal. 38-42 12 soal keuntungan dan keuangan. Jika orang lain melihat diri sipemimpin tidak menarik, maka kemudian sipemimpin akan sulit menjalankan perintahnya. c. Seorang pemiompin Kristen janganlah seorang yang diktator 1 Petr. 5:3a. Seorang pemimpin yang ambisius akan mudah jatuh dan tidak dihargai oleh anggotanya. Tidak ada sikap terbaik daripada menunjukkan kerendahan hati seperti anak Allah yang telah merendahkan diri. d. Seorang pemimpin haruslah memberikan “contoh yang baik” kepada anggotanya 5: 3b. Rasul Paulus mengingatkan Timoteus “janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda” 1 Tim. 4:12. Demikian rasul Petrus mengingatkan para pemimpin, sebagaimana mereka adalah gembala yang baik bagi banyak orang. e. Para pemimpin “mengenakan kerendahan hati”. Perkataan ini menganalogikan perbedaan “pakaian para pemimpin” dengan pakaian para budak. Kerendahan hati merupakan dasar bagi keilahian kuasa dan keberanian dalam pelayanan. Keramahan di dalam hati, merupakan sumber dari banyak keuntungan bagi dirinya. Pada ayat 5, Petrus menekankan agar para sipemimpin menunjukkan kerendahan hati dalam hubungan mereka dengan orang lain. Pada ayat 6, ia kemudian menantang mereka agar menunjukkan kerendahan hati ini sebagai wakil Allah. Petrus menawarkan satu keuntungan bagi para pemimpin yang berkharisma, “...kamu akan menerima mahkota kemuliaan, mahkota yang tidak layu”. Perkataan ini menekankan makna suatu keadaan yang “tidak dapat diremukkan”, yakni kuasa iman yang menaungi para pemimpin. Kondisi karakter yang lain yang penting diperhatikan oleh para pemimpin adalah kegelisahan pikiran dan hati oleh konflik batin dalam diri sendiri. Suasana ini berakibat fatal bagi diri pemimpin dalam menekankan status dan fungsinya sebagai pemimpin spiritual yang mengerjakan kehendak Allah dalam realisasi kepemimpinan itu. Kwalitas Khusus Seorang Kepemimpian 18 Pertama 1 Timoteus 3:2 “Karena itu, seorang peniliik jemaat haruslah seorang yang tidak bercacat” 7. Untuk mempersiapkan seorang pemimpin, Allah meletakkan prinsip dan gagasan aktifitas ini pada pelayanan. Pada fungsi inilah maksud dan tujuan utama Allah memilih seorang pemimpin. Allah meletakkan defenisi pemilihanNya terhadap pemimpin pada pelayanan dan kemudian memberikan kemampuan agar orang yang dipilihNya mampu bertindak menurut potensi terbaiknya. Dengan pembekalan inilah Allah menjamin kemampuan rasul Paulus melaksanakan misi Pekabaran Injil. 19 18 Ibid., hal. 43-59 19 Sikap yang serupa dilakukan oleh Allah untuk mempersiapkan Adoniram Judson sebagai pioner misiNya di Birma. Dengan pembekalan Allah, Adoniram Judson memiliki kwalitas khusus baik melalui kerendahan hati, semangat, kecermatan, kesabaran serta keberanian untuk menghadapi semua tantangan yang berlangsung dalam dirinya. Demikian halnya dengan Martin Luther, tokoh luarbiasa gerakan reformasi. Melalui kepemimpinannya menggerakkan pembaharuan dalam gereja abad 16, ia digambarkan sebagai seorang yang melakukan pendekatan pribadi dengan sangat bijaksana, dengan kepribadian sangat sederhana, serta seorang manusia yang sangat mengagumkan. Bahkan Martin Luther dianggap sebagai seorang yang berperasaan sangat sempurna serta 13 Pada setiap diri manusia, semua orang yang menerima berkat khusus dari Allah untuk suatu tugas khusus, Allah menempatkan mereka dan memanggilnya untuk satu maksud yakni sebagaimana diinginkan oleh Allah. Satu kwalitas khusus dari satu kepemimpinan spiritual, ini ditandai oleh beberapa karakter, yakni; a. Disiplin Karakter ini menempati tempat yang pertama di atas seluruh kriteria dari kemampuan seorang pemimpin. Bahwa tanpa disiplin, serorang pemimpin tidak akan dapat menemukan kuasa otoritasnya yang tertinggi tanpa realisasi disiplin. Seorang pemimpin adalah ia yang mampu memimpin orang lain hanya karena konsekuensi disiplin darinya sendiri. Pemimpin adalah seorang yang menyerahkan keinginannya dan belajar patuh kepada disiplin tanpa alasan, yang kemudian melakukannya pertama dalam dirinya sendiri kemudian memimpin orang lain dari disiplin. Sesuai dengan pengalaman, bahwa tidak akan pernah terjadi pemberontakan kepada pemimpin dan kekuasaan, jika karakter disiplin dilakukan dengan benar. Setinggi apapun dendam, kerasnya kebencian serta penolakan, semuanya dapat diatasi melalui disiplin. Banyak orang yang mencoba mengikuti kursus kepemimpinan dan berharap tidak mendapatkan kegagalan namun mereka tidak pernah belajar sebagai seorang pengikuthamba. Bila ini terjadi, sesungguhnya mereka sama seperti anak-anak yang bermain perang-perangan di tengah jalan. Hampir semua orang yang memperoleh kesuksesan dalam berbagai karir, pertama- tama ini diperoleh melalui disiplin yang sejak awal telah melatih dirinya dan menderita dalam latihan itu. Banyak orang yang beriman dan secara berani di dalam kasih menasehati orang lain, secara umum selalu menekankan bahwa sikap disiplin merupakan kunci terbaik memperoleh kesuksesan.

b. Visi