Madrid Agreement Perlindungan Merek Asing Dalam Konvensi Internasional

a. Pengertian merek menurut Undang-Undang ini yaitu dalam Pasal 1 ayat 1 adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Jenis-jenis merek menurut Pasal 1 ayat 2 dan 3 Undang-Undang ini adalah merek dagang dan merek jasa. b. Prinsip itikad baik menurut Undang-Undang ini terdapat pada Pasal 4, dimana suatu merek tidak dapat didaftar atas permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. c. Suatu merek dapat ditolak menurut Pasal 6 ayat 1 adalah jika mempunyai persamaan pada pokoknya atau secara keseluruhan dengan merek atau pihak lain yang sudah mendaftar terlebih dahulu untuk barang dan jasa yang sejenis, atau dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa yang sejenis, atau mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal. Dengan demikian Pasal 6 ini sejalan dengan Pasal 6 bis Paris Convention. d. Ketentuan Pasal 6 ayat 2, sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat 1 dapat pula diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. e. Menurut ketentuan pasal 6 ayat 3 permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak atau merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang atau merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. f. Undang-Undang ini menganut sistem pendaftaran secara konstitutif dengan syarat dan tata cara permohonan sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 7-10. Permohonan pendaftaran yang menggunakan hak prioritas diatur dalam Pasal 11 dan 12, yaitu dengan jangka waktu paling lama 6 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali di negara lain yang merupakan anggota Paris Convention. g. Penghapusan pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan. Menurut Pasal 61, penghapusan pendaftaran merek dapat dilakukan apabila terdapat bukti yang cukup bahwa merek yang bersangkutan: 1 Merek tidak digunakan selama 3 tiga tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir.