Kecemburuan Tidak satu kepemimpinan pun yang tidak mengharapkan dapat memperoleh

kesaksian yang sangat mengejutkan bagi kita. Sebaliknya, jika ingin mendengarkan kesaksian seseorang mengenai kegagalan yang ia alami menapaki masa puncak kariernya, maka kegagalan itu akan memiliki pengaruh dan arti penting bagi diri dan pelayanannya. Pengalaman inilah yang berlangsung dalam diri rasul Petrus ketika ia menyadari kegagalannya sebagai murid Yesus. Kesadaran dirinya terhadap kegagalan ini, akhirnya menyadarkannya memiliki kesempatan untuk melayani Kristus. Beberapa study terhadap beberapa orang yang mengalami kegagalan bahkan kegagalan yang sangat drastis telah dilakukan. Dari hasil studfi ini didapat kesimpulan, cara terbaik dan efektip keluar dari persoalan ini yakni dengan kembali pada perenungan akan fondasi iman dan karunia Allah. Bahwa melalui kegagalan, para murid dapat memahami dirinya sebagai hamba Allah yang memiliki kesempatan kedua sebagai anakNya. Dalam berkat Allah, ia memiliki kesempatan ketiga. Banyak orang berhikmat mengatakan: “nilai seorang manusia hanya dapat diukur melalui kesaksian hidupnya, tidak melalui kegagalan yang ia alami sebagai pribadi dan melalaui rekam jejak kehidupannya”. Kisah rasul Petrus memperingatkan sikap kita terhadap kondisi ini, “tiga kali Yesus Kristus memperingatkan dirinya akan tanda bahaya yang akan terjadi, artinya Yesus mengenal baik sisi alami dari kemanusiaan Petrus. Kesalahan Petrus tidak menutup kesempatan baginya menjadikan namanya sebagai batu penjuru bagi pembangunan jemaat Kristus di dunia ini”. Keberhasilan seorang pemimpin sebagai seorang manusia sangat terletak pada kesedian dirinya belajar bahwa “kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, ...bertindak dalam keyakinan yang memperbaharui diri melalui kegagalan merupakan sikap yang sangat terpuji”.

d. Kecemburuan

Sebagai suatu hal yang sangat normal ada dalam diri setiap orang bahwa “pada waktunya seorang pemimpin akan ditantang oleh ambisi dan kecemnburuan pihak lawan-lawannya”. Kecemburuan inilah satu senjata paling ampuh dari pihak musuh bagi perkembangan pengaruhnya, Musa juga mengalami kondisi ini. Tantangan pertama bagi Musa pada kepemimpinannya justru berasal dari sudara-saudaranya akak dan saudara sulungnya. Miriam sebagai saudari sulung Musa, menerima pengajaran Tuhan akibat dari sifat jeleknya, yakni sifat cemburunya. Miriam rupanya menghasut dan menyebarkan perkataan bohong tentang saudaranya Musa, dengan memanfaatkan pernikahannya kepada orang Ethiopia demi suatu apologisasi otoritasnya. Reaksi Musa menjadi sebuah teladan dalam hal ini, sebagaimana luka dalam dialaminya, ia tidak berkata apa-apa untuk membenarkan dirinya sendiri, sebab perhatian utamanya adalah kemuliaan Tuhan tidak pada wibanya sendiri. Suatu sikap yang berhubungan dengan kesaksian yang bersumber dari kelemahlembutan. Musa adalah seorang yang plaing lembut dari antara semua manusia yang ada di atas permukaan bumi Bil. 13:3. Musa memperlihatkan keeleganan dirinya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan satu tantangan pun berkuasa menekan diri hambaNya. Satu pelajaran penting bagi kepemimpinan melalui kisah ini, yakni bahwa “orang yang berada pada pembelaan Tuhan, akan dijauhkan dari pencobaan dan kecemburuan lawan-lawannya”. Ada tangan yang 30 berkuasa menyelamatkan dirinya yang menegor “Miriam” dengan perkataan-perkataannya. Tantangan kedua kepada Musa datang dari Korah. Ia merencanakan suatu tindakan yang tidak beralasan bagi Musa dan Aron. Tindakan tersebut yakni agar mereka turun dari jabatan istimewa yang mereka miliki Bil. 16:4. Untuk menghadapi ini kembali Musa pada sikapnya, yakni membiarkan Tuhan menghukum orang yang cemburu kepada dirinya dan Tuhan akhirnya berdiri melindungi Musa. Tuhan adalah pencemburu bagi pemimpin yang dipanggilNya dan yang disetujuiNya. Tuhan menghargai mereka, melindungi dan membela mereka, serta mengurangi beban mereka sehingga pemimpin yang dikehendakiNya mampu tegak berdiri dalam kebenaran. Seni Mendelegasikan 42 Kel. 18:25 Lalu Firaun berkata kepada Musa dan Harun, “pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini”.

16. Salah satu defenisi dari pemimpin dan kepemimpinan yang esensial terletak