Latar Belakang Masalah Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Emiten LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas saat ini, kemajuan teknologi telah berpengaruh besar terhadap cara perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya agar senantiasa semakin efisien dan efektif. Perusahaan dituntut untuk selalu selangkah lebih maju dari para pesaingnya agar dapat mencapai tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan laba sebesar-besarnya demi mempertahankan kelangsungan hidupnya seraya memperbesar skala usahanya. Agar perusahaan bertambah besar, maka perusahaan harus berkembang untuk dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan pasar yang berubah-ubah. Dengan bertambah besarnya perusahaan, perusahaan dituntut semakin lihai pula dalam mengelola dana yang tersedia untuk menjalankan akitivitas operasional perusahaan. Dana yang diinvestasikan untuk menjalankan aktivitas operasional sehari-hari inilah yang dinamakan modal kerja. Modal kerja merupakan dana yang selalu berputar, dimana pada awalnya dikeluarkan untuk membiayai aktivitas operasional sehari-hari agar proses produksi dapat berjalan. Hasil produksi kemudian dijual, dan dari penjualan tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang tentunya diharapkan selalu meningkat. Sebagian dari laba yang telah dihasilkan tersebut akan masuk kembali sebagai modal kerja perusahaan. Perputaran modal kerja ini akan terus Universitas Sumatera Utara 2 terjadi selama perusahaan masih berjalan sehingga perusahaaan wajib bersaing pula dalam mengelola modal kerjanya. Keown 2010: 646 mengemukakan bahwa modal kerja adalah “the firm’s total investment in current assets or assets that it expects to be converted into cash within a year or less”. Sedangkan menurut Riyanto 2008: 57 mengemukakan bahwa modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas dan digunakan perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku barang, membayar ongkos angkutan, membayar utang, dan sebagainya. Jumlah modal kerja yang baik bagi suatu perusahaan adalah modal kerja yang cukup. Salah satu penyebab kerugian dan keberhasilan suatu perusahaan adalah bagaimana perusahaan mengelola modal kerjanya. Kekurangtepatan dalam pengelolaan akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Gittman 2009: 638 mengemukakan bahwa pada sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan Fortune 100, manajemen keuangan dalam perusahaan pada umumnya menghabiskan sepertiga waktunya untuk menanngani aktiva lancar dan seperempat waktunya digunakan untuk menangani kewajiban lancar. Manajemen modal kerja merupakan topik yang sangat penting dalam manajemen keuangan Universitas Sumatera Utara 3 karena manajemen modal kerja berhubungan langsung serta berpengaruh terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Menurut Mohamad dan Noriza 2010, tujuan dari manajemen modal kerja adalah untuk memastikan perusahaan dapat membiayai kegiatan operasionalnya dan selalu mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Kekeliruan dalam manajemen modal kerja akan membawa perusahaan menuju krisis likuiditas dengan mengurangi profitabilitas dan likuiditas perusahaan, jadi efektivitas dalam manajemen modal kerja sangat penting demi kelancaran usaha dan juga profitabilitasnya Siddique Khan, 2009. Modal kerja harus senantiasa dikelola agar tidak terlalu kecil maupun terlalu besar jumlahnya. Jika jumlahnya terlalu kecil, perusahaan akan menghadapi kondisi illikuid, yaitu kondisi dimana perusahaan kesulitan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang disebabkan oleh tidak tersedianya dana yang cukup untuk melunasi utang jangka pendek perusahaan yang telah jatuh tempo. Sementara itu, jika jumlah modal kerja terlalu besar, maka hal terebut bisa berarti adanya dana yang menganggur. Dana yang menganggur berarti mengurangi laba perusahaaan karena dana tersebut seharusnya dapat digunakan dalam berbagai macam kepentingan pengembangan usaha maupun untuk membiayai investasi jangka pendek perusahaan. Keefektifan perusahaan dalam mengelola modal kerjanya dapat diukur menggunakan rasio working capital turnover perputaran modal kerja. Menurut Universitas Sumatera Utara 4 Munawir 2004:240, rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode; atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal kerja, dan jumlah penjualan tersebut otomatis berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin besar rasio working capital turnover, maka semakin cepat perputaran modal kerja yang berarti semakin efektif pula pengelolaan sebuah perusahaan terhadap modal kerjanya yang akan berdampak pada peningkatan profitabilitas perusahaan. Modal kerja dapat diukur dengan meninjau elemen-elemen modal kerja, yaitu kas, piutang usaha, dan persediaan. Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas perusahaan, maka tingkat likuiditas perusahaan juga semakin tinggi dan risiko perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya juga semakin kecil. Hanya saja, seperti yang dibahas sebelumnya, jumlah kas harus tetap dikelola seefektif mungkin agar jumlahnya tidak terlalu besar untuk mencegah timbulnya dana yang menganggur sehingga berujung pada berkurangnya profitabilitas perusahaan. Keseimbangan kas masuk dan keluar diharapkan dapat terjadi dengan adanya pengaturan yang baik sehingga pengeluaran- pengeluaran kas untuk pembayaran utang maupun kewajiban-kewajiban lain dapat ditutup dari pengumpulan piutangnya. Unsur modal kerja lainnya yaitu piutang usaha. Piutang usaha timbul karena perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan kredit dimaksudkan untuk memperbesar volume penjualan. Penjualan kredit akan menghasilkan piutang usaha Universitas Sumatera Utara 5 yang setelah jatuh tempo baru akan diterima sebagai kas. Oleh karena itu, piutang usaha merupakan salah satu unsur modal kerja yang terus berputar. Piutang usaha juga memerlukan perhatian yang serius dalam pengelolaannya karena piutang meskipun besar jumlahnya apabila belum tertagih akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Sementara piutang usaha yang tidak tertagih akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Persediaan adalah salah satu unsur modal kerja yang juga selalu berputar. Masalah penentuan jenis dan besarnya jumlah persediaan barang penting untuk dikelola secara efektif karena berpengaruh langsung terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Penentuan persediaan barang ini diharapkan agar barang yang tersedia di gudang tidak kurang dan tidak berlebihan. Persediaan barang dalam jumlah yang tidak mencukupi berarti ada sebagian permintaan dari langganan yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan dan berujung pada penurunan penjualan. Sebaliknya bila persediaan barang terlalu banyak, selain perusahaan harus menanggung biaya penyimpanan dan pemeliharaannya, modal untuk produksi barang tersebut berhenti berputar karena tidak terjadi penjualan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola persediaannya agar selalu berada pada tingkat kecukupan, sehingga tingkat profitabilitas yang diharapkan dapat tercapai. Perusahaan yang penjualan kreditnya meningkat berarti turut meningkatkan jumlah piutang usaha serta menurunkan jumlah persediaan di gudang dan utang usaha akan meningkat untuk membeli bahan baku secara kredit pula. Ketiga komponen Universitas Sumatera Utara 6 piutang usaha, persediaan, dan utang usaha dari cash conversion cycle CCC memiliki cara tersendiri untuk dikelola agar dapat memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Untuk membuat CCC lebih efektif, maka piutang usaha, persediaan, dan utang usaha senantiasa harus berada pada titik keseimbangannnya agar berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Cash conversion cycle CCC dapat menunjukkan kepada perusahaan berapa lama jangka waktu yang dibutuhkannya untuk mengubah mengembalikan kas keluar yang digunakan untuk kegiatan operasional menjadi kas masuk. Menurut Keown 2010, Cash Conversion Cycle adalah “the sum of days of sales outstanding and days of sales in inventory less days of payables outstanding”. Cash Conversion Cycle merupakan alat yang penting dalam menaksir seberapa baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal kerjanya. Rehman dan Nasr 2007 meneliti hubungan antara cash conversion cycle CCC, average payment period APP, average collection period ACP, dan inventory turnover in days ITD terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange. Mereka menyimpulkan bahwa cash conversion cycle, average payment period, average collection period, dan inventory turnover in days secara signifikan berkorelasi negatif terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Universitas Sumatera Utara 7 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samiloglu dan Demirgunes 2008 terhadap perusahaan manufaktur Turki yang terdaftar di Istanbul Stock Exchange, terdapat pula hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Account Receivable Period, Account Payable Period, dan Leverage yang digunakan sebagai komponen manajemen modal kerja berkorelasi negatif terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan yang diteliti. Penelitian mereka juga mengungkapkan bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan dengan memperpendek periode piutang usaha dan utang usaha. Usama 2012 dalam penelitiannya terhadap perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di Karachi Stock Exchange menyimpulkan bahwa manajemen modal kerja inventory turnover in days, average collection period, dan cash conversion cycle berkorelasi negatif terhadap profitabilitas net operating profitability perusahaan. Average collection period juga berkorelasi negatif terhadap likuiditas perusahaan. Sedangkan average payment period dan cash conversion cycle berkorelasi positif terhadap likuiditas perusahaan. Di Indonesia, perusahaan yang sudah go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI sampai saat ini 19 Oktober 2012 berjumlah 455 emiten. Dari semua emiten, setiap enam bulan BEI selalu merilis daftar perusahaan yang sahamnya termasuk ke dalam kategori indeks LQ-45. Indeks LQ-45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Universitas Sumatera Utara 8 Perusahaan yang sahamnya termasuk di dalam kategori indeks LQ-45 dipilih melalui beberapa kriteria yang di antaranya adalah merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan kapitalisasi pasarnya dan merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. Kriteria lainnya berupa termasuk dalam jajaran 60 besar transaksi saham di pasar regular rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir, telah listing di BEI minimal 3 bulan, serta dinilai kondisi keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan perusahaan. Saham-saham yang termasuk di dalam kategori LQ 45 terus dipantau dan akan di-review serta dikeluarkan daftar baru emiten yang sahamnya termasuk dalam kategori LQ 45 pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila ada saham yang sudah tidak memenuhi kriteria, maka akan digantikan dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Dengan melihat kriteria di atas, dapat dikatakan bahwa saham yang termasuk ke dalam kategori ini merupakan kumpulan 45 saham paling likuid sehingga analisis terhadap saham tersebut akan memberikan gambaran yang signifikan dari kondisi pasar modal di BEI pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa terdapat hubungan antara manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Emiten LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Universitas Sumatera Utara 9

1.2 Perumusan Masalah