Pengertian Merek Asing Kriteria Merek Terkenal

Dalam Pasal 6 bis Paris Convention versi Stockholm 1967, menentukan bahwa merek terkenal yang telah dipakai oleh pemakai merek yang beritikad tidak baik, maka dapat selalu dapat dimintakan pembatalannya atau dilakukan pembatalan oleh pejabat yang berwenang. Dalam pasal 6 bis ayat 3 menyatakan “No time limit shall be fixed for requesting the cancellation or the prohibition of the use of marks registered or used in bad faith ”. Maksudnya adalah tidak ada batas waktu yang ditentukan untuk meminta pembatalan dari merek itu atau larangan untuk memakai merek terdaftar tersebut jika dipakainya dengan itikad tidak baik. 32

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK ASING DAN

DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INVESTASI ASING DI INDONESIA

A. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Asing

Sejarah perdagangan menunjukan, bahwa merek semula digunakan dalam perdagangan sebagai tanda pemilikan atas barang, hal ini bisa ditemukan pada praktek menandai ternak dengan tanda khusus, ataupun praktek penandaan barang yang akan dikirim melalui laut agar memudahkan identifikasi pada saat terjadi kecelakaan 1 . Hal ini dilakukan tidak lain untuk membedakan suatu produk dengan produk yang lain. Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat banyak tindakan persaingan tidak sehat terhadap merek asing khususnya merek asing yang telah terkenal. Perlindungan atas merek pada dasarnya merupakan bagian dari perlindungan hukum terhadap persaingan tidak sehat yang adalah perbuatan melanggar hukum di bidang perdagangan. Secara garis besar, perlindungan hukum atas merek ditujukan kepada dua kepentingan yaitu kepentingan 1 Syopiansyah Jaya Putra, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h.175. pemilik merek produsenpedagang dan kepentingan konsumen atau khalayak ramai pada umumnya, dimana kedua kepentingan tersebut terlindungi secara seimbang dan tidak berat sebelah. Secara menyeluruh, kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi oleh hukum merek dapat dipisah-pisahkan menjadi empat kelompok berikut 2 . 1. Kepentingan pemilik merek untuk tidak diganggu gugat dalam hubungan baiknya dengan para konsumen, yang telah dibina olehnya dipasar melalui penggunaan suatu merek tertentu, serta dalam harapan yang wajar untuk memperoleh langganan tetap pada masa mendatang, yang kesemuaannya itu terjamin oleh pengenalan masyarakat kepada merek tersebut, yang menunjukan bahwa pemilik merek itu adalah produsen dari barang yang bersangkutan. 2. Kepentingan para produsen atau para pedagang lainnya yang bersaing, untuk bebas memasarkan barang-barangnya dengan memakai tanda- tanda umum yang dapat dipakai oleh siapa saja, dan yang seharusnya tidak boleh dimonopoli oleh siapapun sehingga tidak merugikan kebebasan mereka untuk menjual barang-barangnya dalam persaingan yang jujur dan sah. 3. Kepentingan para konsumen untuk dilindungi terhadap praktik-praktik yang cendrung hendak menciptakan kesan-kesan yang dapat menyesatkan dan menipu atau membingungkan konsumen, dengan cara 2 Suyud Margono, Hak Milik Industri: Pengaturan dan Praktik di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, h.48-49.