k. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak
J. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan
Berdasarkan pasal 31 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksa pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
SPHP kepada wajib pajak, dan hak wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan closing conference dalam batas waktu yang ditentukan.
Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Berdasarkan Pasala 36 ayat 1 huruf d UU No.282007, Direktur Jenderal
Pajak karena jabatan atau permohonan wajib pajak dapat membatalkan Hasil Pemeriksaan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan yang
dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak.
Tata cara pemberitahuan hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan gterdapat dalam pasal 22, pasal 23, pasal 24 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 199PMK.032007 antara lain : 1.
Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemernuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada wajib pajak dengan memberikan hak
kepada wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir. 2.
Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak tidak dilanjutkan apabila pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan bukti permulaan.
3. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP beserta lampirannya
disampaikan oleh pemeriksa pajak melalui kurir, faksimili, pos, atau jasa pengiriman lainnya.
4. Wajib pajak memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan berhak hadir
dalam Pembahasan akhir hasil pemeriksaan palilng lama 3 hari kerja sejak SPHP diterima oleh wajib pajak untuk pemeriksaan kantor dan 7 hari kerja
sejak SPHP diterima oleh wajib pajak untuk pemeriksaan lapangan. 5.
Apabila dalanm jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaa yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil
pemeriksaan dan hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan PAHP, pameriksa apajak menggunakan tanggapan tersebut sebagai dasar untuk
membuat risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.
6. Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat
tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi persetujuan atas seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan
surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk mrmbuat risalah pembahasan dan berita acara ketidak hadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditanda tangani
oleh pemeriksa pajak dan wajib pajak. 7.
Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian
atau seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk melakukan
pembahasan akhir dengan wajib pajak dan hasil pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh
tim pemeriksa pajak dan wajib pajak. 8.
Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian
atau seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir fdalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuiat
risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak.
9. Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak tidak menyampaikan surat
tanggapan hasil pemeriksaan dan tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak membuat berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang
ditandatangani oleh pemeriksa pajak. 10.
Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam PAHP dan pemeriksa pajak telah membuat dan menandatangani berita acara ketidakhadiran wajib pajak dlm
PAHP, maka PAHP dianggap telah dilaksanakan. 11.
Dalam hal wajib pajak menolak menandatangani berita acara PAHP, pemeriksa pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam berita
acara PAHP. 12.
Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara wajib pajak dengan pemeriksa pajak dalam PAHP, wajib pajak dapat mengajukan permintaan agar perbedaan
tersebut dibahas lebuih dahulu oleh tim pembahas yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
13. Hasil pembahasan oleh tim pembahas dituangkan dalam risalah tim pembahas
yang merupakan bagian dari kertas kerja pemeriksaan. 14.
Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan kantor harus diselesaikan paling lama 3
tiga minggu. 15.
Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling
lama 1satu bulan. 16.
Risalah pembahasan dan berita acara PAHP, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Hasil Pemeriksaan.
17. Pajak yang terutang dalam SKP atau STP dihitung sesuai dengan PAHP,
kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam huruf f, h, fdan i.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Sejak awal tahun 1984 sistem self assessment dibidang perpajakan di Indonesia telah diberlakukan untuk Pajak Penghasilan PPh dan untuk Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah PPN PPnBM dimulai sejak 1 April 1985. Sedangkan untuk Pajak Bumi dan
Bangunan PBB belum sepenuhnya diberlakukan sistem self assessment, sebagian masih diberlakukan sistem official assessment.
Sistem self assessment adalah sebuah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak WP diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan meleporkan sendiri pajak yang terutang. Wewenang untuk menentukan pajak yang terutang oleh seseorang berada pada
kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan fiskus. Sistem self assessment diberlakukan sampai sekarang karena sistem official assessment yang sebelumnya
diberlakukan dinilai tidak efisien, dan menimbulkan kecenderungan Wajib Pajak kurang bertanggungjawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara
menghindar dari kewajiban perpajakannya. Denngan menyadari kelemahan- kelemahan tersebut maka sistem self assessment la yang diberlakukan.
Dalam sistem self assessment pemberdayaan masyarakat empowering people adalah hal yang pokok, dimana prinsip itikad baik good faith merupakan
tuntutan moral menyelenggarakan pembukuan untuk keperluan pajak. Berdasarkan sistem ini perlu setiap wajib pajak diwajibkan:
1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan
Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus mendapatkan nomor pokok wajib pajak,
2. kewajiban memahami peraturan perpajakan yang berlaku,
3. menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan untuk keperluan administrasi
pajak dengan disertai oleh moral dan etika yang bertanggung jawab. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan
terjadinya pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, selain dalam bentuk tax evasion dapat juga terjadi karena kelalaian memenuhi
kewajiban perpajakan. Zain 1998 mengemukakan bahwa kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan dapat disebabkan:
a. ketidaktahuan ignorance, yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan
adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, b.
kesalahan error, yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi salah dalam menerapkan dan
penghitungan datanya, c.
kesalah pahaman misunderstanding, yaitu wajib pajak salah menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
d. kealfaan negligence, yaitu wajib pajak alfa untuk menyimpan buku beserta
bukti-buktinya secara lengkap. Sistem self assessment juga mengandung hal yang penting, yang
diharapkan ada dalam diri wajib pajak yaitu:
1. Tax consciousness Kesadaran Wajib Pajak
2. Kejujuran Wajib Pajak
3. Tax Mindedness Wajib Pajak, hasrat untuk membayar pajak
4. Tax Discipline, disiplin Wajib Pajak terhadap pelaksanaan peraturan pajak-
pajak, sehingga pada waktunya Wajib Pajak dengan sendirinya memenuhi kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-undang seperti
memasukkan SPT pada waktunya, membayar pajak pada waktunya dan sebagainya, tanpa diperingatkan untuk melakukan hal-hal itu.
Hal-hal penting yang mempengaruhi keberhasilan sistem self assessment adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak
berdasarkan sistem self assessment adalah: 1.
Adanya kepastian hukum 2.
Pelaksanaannya mudah 3.
Lebih mencerminkan azas keadilan dan merata 4.
Memperkecil kemungkinan Wajib Pajak tidak mampu bayar pajak akibat perhitungan yang terlalu besar.
Dalam rangka pengawasan atas sistem self assessment, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan tindakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sampai dengan tahun 2010, tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut:
Wajib Pajak Jumlah WP
Terdaftar Tahun Pemeriksaan
2008 2009
2010 Orang Pribadi
93356 64
52 43
Badan 9814
97 102
158 Bendaharawan
1020 26
12 58
Total 104190
187 166
259 Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
A. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak