Bentuk-Bentuk Kekerasan terhadap Anak

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

A. Bentuk-Bentuk Kekerasan terhadap Anak

Bentuk tindak kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi dalam bentuk kekerasan fisik saja.. Ada beberapa bentuk perbuatan lainnya yang sebenarnya juga dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan terhadap anak. Bentuk kekerasan terhadap anak kurang lebih sama dengan bentuk kekerasan secara umum yang dilakukan terhadap orang dewasa Haskell dan Yablonsky menyebutkan empat jenis perbuatan yang menjadi dasar mengkategorikan sebagai kejahatan kekerasan, yaitu pembunuhan murder, perkosaan dengan penganiayaan forcible rape, perampokan robbery, dan penganiayaan berat aggravated assault 52 Clinard and Quinney juga menyatakan bahwa kejahatan kekerasan meliputi perbuatan yang mengakibatkan luka-luka secara fisik, yaitu terutama pembunuhan homocide, penganiayaan berat aggravated assault, perkosaan dengan kekerasan forcible rape. The Federal Bureu of investigation, di bawah Uniform Crime Reporting Program, telah mengembangkan jenis-jenis kejahatan dengan kekerasan, yaitu: . 53 1. Kejahatan pembunuhan yang meliputi pembunuhan dan pembantaian manusia yang bukan merupakan kelalaian, pembunuhan dengan sengaja bukan kelalaian yang dilakukan seseorang terhadap orang lain 52 Mahmud Mulyadi, op.cit., hal. 35, dikutip dari buku karangan Sue Titus Reid 1985. Crime and Criminology. New York: CBS College Publising, hal. 211. 53 Ibid, dikutip dari buku karangan Neil Allan Weinaer, et.al. Ed., Violence Pattern, Causes, Public Policy, USA: Harcout Brace Jovanovich HBJ Publisher, hal xiii. Universitas Sumatera Utara Criminal homocide, comprising murder and nonnegligent manslaugter, the willfull nonnegliegent killing of one human being by another; 2. Perkosaan dengan kekerasan, yaitu menguasai jasmani seorang wanita dengan ancaman penggunaan keerasan dan melawan kehendaknya Forcible rape, the carnal knowledge of a female forcibly and against her will; 3. Perampokan, yaitu pengambilan atau berusaha mengambil sesuatu yang berharga dari perawatan, penjagaan atau pengawasan seseorang atau banyak orang dengan menggunakan kekerasan atai ancaman kekerasan danatau menyebabkan korban ketakutan Robbery: the taking or attempting to take something of value from the care, custody, or control of a person or persons by force or threat of force or threat of force or violence andor by putting the Victim in fear; 4. Penganiayaan berat, yaitu serangan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain secara melawan hukum, dengan tujuan mengakibatkan luka parah atau luka berat Aggravated assault: an unlawfull attact by one person upon another for the purpose of inflichting severe or aggravated bodily injury; 5. Serangan lainnya yang sederhana, yaitu serangan atau usaha untuk melakukan penyerangan dengan tidak menggunakan senjata dan tidak mengaibatkan luka-luka serius atau luka berat pada korban Other Assaulth simple: assault and attempted assault where no weapon was used and which did not result in serious or aggravated injury to the victim. Child Abuse atau perlakuan kejam terhadap anak, mulai dari pengabaian anak sampai pada pemerkosaan dan pembunuhan anak. Child abuse menurut Terry E. Lawson seorang psikiater mengatakan bahwa kekerasan anak dapat diklasifikasikan dalam 4 macam yaitu: 54 a. Emotional Abuse Emotional Abuse dapat terjadi apabila setelah orang tua mengetahui keinginan anaknya untuk meminta perhatian namun sang orang tua tidak memberikan apa yang diinginkan anak tapi justru mengabaikannya. Anak akan mengingat semua kekerasan emosional, jika kekerasan emosional itu berjalan konsisten. b. Verbal Abuse Verbal abuse itu lahir akibat bentakan, makian orang tua terhadap anak. Ketika anak meminta sesuatu orang tua tidak memberikan malah membentaknya. Saat si anak mengajak berbicara orang tua tidak 54 Sulaiman Zuhdi Manik, ed., Kekerasan Terhadap Anak dalam Wancana dan RealitaEditor, Medan : Pusat Kajian dan Pelindungan Anak, 1999, hal. 29 Universitas Sumatera Utara menanggapinya justru menghardik dengan bentakan, diam kau Misalnya Anak akan akan mengingat kekerasan jenis ini jika semua kekerasan verbal ini berlaku dalam satu periode. c. Physical Abuse Kekerasan jenis ini terjadi pada saat anak menerima pukulan dari orang tua. Kekerasan jenis ini akan diingat anak apalagi akibat kekerasan itu meninggalkan bekas. d. Sexual Abuse Terjadi selama 18 bulan pertama dalam kehidupan anak namun ada juga kasus, ketika anak perempuan menderita kekerasan sxual dalam usia 6 bulan. Sementara itu, Suharto mengelompokkan child abuse menjadi : physichal abuse kekerasan fisik, Psychological abuse kekerasan secara psikologis, sexual abuse kekerasan secara seksual, dan social abuse kekerasan secara sosial. Keempat bentuk child abuse ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 55 1. Kekerasan anak secara fisik, adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda- benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, legan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah di sembarang tempat, memecahkan barang berharga. 2. Kekerasan anak secara psikis, meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut ke luar rumah dan takut bertemu dengan orang lain. 3. Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism, maupun perlakuan kontak 55 Abu Huraerah, Op.cit, hal.. 47-49, mengutip Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung:Lembaga Studi Pembangunan-Sekolah tinggi Kesejahteraan Sosial, hal.365-366. Universitas Sumatera Utara seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa incest, perkosaan, eksploitasi seksual. 4. Kekerasan anak secara sosial, dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang anak. Misalnya, anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikisnya dan status sosialnya. Misalnya, anak dipaksa untuk bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan pertambangan, sektor alas kaki dengan upah rendah dan tanpa peralatan yang memadai, anak dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya. Nurul Huda, SH, M.Hum dalam artikelnya menambahkan bentuk lain dari kekerasan terhadap anak selain bentuk-bentuk di atas, yaitu komersialisasi child exploitation, yaitu kekerasan dimana adanya unsur pengambilan keuntungan materi secara sepihak oleh pelaku kekerasan terhadap korban baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Komersialisasi itu bisa berupa: 56 1. Perlakuan menjadi buruh pabrik, PRT, Jermal. 2. Prostitusi 3. Perdagangan. WHO juga menambahkan bentuk “child abuse and neglect” yaitu penelantaran anak child neglect yang merupakan kegagalan dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya, seperti : kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional, nutrisi, rumah atau tempat bernanung, dan 56 Nurul Huda, “Kekerasan Terhadap Anak dan Masalah Sosial yang Kronis,” Jurnal Unikal : Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008, hal. 8, diunduh dari http:journal.unikal.ac.idindex.phphukumarticledownload176112, tanggal 4 april 2014 jam 10.20 Universitas Sumatera Utara keadaan hidup yang aman, di dalam konteks sumber daya yang layaknya dimiliki oleh keluarga atau pengasuh, yang mengakibatkan atau sangat mungkin mengakibatkan gangguan kesehatan atau gangguan perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial. Termasuk didalamnya adalah kegagalan dalam mengawasi dan melindungi secara layak dari bahaya atau gangguan. 57 Terry E. Lawson mengatakan, semua jenis gangguan mental mental disorsis ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika ia masih kecil. Ketika kekerasan anak-anak berakibat pada budaya kekerasan maka hal itu tidak berorientasi lagi pada faktor sosiologis. Artinya kekerasan anak tidak semata-mata merupakan problema sosial. Problema sosial adalah pola prilaku masyarakat atau sejumlah besar anggota masyarakat yang secara meluas tidak dikehendaki oleh masyarakat tetapi disebabkan oleh faktor-faktor sosial dan memerlukan tindakan sosial untuk mengatasinya. Misalnya kelalaian di bidang kesehatan, kelalaian dibidang pendidikan, kelalaian di bidang fisik ataupun kelalaian dibidang emosional. Bentuk-bentuk dari semua tindak kekerasan yang diterima anak akan direkam dalam alam bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai pada masa dewasa dan terus sepanjang hidupnya. Akibatnya si anak setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa akan sangat agresif dan melakukan kekerasan yang serupa terhadap anak-anak. 58 Berikut hendak dikemukakan beberapa bentuk perbuatan tindak pidana kekerasan terhadap anak yang ditetapkan dalam KUHP, UU Perlindungan Anak, 57 Ikatan Dokter Indonesia, Departemen Kesehatan dan UNICEF, “Buku Pedoman Pelatihan Deteksi Dini Penatalaksanaan Korban Child Abuse and Neglect Bagi Tenaga Profesional Kesehatan”, 2003, hal. 10, diunduh dari http:www.scribd.comdocument_downloadsdirect124345490?extension=pdfft=1396531890 lt=1396535500user_id=19287513uahk=D7QMAFRZq5kwCz13UqX5ZpvYwQU, diakses tangal 1 April 2014, jam 13.00 58 Manik, op.cit, hal. 30 Universitas Sumatera Utara dan UU KDRT. Dalam KUHP ada beberapa tindak pidana, bahkan ada yang secara eksplisit disebutkan sebagai kekerasan terhadap anak, yaitu: 59 1 Tindak pidana kejahatan terhadap asal-usul dan perkawinan, yaitu melakukan pengakuan anak palsu Pasal 278; 2 Kejahatan yang melanggar kesusilaan, seperti menawarkan, memberikan, untuk terus menerus atau sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa Pasal 283, bersetubuh dengan wanita yang diketahui belum berumur lima belas tahun di luar perkawinan Pasal 287, melakukan perbuatan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul terhadap orang yang belum berumur lima belas tahun Pasal 290, melakukan perbuatan cabul terhadap anak kandung, anak tiri, anak angkat, anak di bawah pengawasan, pemeliharaan, pendidikan, atau penjagaannya, yang belum dewasa Pasal 294, menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anak kandung, anak tiri, anak angkat, anak di bawah pengawasan, pemeliharaan, pendidikan, atau penjagaannya, yang belum dewasa dengan orang lain Pasal 295, melakukan perdagangan anak Pasal 297, membikin mabuk terhadap anak Pasal 300, memberi atau menyerahkan seorang anak yang ada di bawah kekuasaannya kepada orang lain untuk melakukan pengemisan atau pekerjaan yang berbahaya atau pekerjaan yang dapat merusak kesehatannya Pasal 301; 3 Kejahatan terhadap kemerdekaan orang, seperti menarik orang yang belum cukup umum dari kekuasaan yang menurut UU ditentukan atas dirinya, atau dari pengawasan orang lain Pasal 330, menyembunyikan orang yang belum dewasa Pasal 331, melarikan wanita yang belum dewasa tanpa dikehendaki orang tuanya atau walinya, tetapi disetujui oleh wanita itu Pasal 332; 4 Kejahatan terhadap nyawa, merampas nyawa pembunuhan anak sendiri yang baru lahir Pasal 341 dan 342; 5 Kejahatan penganiayaan terhadap anaknya sendiri Pasal 351-356. Seperti dikemukakan di atas, ada beberapa bentuk kekerasan terhadap anak, yaitu kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak tersebut dijabarkan ke dalam berbagai tindak pidana, seperti diatur dalam 59 Sri Sumarwani, Kekerasan Pada Anak Bentuk, Penanggulangan, dan Perlindungan Pada Anak Korban Kekerasan. http:sumarwani.blog.unissula.ac.id20111007kekerasan-pada- anak-bentuk-penanggulangan-dan-perlindungan-pada-anak-korban-kekerasan diakses pada tanggal 18 Februari 2014, pukul 07.32 Universitas Sumatera Utara Pasal 77 sd Pasal 89. Berbagai bentuk tindak pidana kekerasan pada anak dalam UU Perlindungan Anak adalah sebagai berikut: 60 1 Diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya Pasal 77; 2 Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan fisk, mental, maupun social Pasal 77; 3 Membiarkan anak dalam situasi darurat, seperti dalam pengusian, kerusuhan, bencana alam, danatau dalam situasi konflik bersengjata Pasal 78; 4 Membiarkan anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkhohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya napza, anak korban penculikan, anak korban perdagangan, padahal anak tersebut memrlukan pertolongan dan harus dibantu Pasal 78; 5 Pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan Pasal 39 Pasal 79; 6 Melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan terhadap anak Pasal 80; 7 Melakukan kekerasan terhadap anak untuk melakukan persetubuhan Pasal 81; 8 Melakukan kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cabul Pasal 82; 9 Memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual Pasal 83; 10 Melakukan transplantasi organ danatau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, secara melawan hukum Pasal 84; 11 Melakukan jual beli organ tubuh danatau jaringan tubuh anak Pasal 85; 12 Melakukan pengambilan organ tubuh danatau jaringan tubuh anak, tanpa memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objeknya tanpa mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, secara melawan hukum Pasal 85; 13 Membujuk anak untuk memilih agama lain dengan menggunakan tipu muslihat atau serangkaian kebohongan Pasal 86; 14 Merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer atau penyalahgunaan dalam kegiatan politik atau pelibatan dalam sengketa bersenjata, kerusuhan social, peristiwa yang mengnadung kekerasan, atau dalam peperangan, secara melawan hukum Pasal 87; 60 Sri Sumarwani, Kekerasan Pada Anak Bentuk, Penanggulangan, dan Perlindungan Pada Anak Korban Kekerasan. http:sumarwani.blog.unissula.ac.id20111007kekerasan-pada- anak-bentuk-penanggulangan-dan-perlindungan-pada-anak-korban-kekerasan diakses pada tanggal 18 Februari 2014, pukul 07.32 Universitas Sumatera Utara 15 Mengeksploitasiekonomi dan seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain Pasal 88; 16 Menempatkan, membiarkan, melibatkan, menuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan produksi atau distribusi narkotika, psikotropika, alkhohol, danatau zat adiktif lainya napza Pasal 89. Berbagai bentuk kekerasan yang ditetapkan sebagai tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dalam UU KDRT adalah sebagai berikut: 1 melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga Pasal 44; 2 melakukan kekerasan psikis dalam rumah tangga Pasal 45; 3 melakukan kekerasan seksual Pasal 46-48; dan 4 menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangga Pasal 49. 61

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan terhadap Anak

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridi Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No.791/Pid.B/2011/PN.SIM)

5 130 108

Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Aparat Kepolisian Yang Menyebabkan Kematian(Studi Putusan Nomor : 370/Pid.B/2013/Pn.Sim)

1 112 102

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Tinjauan Psikologi Kriminal Penyimpangan Perilaku Seksual Terhadap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Depok Nomor 1036/PID.B/2009/PN.DEPOK)

18 111 171

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Bentuk-Bentuk Kekerasan terhadap Anak - Tinjauan Yuridi Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridi Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No.791/Pid.B/2011/PN.SIM)

0 0 26

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Penerapan Sanksi Tindakan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana (Studi Putusan Raju di Pengadilan Negeri Stabat)

0 1 100

Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)

0 11 90