Akuntansi pertanggungjawaban sebagai Alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya (Studi Kasus Pada PT. Pelabuhan Indonesia I)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S1

FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN AKUNTANSI

S K R I P S I

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI

ALAT BANTU MANAJEMEN DALAM PENGENDALIAN

BIAYA

(STUDI KASUS PADA PT. PELABUHAN INDONESIA I)

OLEH :

NAMA

: RIKA HANDAYANI

NIM

: 060503061

DEPARTEMEN

: AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah

dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2010

Yang membuat pernyataan

Rika Handayani NIM : 060503061


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, karena berkat rahmat, hidayah, dan petunjukNya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. M. Utama Nst, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Drs. Nurzaimah, MM, Ak., selaku dosen pembanding / penguji I dan Bapak Sambas Ade Kesuma, S.E, M.Si, Ak., selaku dosen pembanding/


(4)

penguji II.

5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA selaku dosen wali penulis, seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasihat pada penulis selama masa perkuliahan, serta seluruh Staff dan Pegawai Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staff dan pegawai PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan yang memberikan izin dan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Kedua orang tua yang paling saya sayangi dan selalu ingin saya bahagiakan, Ayahanda Syahdan dan Ibunda Rosma, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi saya, serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis,

Rika Handayani NIM : 060503061


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi konsep akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan sebagai alat manajemen pada suatu perusahaan jasa dalam mencapai efektivitas pengendalian biaya dan untuk pertanggungjawaban dengan efektivitas pengendalian biaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode dimana peneliti mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian menguraikannya secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban dengan cukup baik, hal ini dapat diketahui berdasarkan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi.


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to know and evaluate the concept of responsibility accounting applied as a tools of management at a service company in reaching effectiveness financial control and to analyze whether there are a relationship between applying responsibility accounting with the financial control effectiveness.

It is used descriptive method which researcher collects data and literatures to describe specifically in order to know the exact problem and solve it. Technique that is used in this research are inquiries and documentation.

The result showed that PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan have applied responsibility accountancy good enough, this matter can know pursuant to conditions which must be fulfilled.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

A. Batasan Penelitian ... 4

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya ... 6

1. Pengertian Biaya ... 6

2. Konsep Pengendalian ... 6

B. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 8

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban ... 8

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban ... 12

3. Hubungan Fungsi Struktur Organisasi dengan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 13


(8)

C. Pusat Pertanggungjawaban ... 17

1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban ... 17

2. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban ... 18

3. Pusat Biaya ... 19

D. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya . ... 21

E. Sistem Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 22

F. Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban Biaya ... 24

G. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

H. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Jenis Data ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Variabel Penelitian 31 E. Metode Analisis Data ... 31

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 32

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT Pelindo I ... 33

1. Sejarah Perusahaan ... 33

2. Kegiatan Usaha... 35

a. Penataan dan Pengembangan Pelabuhan... 38

b. Balai Pendidikan dan Pelatihan ... 39

c. Rumah Sakit Pelabuhan Medan ... 40


(9)

3.Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas ... 41

a. Direksi ... 42

b. Satuan Pengawas Internal ... 51

c. Biro Hukum ... 51

d. Biro Logistik ... 52

B. Penerapan Akuntansi Pertanggunjawaban pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) ... 53

1.Penyusunan Anggaran Pusat Pertanggungjawaban Biaya ... 56

2.Sistem Pelaporan Pusat Pertanggungjawaban Biaya ... 60

3.Pemisahan Biaya Terkendali dan Tidak Terkendali ... 61

4. Laporan Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada Perusahaan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul

Halaman

Gambar 2.1 : Diagram Masukan-Proses-Keluaran Pusat

Pertanggungjawaban ... 9 Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual ... 28 Gambar 4.1 : Diagram Proses Penyusunan Anggaran ... 59


(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul

Halaman

Tabel 2.1 : Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27 Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ... 32


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

Halaman

Lampiran i : Surat Balasan Riset PT Pelindo I (Persero) ... 69 Lampiran ii : Struktur Organisasi Perusahaan ... 70 Lampiran iii : Laporan Laba Rugi PT. Pelindo I (Persero) Tahun

2008-2009 ... 71 Lampiran iii : Neraca PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Tahun


(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi konsep akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan sebagai alat manajemen pada suatu perusahaan jasa dalam mencapai efektivitas pengendalian biaya dan untuk pertanggungjawaban dengan efektivitas pengendalian biaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode dimana peneliti mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian menguraikannya secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban dengan cukup baik, hal ini dapat diketahui berdasarkan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi.


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to know and evaluate the concept of responsibility accounting applied as a tools of management at a service company in reaching effectiveness financial control and to analyze whether there are a relationship between applying responsibility accounting with the financial control effectiveness.

It is used descriptive method which researcher collects data and literatures to describe specifically in order to know the exact problem and solve it. Technique that is used in this research are inquiries and documentation.

The result showed that PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan have applied responsibility accountancy good enough, this matter can know pursuant to conditions which must be fulfilled.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan perusahaan dalam suatu kondisi perekonomian yang kompetitif seperti saat ini adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang guna menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan secara matang serta meningkatkan etos kerja secara profesional untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, baik domestik maupun internasional.

PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan. Secara geografis letaknya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional, mempunyai misi menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.

Semakin kompleks kegiatan yang ada pada perusahaan, maka pemimpin perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri, tetapi memerlukan bantuan dan partisipasi dari pihak lain yang ada di dalam perusahaan. Oleh karena itu, mereka memerlukan orang-orang yang dapat membantu dalam


(16)

pelaksanaan tugas-tugas yang ada, sehingga pimpinan dapat lebih fokus terhadap tujuan jangka panjang perusahaan. Seiring dengan berkembangnya skala usaha perusahaan dan semakin tajamnya persaingan dalam dunia usaha, maka semakin berkembang pula kebutuhan dan tuntutan atas informasi oleh pihak manajemen perusahaan.

Melalui struktur organisasi yang ada, pimpinan dapat mendelegasikan tugas kepada manajer. Para manajer bertugas merumuskan rencana perusahaan, hal ini dikarenakan mereka lebih mengetahui pelaksanaan operasional perusahaan sehari-hari secara langsung. Untuk dapat dimintai pertanggungjawaban, manajer harus mengetahui dengan jelas wewenang yang didelegasikan kepadanya. Dengan demikian, wewenang mengalir dari atasan ke bawahan, dan tanggung jawab mengalir sebaliknya dari bawahan ke atasan. Oleh karena itu, timbul kebutuhan manajemen dalam hal informasi akuntansi untuk menilai pertanggungjawaban wewenang. Salah satu alat bantu manajemen dalam menilai kinerja manajer secara lebih baik adalah dengan adanya informasi akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, haruslah disusun anggaran untuk setiap tingkatan manajemen melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban, serta laporan anggaran dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan perusahaan yang mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan pendapatan dan biaya tertentu. Akuntansi pertanggungjawaban yang


(17)

baik, dalam penerapannya harus menetapkan atau memberi wewenang secara tegas, karena dari wewenang ini akan menimbulkan adanya tanggung jawab. Dengan diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik akan menyebabkan terciptanya suatu pengendalian dan pengukuran prestasi kerja manajer. Akuntansi pertanggungjawaban juga sebagai sarana untuk mengevaluasi kemampuan setiap manajer, sehingga akan dibentuk landasan terciptanya suatu sistem pengukuran prestasi kerja manajer.

Istilah pusat pertanggungjawaban dipergunakan untuk mengartikan bahwa setiap unit kerja dalam organisasi dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu sistem untuk mengembangkan pengawasan akuntansi pertanggungjawaban harus dianggap sebagai tangggung jawab utama manajemen pelaksana dengan bantuan teknis dari departemen akuntansi. Untuk keberhasilan program yang direncanakan, para pemberi tugas harus menjelaskan dengan lengkap apa yang menjadi tujuan dan tanggung jawab yang harus dilakukan setiap tingkatan manajemen.

Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat dijalankan dengan menyelenggarakan suatu pencatatan atas biaya-biaya yang terkendali. Dari sistem pencataan ini, akan dihasilkan laporan biaya yang menunjukkan bagaimana manajer bertanggung jawab atas biaya yang terjadi pada unit organisasi. Dengan adanya laporan tersebut, maka dapat diketahui besarnya biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terealisasi.

Berkaitan dengan hal itu, penulis bermaksud mempelajari penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai salah satu alat pengendalian biaya.


(18)

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang akuntansi pertanggungjawaban dalam skripsi yang berjudul “Akuntansi

Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I)”.

C. Batasan Penelitian

Penelitian ini memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini difokuskan pada penerapan akuntansi pertanggungjawaban PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), khususnya pada pusat pertanggungjawaban biaya.

2. Laporan Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Laba Rugi tahun 2008-2009.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan “bagaimana peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam pengendalian biaya?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan akuntansi


(19)

pertanggungjawaban dalam pengendalian biaya pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero).

2. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

a. bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan memberikan pemahaman mendalam yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu akuntansi pertanggungjawaban. b. bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai

bahan referensi dan sumbangan pemikiran untuk pendalaman terhadap akuntansi pertanggungjawaban dan mengetahui sejauh mana peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam pengendalian biaya.

c. bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya

Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk arus atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan turunnya ekuitas yang menyangkut pembagian pada penanam modal.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang atas kepemilikan barang atau jasa untuk suatu tujuan tertentu dan jangka waktu atau masa manfaat dari pengorbanan tersebut. Pengorbanan yang menghasilkan manfaat dapat disebut sebagai biaya, sedangkan pengorbanan yang tidak menghasilkan manfaat dianggap sebagai pemborosan (kerugian) yang diderita oleh perusahaan.

2. Konsep Pengendalian

Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang penting untuk menentukan proses manajemen, sehingga harus dilakukan sebaik mungkin.


(21)

Menurut Garrison (2003:97), pengendalian adalah proses penentuan, apa yang dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan yaitu perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Pada umumnya perusahaan melakukan pengawasan biaya yang tidak lain agar dapat mengendalikan biaya yang terjadi dalam menjalankan kegiatan sehingga dapat bejalan dengan efektif dan efisien.

Menurut Mulyadi (2001:501), untuk melakukan pengendalian biaya di dalam perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut, dan telah berkembang melalui lima tahapan, yaitu:

a. Pengendalian biaya dengan pengawasan fisik

Dalam perusahaan kecil biasanya pimpinan sekaligus pemilik perusahaan, perencanaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan memiliki kemampuan yang memadai untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya.

b. Pengendalian biaya dengan menggunakan catatan akuntansi historis Jika perusahaan berkembang, maka pimpinan perusahaan tidak lagi dapat mengamati secara fisik, tetapi memerlukan catatan historis untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya dari periode ke periode. Untuk tingkat perkembangan tertentu pimpinan perusahaan cukup melakukan pernecanaan dan pengendalian dengan membandingkan catatan historis dari tahun ke tahun.

c. Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran statis dan biaya standar

Jika perusahaan semakin berkembang, pimpinan perusahaan tidak lagi menghadapi masalah bagaimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan apa yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya, tetapi bagaimana pelaksanaan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan yang seharusnya dilaksanakan pada tahun tersebut. Pada tingkat perkembangan ini, pimpinan memerlukan anggaran dan standar sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya. Pimpinan perusahaan mulai memperbaiki sistem perencanaan dan pengendalian kegiatannya dengan membuat anggaran statis dan biaya yang sederhana.

d. Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran fleksibel dengan biaya standar

Dalam kenyataannya kapasitas yang direalisasikan seringkali menyimpang dari kapasitas yang direncanakan. Maka, cara


(22)

perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan kemudian diperbaiki dengan mengembangkan anggaran fleksibel dengan biaya standar. Anggaran fleksibel disusun untuk berbagai tingkat kapasitas yang direncanakan, sehingga anggaran ini menyediakan tolok ukur prestasi yang mendekati kapasitas sesungguhnya yang dicapai.

e. Pengendalian biaya dengan pembuatan pusat-pusat pertanggungjawaban dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban

Dalam perusahaan besar, kegiatannya telah dibagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban. Perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan dilaksanakan dengan mengembangkan anggaran untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Manajer pusat pertanggungjawaban dinilai prestasinya dengan cara membandingkan anggaran yang disusun dengan realisasinya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hanya dinilai berdasarkan hal-hal yang mereka kendalikan.

B. Akuntansi Pertanggungjawaban

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai satu atau beberapa tujuan dari suatu unit organisasi. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan dari organisasi sebagai keseluruhan. Tujuan menyeluruh suatu organisasi diputuskan dalam proses perencanaan strategik. Suatu pusat pertanggungjawaban menggunakan masukan, misalnya bahan, jasa tenaga kerja, dan berbagai macam barang dan jasa lainnya yang dikonsumasi sebagai masukan. Proses atau pengolahan masukan memerlukan modal atau investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar (modal kerja) dan aktiva tetap. Dari pengolahan tersebut, pusat pertanggungjawaban menghasilkan keluaran yang dapat digolongkan menjadi barang ataupun jasa. Keluaran suatu pusat


(23)

pertanggungjawaban dapat dijual kepada pihak lain ataupun dapat dikonsumsi oleh pusat pertanggungjawaban lainnya.

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN

MASUKAN KELUARAN

Sumber yang dipakai Barang dan Jasa

diukur dengan biaya

MODAL (AKTIVA/INVESTASI)

Gambar 2.1

Diagram Masukan-Proses-Keluaran Pusat Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan bidang dan tujuan sehingga dapat diketahui orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan terhadap biaya maupun pendapatan yang telah dianggarkan. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang disusun dengan berbagai pusat pertanggungjawaban pada organisasi dan mencerminkan rencana-rencana dan tindakan-tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu kepada pusat yang memiliki tanggung jawab.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun sesuai dengan struktur organisasi yang ada dalam perusahaan yang memisahkan tugas, wewenang, tanggung jawab masing-masing bagian manajemen secara jelas dan tegas, bahkan

Proses (Pengerjaan)


(24)

dimaksudkan untuk pengawasan atau pengendalian dengan cara menghubungkan secara langsung antara terjadinya biaya dengan pendapatan. Selain itu, biaya dan penghasilan perlu dihubungkan dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban juga digunakan untuk merencanakan, mengumpulkan, melaporkan biaya-biaya dengan mengidentifikasikan secara langsung kepada manajer yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya-biaya tersebut.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bagian dari sistem pengendalian manajemen yang mengukur kinerja dan mengevaluasi rencana dengan realisasi manajemen dari setiap tingkat manajemen dalam suatu perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya bagi departemen atau divisi yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan. Setiap manajer yang mengepalai suatu pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan yang didelegasikan kepadanya. Namun, keputusan yang dibuat seorang manajer pusat pertanggungjawaban akan dapat mempengaruhi pusat pertanggungjawaban lainnya. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban sangat membantu manajemen perusahaan untuk menilai kinerja dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban dalam pengambilan keputusan dan mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.

Menurut Horngren, Foster, dan Datar (1995:533), akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah sistem yang mengukur rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual) dari setiap pusat pertanggungjawaban.


(25)

Menurut Niswonger (1999:353), akuntansi pertanggungjawaban adalah proses pengukuran dan pelaporan data operasi pada pusat pertanggungjawaban.

Menurut Hansen, Mowen (2005:116), akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.

Dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem di dalam akuntansi yang mengakui adanya pusat pertanggungjawaban sebagai pelaksana kegiatan yang memiliki tanggung jawab atas biaya dan pendapatan tertentu sehingga pengawasan dapat diarahkan pada pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan untuk menilai setiap unit pusat pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dari struktur organisasi. Dalam struktur organisasi tercermin wewenang dan tanggung jawab dari setiap divisi. Jika suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang sederhana, maka manajemen puncak mudah mengadakan pengendalian, dan sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang kompleks, maka manajemen puncak sulit mengadakan pengendalian. Oleh karena itu, untuk memudahkan pengendalian dan evaluasi kinerja bawahan, manajemen menerapkan akuntansi pertanggungjawaban.


(26)

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan perusahaan dalam suatu kondisi perekonomian yang kompetitif adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan juga untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efektifitas maupun efisiensi kerjanya. Untuk mengkoordinasikan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya, disusunlah strategi-strategi sebagai petunjuk di dalam mencapai tujuannya.

Untuk memastikan bahwa perusahaan melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien, manajemen melakukan suatu proses yang disebut dengan pengendalian. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan menggunakan anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan suatu pengarahan perhatian, karena membantu para manajer untuk memusatkan perhatian pada masalah operasional atau keuangan pada waktu yang lebih awal untuk pengendalian yang lebih efektif. Oleh karena itu, haruslah disusun anggaran untuk tiap-tiap tingkatan manajemen melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban, serta laporan anggaran dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban.

Menurut Mulyadi (2001:174), informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan angaran, sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa masa lalu bermanfaat sebagai:


(27)

Anggaran pada dasarnya merupakan penetapan peran dalam usaha. Pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber ekonomi yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan perannya, yang diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan dalam usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tahun anggaran.

b. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai prestasi manajer pusat pertanggungjawaban.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi, yang menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan terjadinya kegiatan perusahaan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi pihak manajer merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya menurut manajer yang bertanggung jawab.

Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh pihak manajemen dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan.

c. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer

Anggaran berisi tolok ukur prestasi manajer yang dinyatakan dalam satuan uang, dan jga berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang memberikan tolok ukur prestasi manajer yang diberi tanggung jawab untuk menyusun anggaran tersebut. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam anggaran dapat berfungsi untuk memberi motivasi bagi manajer yang bersangkutan untuk mencapai tolok ukur yang dinyatakan dalam informasi akuntansi tersebut. Jika sistem penghargaan dalam perusahaan didasarkan pada informasi akuntansi pertanggungjawaban, informasi ini akan berpengaruh terhadap perilaku keorganisasian para manajer.

3. Hubungan Fungsi Struktur Organisasi dengan Akuntansi Pertanggungjawaban

Titik awal dari sistem akuntansi pertnaggungjawaban terletak pada bagan organisasi, di mana ruang lingkup wewenang telah ditentukan. Adanya


(28)

sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik dalam suatu perusahaan akan didukung oleh struktur organisasi yang baik pula. Struktur organisasi mncerminkan pembagian tugas dan wewenang dari manajemen tingkat atas kepada manajemen tingkat bawah agar pembagian tugas yang efektif dan dan efisien dapat tercapai.

Menurut Sutarto (2002:212), struktur organisasi adalah suatu grafik atau semigrafik yang menunjukkan keterangan-keterangan yang pasti tentang fungsi-fungsi, pengelompokkan fungsi, garis tanggung jawab, dan wewenang serta akuntabilitas dalam organisasi.

Menurut Jeff Madura ((2002:16), struktur organisasi mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan.

Struktur organisasi merupakan susunan sistem hubungan antar posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Struktur tersebut adalah hasil dari pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas penentuan kekuasaan, tanggung jawab dan spesialisasi setiap anggota organisasi.

Sesuai dengan pola pendelegasian wewenang dan tanggungjawabnya serta berkaitan dengan pusat pertanggungjawaban, struktur organisasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Struktur orgasnisasi fungsional, di mana setiap manajer bertanggung jawab terhadap salah satu dari berbagai fungsi yang ada di dalam organisasi dan pembagian departemen didasarkan atas fungsi produksi, pemasaran, dan fungsi keuangan.


(29)

b. Struktur organisasi disfungsional adalah pembagian organisasi berdasarkan divisi. Manajer divisi bertanggung jawab terhadap terhadap bisnis atau line produk tertentu, mereka mempunyai wewenang untuk mengubah kebijaksanaan produksi sekaligus kebijaksanaan pemasaran dalam bisnisnya sehingga dapat memberikan tanggapan yang cepat atas perubahan lingkungan.

4. Peranan Anggaran dalam Akuntansi Pertanggungjawaban

Setiap perusahaan bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dinilai dari kemampuan manajemennya dalam merencanakan dan mengendalikan setiap aktivitas yang ada di dalam perusahaan. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam perencanaan dan pengendalian tersebut adalah anggaran.

Menurut Niswonger dan Fess (1993:203), anggaran adalah pernyataan tertulis secara formal mengenai rencana manajemen untuk masa depan, yang dinyatakan dalam nilai uang.

Menurut Supriyono (2000:40), anggaran adalah rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan atau penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.


(30)

Menurut Mulyadi (2001:488), anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lainnya, yang mencakup jangka waktu satu tahun.

Dalam penyusunan anggaran, program-program diterjemahkan sesuai dengan tanggung jawab tiap manajer pusat pertnaggungjaban. Menurut Supriyono (2000:40), penyusunan anggaran merupakan proses penentuan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program. Dalam proses penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan anggaran serta mengadakan negoisasi dengan manajer di atasnya. Oleh karena itu, anggaran yang sudah disahkan merupakan kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut. Karena anggaran merupakan komitmen manajer pusat pertanggungjawaban maka anggaran tersebut akan digunakan sebagai alat pengendalian kegiatan.

Menurut Mulyadi (2001:511), anggaran yang baik memiliki karakteristik berikut ini:

a. Anggaran disusun berdasarkan program.

Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan penafsiran sumber yang dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan dalam perencanaan strategik.

b. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan.

Proses pengendalian kebijakan pusat biaya dimulai dengan pembuatan anggaran biaya yang disetujui oleh manajemen puncak. Anggaran biaya ini memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Karena setiap tipe pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, maka penyusunan anggaran tiap pusat pertanggungjawaban disesuaikan dengan pusat pertanggungjawaban itu sendiri.


(31)

c. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus alat pengendalian, penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini:

1) Partisipasi para manajer pusat pertangungjawaban dalam proses penyusunan anggaran.

2) Organisasi anggaran.

3) Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengisi peran dalam proses penyusunan anggaran sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran.

C. Pusat Pertanggungjawaban

1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban

Pengertian pusat pertanggungjawaban menurut Horngren dan kawan-kawan (2003:191), pusat pertanggungjawaban adalah satu bagian, segmen, atau subunit dari suatu organisasi, di mana manajer bertanggung jawab untuk seperangkat aktivitas yang ditentukan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:422), pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggung jawab.

Pusat pertanggungjawaban merupakan salah satu elemen dari suatu struktur sistem pengendalian manajemen. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap unit yang dipimpinnya. Setiap pusat pertanggungjawaban akan mengkonsumsi masukan tertentu menjadi suatu keluaran tertentu. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban akan diukur dalam satuan moneter yang disebut biaya. Sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dinyatakan dalam satuan moneter yang disebut


(32)

pendapatan. Penentuan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban laba itu sendiri biasanya menggunakan dua kriteria, yaitu efisiensi dan efektifitas.

2. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

Berdasarkan karakteristik dari masukan dan keluarannya, pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Pusat Biaya

Pusat biaya adalah bentuk segmen terkecil dari aktivitas atau pusat pertanggungjawaban yang hanya bertanggung jawab dalam mengendalikan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya tanpa dihubungkan dengan nilai uang dari keluaran yang dihasilkan. Pusat biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:

b. Pusat Pendapatan

Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya dapat diukur dengan satuan moneter, sedangkan masukannya tidak. Jadi, prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpin. Dalam pusat pendapatan, keluaran (dalam bentuk pendapatan) diukur dengan satuan moneter, tetapi tidak terdapat hubungan yang erat dan nyata antara masukan (biaya) dengan pendapatan.

c. Pusat Laba

Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban di mana baik masukan (biaya yang dikonsumsi) maupun keluarannya (pendapatan yang


(33)

berhasil dicapai) dapat diukur dengan satuan moneter. Selisih antara pendapatan dengan biaya adalah laba yang diperoleh atau rugi yang diderita.

d. Pusat Investasi

Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang paling luas, karenanya manajer berwenang dalam mengendalikan pendapatan dan biayanya, baik biaya operasi maupun biaya yang timbul sehubungan dengan usaha memperoleh sumber daya dan menentukan barang modal yang akan dibeli.

3. Pusat Biaya

Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur atas dasar biaya. Sebagaimana pusat biaya lainnya, pusat biaya juga mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran, namun keluaran pusat biaya tidak diukur dalam bentuk pendapatan. Hal ini dikarenakan manajer pusat biaya tidak dapat mengendalikan pendapatan atas penjualan keluaran yang dihasilkan dan keluaran pusat biaya sulit diukur secara kuantitatif. Atas dasar hubungan antara masukan dan keluaran, pusat biaya digolongkan menjadi pusat biaya teknik dan kebijakan.

a. Pusat biaya teknik atau pusat biaya standar adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya memiliki hubungan fisik yang erat dan nyata dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik bertanggung jawab atas efisiensi dan efektivitas pusat biaya yang dipimpinnya. Biaya yang


(34)

terjadi pada pusat biaya teknik dibandingkan dengan biaya standarnya, kemudian dihitung dan dianalisis penyimpangan biaya yang terjadi. Biaya standar pada pusat biaya teknik digunakan untuk menyusun anggaran dan mempertahankan efisiensi maksimal atau meminimalkan biaya untuk menghasilkan keluaran tertentu. Jika biaya sesungguhnya lebih rendah dibandingkan dengan biaya standar maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan, yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja efisien. Namun, jika biaya sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standar maka penyimpangan biaya bersifat merugikan, yang berarti bahwa pusat biaya tersebut tidak berkerja efisien. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi harus dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat biaya teknik. Efektivitas biaya teknik dinilai atas dasar kemampuan pusat biaya tersebut dalam mencapai volume produksi yang diharapkan pada tingkat kualitas dan waktu tertentu.

b. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak memiliki hubungan fisik yang nyata dengan keluarannya. Pusat biaya kebijakan juga menghasilkan keluaran namun tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif, contohnya pada departemen administrasi dan umum. Oleh karena itu, efisiensi dan efektivitas pusat biaya kebijakan tidak dapat dinilai.

Penyusunan anggaran biaya kebijakan dilakukan berdasarkan kegiatan yang akan dilaksanakan dan berisikan informasi yang relevan untuk


(35)

ditelaah oleh manajemen puncak. Biaya pada pusat biaya kebijakan dikendalikan dengan:

1) Memutuskan tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat usaha yang dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut

2) Menyusun anggaran pusat biaya kebijakan yang jumlahnya sedekat mungkin dengan biaya yang relevan untuk pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan

3) Memperlakukan anggaran sebagai batasan biaya.

a) Biaya sesungguhnya lebih rendah dibandingkan dengan anggaran, di mana sebagian tugas yang ditetapkan tidak direalisasikan.

b) Tugas yang tidak terealisasi menunjukkan bahwa manajer pusat biaya kebijakan tidak mampu melaksanakan sebagian tugasnya.

D. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, setiap manajer pusat pertanggungjawbaan harus bertanggung jawab terhadap elemen-elemen yang secara langsung berada di bawah pengawasannya. Salah satu pertanggungjawaban manajer adalah atas hasil dan biaya yang sesuai dengan berbagai jenjang manajemen yang bertanggung jawab. Sesuai dengan hal tersebu, anggaran harus disusun untuk setiap jenjang. Manajemen dibebani pertanggungjawaban atas hasil dari biaya yang telah dikeluarkan. Melalui laporan kinerja, anggaran pusat


(36)

pertanggungjawbaan dibandingkan dengan realisasinya sehingga dapat ditentukan prestasi setiap manajer pertanggungajawaban.

Anggaran merupakan suatu bentuk laporan yang meliputi hasil-hasil penaksiran dan perhitungan (berbentuk angka-angka) yang disajikan menjadi suatu program dan kebijaksanaan manajemen dalam menjalankan aktivitas perusahaan untuk periode yang akan datang. Perhitungan dan penaksiran itu didasarkan atas fakta-fakta yang telah dicapai sebelumnya dan analisa ynag dapat mempengaruhi fakta.

Anggaran yang lengkap mencakup seluruh rencana perusahan, di mana rencana-rencana dari setiap bagian (departemen) digabungkan sedemikian rupa sehingga dihasilkan suatu rencana perusahaan secara keseluruhan. Pada dasarnya, anggaran memberikan suatu proyeksi yang dapat dicapai mengenai hasil-hasil dari rencana sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Anggaran yang telah disusun tersebut digunakan sebagai alat pengatur pelaksanaan, penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan aktivitas akan diambil tindakan yang lebih baik.

4. Sistem Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban pusat biaya yang disusun oleh perusahaan pada umumnya membandingkan antara anggaran dengan realisasi. Cara penyajian laporan tergantung pada pengaruh terhadap operasi perusahaan, serta besar kecilnya penyimpangan suatu keadaan yang sangat terpengaruh terhadap operasi perusahaan dan jumlahnya cukup material. Jadi, dalam sisitem pelaporan manajemen harus diserahkan kepada efisisiensi penyusunan laporan dan waktu


(37)

yang digunakan manajemen dapat lebih efisien. Tindakan yang diambil dan laporan yang dibuat didasarkan pada prinsip exception, yaitu tindakan yang diambil apabila terdapat perbedaan-perbedaan yang penting. Demikian pula mengenai laporan-laporan setiap kepala bagian yang disampaikan kepada atasannya menjadi semakin ringkas berhubungan dengan penyimpangan yang serius dan materil.

Bentuk laporan pusat pertanggungjawaban disesuaikan dengan ketentuan dan kebutuhan perusahaan karena laporan tersebut merupakan bagian dari laporan intern perusahaan untuk pengendalian manajemen. Laporan tersebut dapat berupa laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Sistem pelaporan pertanggungjawaban pelaksaan kerja akan menghasilkan suatu laporan yang dapat dipergunakan oleh pimpinan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dan dapat mengambil tindakan perbaikan jika terdapat perbedaan dalam realisasi anggaran.

Menurut Mulyadi (2001:355), dasar-dasar yang melandasi penyususnan laporan pertanggungjawaban pusat biaya yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan setiap manajer berbagai jenjang organisasi disusun atas dasar: 1. Jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah manajer bagian

2. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya yang berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran yang disusun 3. Manajer jenjang atas diberi laporan mengenai baiaya pusat

pertanggungjawaban tersendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer yang berada di bawah wewenangnya yang disajikan dalam bentuk perbandingan antara biaya yang disusun masing-masing manajer yang bersangkutan.

Menurut Mulyadi (2001:139), sebagai informasi yang dibutuhkan pengambilan keputusan, laporan yang dihasilkan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban harus memperhatikan ciri-ciri pokok berikut ini:

1. Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi, artinya harus ditujukan terutama pada pribadi-pribadi yang bertanggung jawab untuk mengendalikan bidang-bidang yang dilaporkan.


(38)

2. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. Perubahan hanya bisa dilakukan dengan alasan yang tepat disertai keterangan untuk para pemakai.

3. Laporan harus cepat dna tepat waktu. Penyajian laporan yang cepat membutuhkan pencatatan biaya yang terorganisir sehingga informasi dapat tersedia pada saat dibutuhkan.

4. Laporan harus diterbitkan secara teratur.

5. Laporan harus mudah dimengerti. Oleh karena itu, istilah akuntansi harus dijelaskan atau dimodifikasi agar sesuai dengan pemakaian. Manajemen harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jenis-jenis biaya yang dibebankan pada suatu perkiraan, termasuk metode-metode yang digunakan untuk menghitung tarif overhead, alokasi biaya, dan analisis varians (penyimpangan).

6. Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan. 7. Laporan harus memberikan angka-angka yang dapat diperbandingkan. 8. Laporan harus bersifat analisis.

9. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan dalam unit fisik maupun dalam nilai uang, sebab informasi dalam nilai uang mungkin tidak relevan bagi pengamat yang tidak mengerti bahasa akuntansi.

10.Laporan dapat cenderung menonjolkan keefisienan dan ketidakefisienan dalam departemen-departemen harus diperhatikan agar departemen seperti itu tidak menyebabkan kegiatan departemen diarahkan untuk membuat penampilan yang baik tanpa memperhatikan efeknya pada keseluruhan organisasi.

5. Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban Biaya

Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Dengan demikian setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan akan menjalankan perannya untuk mencapai tujuan. Untuk itu, manajemen perlu melakukan pengendalian secara berkelanjutan agar dapat mengevaluasi pencapaian tujuan.

Salah satu alat yang digunakan manajemen untuk melakukan evaluasi adalah laporan pertanggungjawaban. Dengan adanya evaluasi terhadap laporan pertanggungjawaban akan dapat diketahui adanya berbagai penyimpangan yang terjadi, baik penyimpangan yang positif maupun penyimpangan yang negatif.


(39)

Dengan demikian perbaikan pun dilakukan untuk menghindari penurunan kinerja perusahaan yang akan berdampak pada masa yang akan datang.

Menurut Mulyadi (2001:415), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah diterapkan sebelumnya.

Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan manajemen untuk:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dari pengembangan karyawan

dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusian penghargaan.

Menurut Supriyono (2001:376), prestasi manajer suatu pusat pertanggungjawaban dinilai atas dasar anggaran dan realisasi pelaksaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Prestasi manajer pusat laba dianalisis prestasinya atas dasar anggaranlaba yang yang dibandingkan dengan realisasi labanya.

Kinerja para manajer pusat pertanggungjawaban biaya dapat dinilai dalam bentuk efisiensi digunakan dalam pengertian teknik, yaitu out put per unit in put. Mengukur kinerja pusat pertanggugjawaban perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan akan dapat diketahui besarnya tanggung jawab para manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja ini tidak sama, melainkan berbeda-beda untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Namun, mengatur tanggung jawab sekaligus mengukur kinerja masing-masing pusat pertanggungjawaban pada


(40)

umumnya dilakukan dengan cara membandingkan anggaran kegiatan yang dicapai oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban.

6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:

1. Martaulina Sitorus (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Martaulina Sitorus (2005) berjudul “Akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengawasan biaya pada PT. Buana Estale Cabang Medan”. Variabel independen yang digunakan adalah akuntansi pertanggungjawaban, sedangkan variabel dependen adalah pengawasan biaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban telah digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pada PT. Buana Estale Cabang Medan dan biaya yang dianggarkan dengan yang terealisasi telah diukur dengan baik.

2. Aria Weharima (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Aria Weharima (2005) berjudul “Manfaat akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu bagi manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada PT. PLN Unit Distribusi Jabar dan Banten)”. Variabel independen yang digunakan adalah akuntansi pertanggungjawaban, sedangkan variabel dependen adalah efektivitas pengendalian biaya pemasaran. Hasil penelitiannya


(41)

menunjukkan bahwa pemasaran telah digunakan secara efektif, yang terlihat dari target yang tercapai.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metodologi

Penelitian Hasil penelitian Martaulina Sitorus (2005) Akuntansi pertanggungjawa-ban sebagai alat pengawasan biaya pada PT. Buana Estale Cabang Medan Akuntansi pertanggungja-waban sebagai variabel independen (X) dan pengawasan biaya sebagai variabel dependen (Y) Metode penelitian deskriptif dan komparatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder Pengukuran prestasi pada pusat pertanggungjawaban , pusat biaya telah dijalankan dengan baik dan biaya yang dianggarkan dengan yang terealisasi telah diukur dengan baik

Aria Weharima (2005) Manfaat akuntansi pertanggungjawa ban sebagai alat bantu bagi manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada PT. PLN Unit Distribusi Jabar dan Banten Akuntansi pertanggungja-waban sebagai variabel independen (X) dan efektivitas pengendalian biaya pemasaran sebagai variabel dependen (Y) Metode penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Pengendalian biaya pemasaran telah dilakukan dengan efektif.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

7. KERANGKA KONSEPTUAL

Menurut Erlina (2008:38), kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan uraian dari tinjauan


(42)

teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah akuntansi pertanggungjawaban dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengendalian biaya.

Laporan akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk melihat perbandingan antara biaya aktual dengan biaya yang dianggarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan yang terjadi, baik penimpangan yang positif maupun penyimpangan yang negatif. Penyimpangan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak direksi untuk ditindaklanjuti. Selain itu, laporan akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat untuk menila kinerja organisasi perusahaan.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

PT. Pelindo I Sistem akuntansi pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban

dalam pengendalian biaya


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif dan komparatif. Menurut Erlina (2008:20), penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang: apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana yang berkaitan dengan karakteristik populasi atau fenomena tersebut. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan metode komparatif yang dilakukan dengan membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui di dalam perusahaan dan menarik kesimpulan.

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, maka penulis melakukan pendekatan studi kasus. Dengan menggunakan pendekatan ini, data yang dikumpulkan dapat disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dan dibandingkan dengan teori yang menunjang. Dengan demikian, dapat memberikan gambaran yang cukup jelas serta dapat menarik kesimpulan dari objek yang diteliti.


(44)

B. Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah:

1. Data primer merupakan data mentah yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan pihak yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kemudian akan diolah untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan.

2. Data sekunder, merupakan data yang telah dikumpulkan lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008:24). Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa Laporan Laba Rugi tahun 2008-2009.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah:

1. Teknik observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan tersebut.

2. Teknik wawancara yaitu dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang berkompeten.

3. Teknik kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari buku atau bahan tulisan yang ada relevansinya dengan skripsi ini.


(45)

D. Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya”, maka terdapat dua jenis variabel yang menjadi atribut dalam penelitian yang dilakukan, yaitu :

1. Variabel bebas yaitu variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif bagi variabel dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah akuntansi pertanggungjawaban (variabel x).

2. Variabel terikat yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh Variabel Independen. Dalam hal ini, Variabel Dependen adalah pengendalian biaya (variabel y).

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu metode di mana data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi permasalahan yang dihadapi.

Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan metode komparatif. Hal ini dilakukan untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui di dalam perusahaan dan menarik kesimpulan. Langkah akhir yang digunakan dalam menganalisis data adalah memberi saran dari hasil perbandingan yang telah dilakukan.


(46)

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Untuk keperluan ini, peneliti melakukan penelitian pada PT. Pelabuhan Indonesia I, Jl. Krakatau Ujung No. 100, Medan 20241. Berikut adalah tabel jadwal penelitian.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

Tahapan Penelitian November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

Pencarian Data Awal Pengajuan Proposal Penyerahan Proposal Kepada Dosen Pembimbing Bimbingan dan Perbaikan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Bimbingan dan Penyelesaian Skripsi


(47)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) 1. Sejarah Perusahaan

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah SH No. 1 tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana dimuat dalam Tambahan Berita Negara Rl No. 8612 Tahun 1994, beserta perubahan terakhir sebagaimana telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Rl tanggal 2 Januari 1999 Nomor 1. Nama lengkap perusahaan adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I disingkat PT. Pelabuhan I, berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100 Medan 20241, Sumatera Utara, Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda perseroan ini diberi nama ”Haven

Badrift”. Selanjutnya setelah kemerdekaan Rl tahun 1945 s.d. 1950, perseroan

berstatus sebagai Jawatan Pelabuhan. Pada tahun 1960 s.d. 1969, Jawatan Pelabuhan berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status Perusahaan Negara Pelabuhan disingkat dengan nama ”PN Pelabuhan”. Pada periode 1969 s.d. 1983, PN Pelabuhan berubah menjadi Lembaga Penguasa Pelabuhan dengan nama ”Badan Pengusahaan Pelabuhan” atau BPP. Pada tahun 1983, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983 Badan Pengusahaan Pelabuhan diubah menjadi ”Perusahaan Umum Pelabuhan I” atau Perumpel I. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1991


(48)

Perumpel I berubah status menjadi ”PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)” yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 thn 2001 kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku pemegang saham pada Persero/Perseroan Terbatas dialihkan kepada Menteri BUMN. Pembinaan Teknis operasional berada ditangan Departemen Perhubungan dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Peneliti melampirkan struktur organisasi pada lampiran ii.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi, perusahaan memiliki

values sebagai berikut:

a. Customer focus, menyediakan jasa layanan yang fokus kepada

pelanggan

b. Leadership, sistem kepemimpinan dan SDM mampu menjamin

efektivitas dan kualitas pemimpin dan personil untuk merealisir

customer focus serta excellent operation.

c. Inovasi, membuat perubahan berarti untuk meningkatkan pelayanan dalam upaya menciptakan new value bagi stakeholder.

d. Valuing Employee, komitmen manajemen atas kepuasan,

pengembangan, dan perlakuan yang baik bagi pegawai.

e. System Perspective, Pengelolaan perusahaan sebagai sebuah sistem

yang utuh sehingga pencapaian kesuksesan pengelolaan organisasi meliputi keseluruhan komponen organisasi.


(49)

2. Kegiatan Usaha

PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan, saat ini mengelola 15 Cabang Pelabuhan, 11 (sebelas) Pelabuhan Perwakilan, 4 (empat) Unit Usaha Lainnya meliputi Unit Terminal Peti Kemas, Rumah Sakit Pelabuhan Medan, Unit Galangan Kapal dan Unit Depo Peti Kemas.

Cabang pelabuhan dan unit usaha PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) adalah Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Pekanbaru, Pelabuhan Tanjung Pinang, Pelabuhan Lhokseumawe, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan Sibolga, Pelabuhan Malahayati, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Pelabuhan Tembilahan, Pelabuhan Kuala Langsa, Pelabuhan Gunung Sitoli, Pelabuhan Bengkalis, Pelabuhan selat Panjang, dan Pelabuhan Rengat.

Sedangkan Pelabuhan Perwakilannya adalah Pelabuhan Meulaboh, Pelabuhan Sabang, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Pangkalan Susu, Pelabuhan Bagan Siapi-Api, Pelabuhan Sei Pakning, Pelabuhan Kuala Enok, Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Uban, Pelabuhan Pulau Sambu, dan Pelabuhan Sei Kolak Kijang.

Wilayah kerja PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang ditunjuk oleh Pemerintah mengelola jasa kepelabuhanan meliputi Propinsi Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, secara geografis letaknya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional. PT.


(50)

Pelabuhan Indonesia I (Persero) mempunyai misi menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Berpijak dari misi tersebut, perusahaan selalu berusaha menunjang program pemerintah dalam pembangunan dunia usaha serta dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan Negara.

Untuk memenuhi tuntutan pelayanan oleh pemakai jasa, perusahaan senantiasa berusaha secara optimal agar produktivitas kerja dapat terus ditingkatkan baik dalam hal kesiapan fasilitas peralatan bongkar/muat yang harus dipenuhi serta peningkatan keterampilan SDM baik pada bidang operasional dan bidang administrasi. Sebagai upaya optimalisasi peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) membentuk Unit Usaha Depo Peti Kemas Belawan. Segmen usaha baru ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kepada perusahaan. Upaya lain yang dilakukan adalah diversifikasi jasa dengan melakukan kerjasama antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan Pemda/Pemko di wilayah kerja Perseroan dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepelabuhanan, melakukan penataan sistem operasional pada Cabang Pelabuhan belawan, Dumai dan Unit Terminal Peti Kemas Belawan serta melakukan kerjasama usaha dengan mitra strategis untuk segmen tertentu.

Kegiatan usaha yang dilaksanakan dalam menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhanan dan usaha lainnya yang menunjang pencapaian tujuan


(51)

a. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu-lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal.

b. Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal.

c. Dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat barang termasuk hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang.

d. Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan bandar, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.

e. Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut.

f. Penyediaan listrik bahan bakar, minyak, air minum instalasi limbah pembangunan.

g. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk hewan.

h. Jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhanan.

i. Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan, seperti: Jasa pelayanan kesehatan, Jasa transportasi di laut, Jasa persewaan fasilitas dan peralatan, Jasa perbaikan fasilitas dan peralatan di bidang pelabuhan, Properti di daerah lingkungan pelabuhan, Kawasan industri di daerah lingkungan pelabuhan, Kawasan wisata di daerah lingkungan pelabuhan, Depo peti kemas,


(52)

Jasa konsultan dibidang kepelabuhanan, Jasa komunikasi dan informasi dibidang kepelabuhanan, dan Jasa konstruksi di bidang kepelabuhanan.

a. Penataan dan Pengembangan Pelabuhan

Untuk meningkatkan kinerja operasional dan mutu pelayaran, manajemen PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) telah melakukan upaya penataan dan pengembangan pelabuhan. Penataan dan pengembangan yang dilakukan meliputi peningkatan kapasitas dari fasilitas dan peralatan pelabuhan, serta peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan pendapatan sesuai dengan pertumbuhan permintaan jasa kepelabuhanan.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan operasional pelabuhan dilakukan melalui berbagai kegiatan investasi baik prasarana maupun sarana pelabuhan serta pengembangan system. Investasi Fisik yang dilakukan antara lain untuk :

1) Pengerukan alur pelayaran di Belawan 2) Lanjutan pengadaan kapal tunda di Dumai

3) Pengadaan head truck beserta chasis di UTPK Belawan

4) Pembuatan fasilitas penunjang ISPS Code di Pelabuhan Belawan 5) Penataan Gate In/Out di UTPK Belawan.

Sedangkan Investasi Non Fisik diantaranya dilakukan untuk: 1) Penataan dan pengembangan usaha


(53)

3) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen di Kantor Pusat, Cabang Tanjung Pinang, Cabang Belawan dan UTPK Belawan. 4) Pelestarian lingkungan Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Dumai,

Pelabuhan Tanjung Pinang, Pelabuhan Pekanbaru, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun dan Pelabuhan Sabang.

5) Audit Lingkungan di Wilayah Sumatera Utara. 6) Sosialisasi AMDAL.

Ada berbagai fasilitas tambahan yang dikembangkan untuk dapat menunjang kegiatan operasional PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), diantaranya adalah sebagai berikut:

b. Balai Pendidikan dan Pelatihan

Balai Pendidikan dan Latihan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan pusat pendidikan dan keterampilan pelatihan bagi pegawai PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) untuk meningkatkan pengetahuan, dan keahlian sumber daya manusia di bidang kepelabuhanan. Dalam perkembangannnya, BPL juga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk pegawai instansi pemerintah, swasta dan masyarakat umum lainnya.

Fasilitas yang tersedia adalah Ruangan Belajar AC, Kamar Penginapan AC, Ruang Makan ber-AC, dan Ruang Sholat ber-AC. Fasilitas Pendukung yang diberikan seperti: Security 24 Jam, Telephone dan Faximile, Jasa Binatu, Jasa Penitipan Barang, dan Sarana Olah Raga.


(54)

c. Rumah Sakit Pelabuhan Medan

Rumah Sakit Pelabuhan Medan berkedudukan di Belawan tepatnya ± 2 km menjelang kota Belawan. Didirikan pada tahun 1969, dalam perjalanannya terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas peralatan medis maupun pelayanan kepada pasien. Rumah Sakit ini memberikan pelayanan 24 jam serta didukung oleh tenaga dokter spesialis yang berpengalaman. Fasilitas yang tersedia adalah Klinik Umum, Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam, Klinik Gigi, Klinik Rontgent, Laboratorium, Farmasi (Pelayanan Obat), Rawat Inap, dan Ambulance (24 jam).

d. Unit Galangan Kapal

Unit Usaha Galangan Kapal berkedudukan di Pelabuhan Belawan mempunyai usaha pokok menyediakan fasilitas dan peralatan galangan kapal, menyelenggarakan usaha docking, floating repair, pemeliharaan, perawatan alat apung dan peralatan pelabuhan lainnya, guna mendudkung program planned maintenance system pada perseroan serta mengusahakan kegiatan galangan kapal bagi kapal-kapal milik perseroan dan atau pihak lain.

Kualifikasi Bidang Pekerjaannya meliputi Pekerjaan Mekanikal, Pembangunan Kapal dan Reparasi, serta Reparasi Peti Kemas. Fasilitas dan peralatan yang tersedia adalah Mobil Crane 15 ton (1 unit), Crane Apung 40 ton (1 unit), Mesin Bubut 10 PK (5 unit), Trafo las 400A (3


(55)

unit), Mesin Frais 10 PK (1 unit), Genset 100 KVA (1 unit), Mesin Sekrap (1 unit), Mesin Rol/Plat (1 unit), Winch Relling rel 30 m (1 unit), dan Draft kapal 3m.

3. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1991. Nama lengkap perusahaan adalah PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), yang disingkat dengan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100 Medan 20241, Sumatera Utara, Indonesia.

Struktur organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) menggunakan model struktur organisasi berbentuk garis, di mana struktur tersebut arahnya bergerak vertikal ke bawah. Setiap karyawan bertanggung jawab kepada pimpinan masing-masing sehingga tercipta kesatuan komando. Struktur model ini memperhatikan dengan jelas pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang setiap bagian dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertanggung jawab dengan uraian tugas yang ada. Struktur organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dapat dilihat pada Lampiran ii.

Organisasi perusahaan terdiri dari: a. Kantor Pusat

b. Cabang Pelabuhan c. Perwakilan


(56)

e. Anak Perusahaan f. Perusahaan Patungan

g. Kerjasama Usaha Perusahaan dengan Pihak Lain h. Kerjasama Operasi Perusahaan dengan Pihak Lain Penjenjangan struktural pada Kantor Pusat terdiri dari: a. Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama b. Direktur sebagai Kepala Direktorat

c. Senior Manajer dan setingkatnya

d. Asisten Senior Manajer dan setingkatnya

Sedangkan Penjenjangan struktural pada cabang/unit terdiri dari: a. General Manajer Cabang atau Manajer Cabang

b. Manajer Divisi dan setingkatnya

c. Asisten Manajer Divisi dan setingkatnya

Adapun pembagian tugas berdasarkan struktur organisasi Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I adalah sebagai berikut:

a. Direksi

Direksi adalah pimpinan dan pengurus perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan. Direksi mempunyai tugas:

1) Memimpin, mengurus, dan mengelola Perseroan sesuai dengan tugas pokok perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas perseroan.


(57)

3) Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan, baik yang berhubungan dengan maupun yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan tugas.

4) Melaksanakan kebijakan umum yang telah digariskan oleh RUPS. 5) Merumuskan kebijakan perusahaan sesuai dengan kebijakan umum

yang telah ditetapkan oleh RUPS.

6) Menyiapkan rencana kerja tahunan perusahaan lengkap dengan anggaran keuangan tepat pada waktunya.

7) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan perusahaan dan perhitungan hasil usaha menurut cara dan waktu yang telah ditetapkan oleh RUPS.

Direksi merupakan suatu kesatuan dewan yang terdiri atas: 1) Direktur Utama

Direktur Utama memiliki tugas sebagai berikut:

a) Untuk dan atas nama Direksi serta mewakili peeseroan menerima petunjuk dan bertanggung jawab kepada RUPS tentang kebijakan umum untuk menjalankan tugas pokok perusahaan dan tugas lain yang ditetapkan oleh RUPS.

b) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan direksi yang dilakukan oleh para direktur.

2) Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha

Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan tugas pemasaran, penyusunan


(58)

trafik produksi dan pendapatan (TPP), pengembangan usaha, perencanaan teknik dan konstuksi, serta peralatan sesuai dengan kebijakan pengusahaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha membawahi bidang:

a) Bidang Pemasaran

Bidang Pemasaran mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, menyusun program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan pengkajian pasar dan penyusunan TPP serta tarif, promosi, hubungan pelanggan, dan pengkajian kerjasama usaha. Bidang Pemasaran membawahi Sub bidang Pengkajian Pasar, Sub Bidang Promosi dan TPP, dan Sub Bidang Kerjasama Usaha.

b) Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha

Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan corporate plan dan

business plan, pelaksanaan penelitian bidang potensi usaha,

peluang bisnis serta penyusunan master plan dan tata guna lahan, serta analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha membawahi Sub Bidang Perencanaan Perusahaan dan Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Master Plan.


(59)

c) Bidang Peralatan

Bidang Peralatan mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan pengadaan dan pemeliharaan, alat bongkar muat, teknik mesin, instalasi listrik dan air, instalasi minyak, dan telekomunikasi, serta merencanakan kebutuhan peralatan dan bahan keperluan teknik dalam rangka menunjang kelancaran pelayanan dan pengusahaan jasa kepelabuhanan. Bidang Peralatan membawahi Sub Bidang Mesin, Listrik, Air, Telekomunikasi, dan Kapal dan Sub Bidang Alat Bongkar Muat. d) Bidang Fasilitas

Bidang Fasilitas mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan penyusunan kegiatan survey, rancang bangun, pemeliharaan bangunan, pemeliharaan alur dan kolam, pembangunan fasilitas serta memberikan rekomendasi teknis untuk mendirikan bangunan. Bidang Fasilitas membawahi Sub Bidang Rekayasa dan Sub Bidang Pemeliharaan.

3) Direktur Operasi

Direktur Operasi mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan kegiatan bidang operasi pelayanan jasa kepelabuhanan, yang meliputi pelayanan kapal dan barang, bina usaha, teknologi informasi, manajemen risiko dan jaminan mutu, sesuai


(60)

dengan kebijakan pengusahaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Direktur Operasi membawahi bidang:

a) Bidang Pelayanan Kapal dan Barang

Bidang Pelayanan Kapal dan Barang mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan pelayanan kapal, pelayanan barang, penyiapan armada, dan pelayanan terminal penumpang. Bidang Pelayanan Kapal dan Barang membawahi Sub Bidang Pelayanan Kapal, Sub Bidang Pelayanan barang, Sub Bidang Pelayanan Armada, dan Sub Bidang Pelayanan Terminal Penumpang.

b) Bidang Bina Usaha

Bidang Bina Usaha mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan pengusahaan tanah, perairan, bangunan, air dan listrik, pengusahaan pada Unit Terminal Peti Kemas dan pada unit usaha lainnya serta anak perusahaan. Bidang Bina Usaha membawahi Sub Bidang Pelayanan Bina Usaha I, Sub Bidang Pelayanan Bina Usaha II, dan Sub Bidang Aneka Usaha.

c) Bidang Teknologi Informasi

Bidang Teknologi Informasi mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan pengembangan perangkat keras, rekayasa sistem aplikasi


(61)

perangkat lunak, jaringan LAN/WAN, e-mail, website, portal, serta penyajian data dan pelaporan simoppel. Bidang Teknologi membawahi Sub Bidang Pengembangan dan Penerapan Aplikasi, Sub Bidang Perangkat Keras dan Jaringan, Sub Bidang Penyajian Data dan Pelaporan Simoppel. d) Bidang Manajemen Risiko dan Manajemen Mutu

Bidang Manajemen Risiko dan Manajemen Mutu mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan kegiatan manajemen risiko, penerapan, pengembangan, pemeliharaan sistem manajemen mutu, implementasi kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan penerapan sistem pengamanan pelabuhan secara internasional (ISPS Code). Bidang Manajemen Risiko dan Manajemen Mutu membawahi Sub Bidang Manajemen Risiko dan K3 dan Sub Bidang Manajemen Mutu dan ISPS Code.

4) Direktur Keuangan

Direktur Keuangan mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan bidang akuntansi manajemen, perbendaharaan, akuntansi keuangan, serta kemitraan dan bina lingkungan sesuai dengan kebijakan pengusahaan yang telah ditetapkan perusahaan. Direktur Keuangan membawahi bidang:


(62)

a) Bidang Akuntansi Manajemen

Bidang Akuntansi Manajemen mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan, pengendalian serta pelaporan anggaran, analisis biaya, kelayakan pendanaan investasi dan kinerja keuangan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Bidang Akuntansi Manajemen membawahi Sub Bidang Anggaran dan Sub Bidang Akuntansi biaya.

b) Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan persediaan dan kassa, kegiatan tata usaha keuangan, analisis pengelolaan dana, lalu lintas keuangan, dan hutang piutang dalam rangka menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Bidang Perbendaharaan membawahi Sub Bidang Persediaan dan Kassa, Sub Bidang Tata Usaha Keuangan, dan Sub Bidang Hutang Piutang.

c) Bidang Akuntansi Keuangan

Bidang Akuntansi Keuangan mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan akuntansi umum, verifikasi dan perpajakan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan


(63)

perusahaan. Bidang Akuntansi Keuangan membawahi Sub Bidang Akuntansi Umum, Sub Bidang Verifikasi, dan Sub Bidang Perpajakan.

d) Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan

Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan kemitraan dan bina lingkungan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Bidang kemitraan dan bina lingkungan membawahi Sub Bidang Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan dan Sub Bidang Administrasi dan Pelaporan. 5) Direktur Personalia dan Umum

Direktur Personalia dan Umum mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan bidang perencanaan dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia, memelihara hubungan ketenagakerjaan, administrasi sumber daya manusia dan kesejahteraan sumber daya manusia serta administrasi umum sesuai dengan kebijakan pengusahaan yang telah ditetapkan perusahaan. Direktur Personalia dan Umum membawahi bidang:

a) Bidang Perencanaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Bidang Perencanaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan


(64)

perencanaan sumber daya manusia, perencanaan organisasi, program pelatihan, dan penegembangan sumber daya manusia dalam rangka menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Bidang Perencanaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia membawahi Sub Bidang Perencanaan dan Pengembangan Organisasi dan Sub Bidang Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

b) Bidang Administrasi dan Kesejahteraan Sumber Daya Manusia Bidang Administrasi dan Kesejahteraan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan hubungan ketenagakerjaan, administrasi dan kesejahteraan sumber daya manusia dalam rangka menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Bidang Administrasi dan Kesejahteraan Sumber Daya Manusia membawahi Sub Bidang Hubungan Ketenagakerjaan, Sub Bidang Administrasi SDM, dan Sub Bidang Kesejahteraan SDM.

c) Bidang Umum/Kepala Kantor Pusat

Bidang Umum/Kepala Kantor Pusat mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, penyusunan program kerja, menyelenggarakan serta mengendalikan kegiatan umum yang meliputi administrasi perkantoran, keprotokolan perusahaan, inventaris perusahaan dan kerumahtanggaan, keamanan


(65)

perusahaan, serta keuangan kantor pusat. Bidang umum membawahi Sub Bidang Tata Usaha Perkantoran, Sub Bidang Kerumahtanggaan dan Keamanan Perusahaan, dan Sub Bidang Administrasi Kantor Pusat.

2. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Satuan Pengawasan Intern mempunyai tugas membantu Direktur Utama dalam melakukan penilaian secara independen atas sistem pengendalian pengelolaan perusahaan dan penilaian atas pelaksanaan pengelolaan melalui pemeriksaan keuangan dan operasional pada Kantor Pusat, Cabang-cabang pelabuhan, dan Unit-unit di lingkungan perusahaan serta memberikan laporan dan saran-saran perbaikan kepada Direktur Utama dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang efisien, efektif, dan ekonomis dalam rangka mendorong perwujudan Good Corporate

Governance. Kepala Satuan Pengawasan Intern membawahi Pengawas

Bidang dan Tata Usaha Satuan Pengawasan Intern.

3. Biro Hukum

Biro Hukum mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, menyusun program kerja dan menyelenggarakan sosialisasi peraturan perusahaan/perundangan yang berlaku, penelaahan peraturan perusahaan, perlindungan kepentingan perusahaan, penyimpanan dokumen, pemberian bantuan dan pertimbangan hukum di dalam pengelolaan perusahaan. Biro


(1)

Untuk tujuan akuntansi pertanggungjawaban perusahaan telah memisahkan biaya-biaya yang terkendali dengan yang tidak terkendali di dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban. Perusahaan mengklasifikasikan biaya-biaya tersebut ke dalam dua klasifikasi, yaitu:

a. Berdasarkan jenis kegiatan

Biaya yang terjadi dikelompokkan sesuai fungsi biaya yang bersangkutan dalam hubungannya dengan aktiva perusahaan secara keseluruhan, yaitu:

1) Biaya operasi langsung merupakan biaya yang timbul akibat kegiatan operasional di lapangan yang diselenggarakan oleh suatu pelabuhan dalam rangka menjalankan fungsinya yang berhubungan langsung dengan persediaan fasilitas/ sarana untuk kelancaran arus kapal dan barang.

2) Biaya operasi tidak langsung yaitu biaya yang timbul oleh kegiatan direktorat yang secara tidak langsung terkait dengan kegiatan operasi pelabuhan.

3) Biaya penunjang operasi yaitu biaya yang timbul akibat kegiatan perusahaan yang diselenggarakan untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa di pelabuhan yang meliputi keaungan (bagian keuangan) dan kegiatan administrasi umum (bagian umum).


(2)

b. Berdasarkan pusat pelayanan, biaya yang terjadi dikelompokkan menurut tempat terjadinya biaya sesuai dengan tingkat dan jenis kegiatan pelayanan jasa yang menerima manfaatnya.

c. Berdasarkan sub pusat pendapatan/sub pusat biaya. Dalam hal pembebanan biaya, perusahaan membedakan pengertian biaya langsung dan tidak langsung, ciri-ciri biaya operasi bagi perusahaan adalah mudah diidentifikasi, mudah diikuti aliran biayanya, mudah dihitung jumlah biayanya dan mudah dibebankan.

Pencatatan dilengkapi dengan kode perkiraan yang bertujuan untuk mempermudah dalam mengetahui perkiraan yang menjadi tanggung jawab manajer pusat biaya, seperti pada beban penyusutan kapal dengan kode rekening 3.04.03.

3 = menunjukkan kode perkiraan biaya di buku besar 04 = menunjukkan kode perkiraan biaya penyusutan

10 = menunjukkan kode perkiraan biaya pusat pelayanan kapal

4. Laporan Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada Perusahaan

Pengendalian merupakan salah satu upaya yang dilakukan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sarana pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan.


(3)

pencapaian tujuan perusahaan dan mengambil tindakan korektif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Dengan adanya pengendalian melalui akuntansi pertanggungjawaban, maka setiap manajer pusat pertanggungjawaban biaya akan memberikan laporan pertanggungjawaban atas hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

Laporan pusat pertanggungjawaban merupakan alat bagi suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan kegiatan operasionalnya dan memberikan informasi kepada manajer tentang kinerja dalam bidang yang mereka pertanggungjawabkan serta memberikan wewenang untuk mengambil tindakan korektif yang diperlukan. Dengan demikian, manajer pusat biaya dapat dimotivasi untuk meningkatkan prestasi kerja dari waktu ke waktu.

Laporan pertanggungjawaban disajikan pusat biaya di dalam perusahaan per triwulan. Laporan tersebut diterbitkan oleh bagian keuangan yang memuat perbandingan antara anggaran dengan realisasi. Jika realisasi berbeda dengan anggaran yang telah ditetapkan, maka turut disertakan catatan atas penyebab terjadinya penyimpangan. Seperti penyimpangan yang terjadi pada biaya umum tahun 2008, di dalam RKAP biaya umum yang dianggarkan sejumlah Rp. 86.333.764.000,00 namun yang terealisasi sejumlah Rp.112.616.995.476,00. Di dalam laporan disebutkan penyebab penyimpangan tersebut adalah meningkatnya volume perjalanan dinas meningkatnya biaya promosi/pemasaran terutama dalam rangka rapat pembahasan penyesuaian penerapan tarif individual port.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses penyusunan anggaran melibatkan semua bagian yang ada di dalam perusahaan. Dalam hal ini, anggaran menjadi alat ukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban. Partisipasi dalam menyusun anggaran dapat meningkatkan rasa tanggung jawab setiap bagian dalam merealisasikan anggaran yang telah ditetapkan.

2. Pengendalian biaya pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dilakukan melalui laporan pertanggungjawaban yang dibuat secara periodik dengan membandingkan antara anggaran dengan biaya aktual. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang terjadi dalam jangka pendek.

3. Agar dapat dilakukan tindakan korektif sehingga tidak berdampak pada aktivitas perusahaan berikutnya. Penyimpangan yang terjadi pada realisasi anggaran harus dijelaskan pada laporan pertanggungjawaban, dalam bentuk catatan.


(5)

B. Saran

1. Pada dasarnya PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) telah menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban dengan cukup baik, namun ketepatan dalam penetapan anggaran harus lebih ditingkatkan agar penyimpangan yang terjadi tidak terlalu tinggi.

2. Perusahaan hendaknya menerapkan sistem hukuman dan sistem penghargaan yang berkaitan dengan penyimpangan yang terjadi dalam merealisasikan anggaran.

3. Pihak manajemen meningkatkan koordinasi dengan Satuan Pengawasan Internal (SPI) perusahaan guna mengungkap kecurangan yang terjadi, hal ini dimaksudkan agar pengendalian terhadap biaya dapat lebih ditingkatkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Edy Sukarno, 2002. Sistem Pengendalian Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hansen Don R. dan Maryane M. Mowen, 2005. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Horngren, Charles T., George Foster, Srikant M. Datar, 1995. Akuntansi Biaya dengan Pendekatan Manajerial, Edisi kedelapan, Jakarta: Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat

Madura, Jeff, 2001. Pengantar Bisnis, Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, edisi kedua, Jakarta: Salemba Empat

Niswonger, C. R., dan Fess E. P., 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Revisi, Jakarta: Erlangga

Sugiyono, S. U., 2000. Sistem Pengendalian Manajemen, edisi pertama, Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada

Supriyono, S. U, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen, edisi pertama, Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada

Sutarto, 2002. Dasar-dasar Organisasi, Cetakan kesepuluh. Yogyakarta: Gajah Mada University Press