Pembuktian Keterkenalan Merek Bodycology Milik Penggugat

Setelah mengetahui tentang prinsip-prinsip dalam menentukan keterkenalan merek di atas, jika dikaitkan dengan merek Bodycology milik penggugat, dapat dikatakan bahwa merek Bodycology milik penggugat merupakan merek terkenal. Hal ini sebagaimana yang terdapat pada Pasal 2 ayat 2 Joint Recomendatin Concerning Provisions on The Protection of Well Known Marks, dimana penggugat telah mendaftarkan merek Bodycology nya di berbagai negara, antara lain: 1 Merek Bodycology atas nama penggugat telah terdaftar dibawah registrasi 1,719,286, di Amerika Serikat tanggal 22 September 1992, untuk kelas 03 A.S. kelas 1,4,6,50,51 dan 52. 2 Merek Bodycology atas nama penggugat juga telah terdaftar dibawah dibeberapa negara Uni Eropa dengan No. 006995617 meliputi negara- negara: Spanyol, Inggris, Belanda, Denmark, Perancis, Italia, Rumania, Hugaria, Lithuania, Islandia dan Cekoslavia sejak tahun 2009, untuk melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3,25,28,44. 3 Merek Bodycology atas nama penggugat telah terdaftar di negara Jepang dibawah nomor 5.326.291 tanggal 28 Mei 2010, untuk kelas 03, 25, dan 28. 4 Merek Bodycology atas nama penggugat telah terdaftar di negara Chili dibawah nomor 925391 tanggal 20 Juli 2011 untuk melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3,25,28. 5 Merek Bodycology atas nama penggugat telah diajukan permohonan pendaftarannya di Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual HKI dengan nomor agenda D00-2011013471 tanggal 06 April 2011 untuk melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 03. Dengan merujuk pada bukti pendaftaran merek Bodycology milik penggugat yang telah penulis jabarkan di atas, penulis tidak sependapat dengan majelis hakim yang menyatakan bahwa merek Bodycology milik penggugat bukanlah merupakan suatu merek terkenal. Merek Bodycology milik penggugat telah terdaftar di banyak negara, dimana menurut penulis hal itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa merek Bodycology milik penggugat sebagai kriteria merek terkenal. Jika ditinjau mengenai kriteria merek terkenal sebagaimana pada Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf b Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang menyatakan bahwa “Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang danatau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar- besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang menjadi dasar penolakan. ”

2. Pembuktian Tentang Itikad Baik

Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 memberikan definisinya yang dimaksud dengan itikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Paris Convention tidak mengatur kriteria itikad tidak baik secara jelas dan lengkap. Perlindungan atas suatu merek yang didaftar dengan itikad tidak baik disebutkan dalam Pasal 6 ayat 3 Paris Convention sebagai berikut: “no limit shall be fixed for requesting the cancellation or the prohibition of the use of marks registered or uses in bad faith...”. Ketentuan ini mengandung maksud bahwa tidak ada jangka waktu yang ditetapkan bagi pemilik hak atas merek untuk meminta pembatalan dari merek yang didaftarkan dengan itikad tidak baik dimana merek yang didaftarkan tersebut mempunyai persamaan yang menunjukkan itikad tidak baik. Merek erat kaitannya dengan persaingan yang tidak jujur unfair competition. Pasal 10 ayat 3 Paris Convention memuat ketentuan bahwa negara anggota konvensi terikat untuk memberikan perlindungan terhadap merek terkenal agar persaingan yang tidak jujur tidak terjadi. Sedangkan dalam Pasal 10 ayat 2 Paris Convention disebutkan bahwa setiap perbuatan yang bertentangan dengan praktik pelaku usaha dalam bidang industri dan perdagangan dianggap sebagai perbuatan yang tidak jujur. Pasal ini menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilarang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan tidak jujur yang dapat menimbulkan kekeliruan dengan cara apapun berkenaan dengan asal-usul barang atau usaha-usaha industri dan komersial dari seorang pengusaha yang bersaingan. Persaingan yang tidak jujur ini dapat berupa upaya untuk mendompleng atau membonceng ketenaran suatu merek terkenal. Upaya pendomplengan atau pemboncengan termasuk juga dalam tindakan membajak, meniru, dan menjiplak merek terkenal pihak lain dan kemudian mendaftarkannya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual baik untuk barang yang sejenis maupun untuk barang yang tidak sejenis. Tindakan ini berakibat pada kerugian yang dialami oleh pihak lain, mengecoh dan menyesatkan konsumen berkenaan dengan sifat dan asal usul barang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persaingan tidak jujur tersebut dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran di dalam perdagangan. Dengan kata lain, perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan yang didasarkan atas itikad tidak baik. Pembatalan suatu merek oleh Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual didasarkan pada persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal pihak lain. Adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya didasarkan pada itikad tidak baik untuk mendompleng atau membonceng ketenaran merek asing terkenal sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu yang cepat tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan promosi. Jadi, penilaian ada atau tidaknya unsur itikad tidak baik sangat perlu memperhatikan unsur persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya yang terdapat dalam merek tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa itikad tidak baik timbul dari adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya. Berdasarkan definisi itikad baik yang telah penulis jabarkan di atas, jika dilihat dari sejarahnya merek Bodycology milik penggugat telah ada dan beredar di Amerika Serikat sejak tahun 1992 dan juga telah terdaftar di Amerika Serikat dengan No. registrasi 1.719.286 di Amerika Serikat tanggal 22 September 1992, untuk kelas 03 A.S.kelas 1,4,6,50,51 dan 52. Selain itu berdasarkan pertimbangan hakim, bahwa hakim menilai terdapat persamaan pada pokoknya antara merek Bodyology milik tergugat dengan merek Bodycology milik penggugat. Dengan demikian berdasarkan fakta sejarah dan bukti-bukti dokumen, menurut penulis tidak ada alasan bagi majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk memenangkan pihak Sherly Nyolanda, karena selain bertentangan dengan norma-norma keadilan dan kepatutan, hal itu juga bertentangan dengan fakta hukum dan sejarah, karena jika dilihat pada Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 sudah jelas dan terbukti bahwa pihak Sherly Nyolanda tidak mempunyai itikad baik didalam pendaftaran merek Bodycology sebagai mereknya. Menurut penulis hakim seharusnya juga mempertimbangkan putusannya berdasarkan yurisprudensi yang ada, salah satu yurisprudensi yang terkenal adalah Putusan Mahkamah Agung RI No. 677 KSip1972 putusan tenta ng merek “Tancho”. Menurut penulis perkara merek “Tancho” ini serupa dengan perkara merek Bodycology. Dalam perkara ini PT. Tancho Indonesia Co. Ltd menggugat Wong A Kiong Ong Sutrisno sebagai Direksi Firma Tokyo Company. Sejak tahun 1961 barang-barang tersebut telah dikenal di Indonesia karena beberapa pengusaha Indonesia telah mengimportnya. Kemudian untuk memperlancar usaha perdagangannya di Indonesia, Tancho Kabushiki Kaisha mengadakan Joint venture dengan N.V. The City Factory di Jakarta sehingga terbentuklah PT. Tancho Indonesia Co. Ltd. Oleh karena itu barang-barang produksi diberi merek “Tancho” pula, dan sesuai dengan itu PT. Tancho Indonesia Co. Ltd. Mengajukan pendaftaran merek kepada Dirjen Paten, Merek, dan Hak Cipta, tetapi ditolak karena telah ada pihak lain yakni Firma Toko Osaka Company yang telah mendaftarkannya terlebih dahulu, yaitu sejak tahun 1965. Gugatan pun dilayangkan oleh PT. Tancho Indonesia Co. Ltd. kepada