secara terbuka mauoun secara tersembunyi. Dari catatan dan rekaman pertuturan itulah tuturan-tuturan kebahasaan yang di dalamnya mengandung wujud
ketidaksantunan diperoleh sebagai bahan jadi penelitian ketidaksantunan berbahasa ini.
Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Metode cakap dapat pula disejajarkan dengan metode
wawancara Rahardi, 2009:34. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu Mulyana, 2008:180. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara tak
terstruktur wawancara mendalam dan wawancara terstruktur. Teknik yang digunakan dalam menerapkan metode cakap adalah teknik pancing. Mahsun
2006:95 mengartikan teknik pancing sebagai teknik dasar dari metode cakap, karena dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimululasi pancingan pada
informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. Sejalan dengan Mahsun, Rahardi 2009:34 mengemukakan bahwa teknik pancing
merupakan teknik dasar dari metode cakap yang dilakukan dengan cara memancing seseorang atau beberapa orang agar mereka berbicara.
3.4 Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto 2010:203 menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ketidaksantunan berbahasa ini adalah pedoman atau
panduan wawancara daftar pertanyaan, pancingan, dan daftar kasus dengan berbekal teori ketidaksantunan berbahasa. Teori-teori tersebut akan digunakan
untuk menganalisis bentuk tuturan dalam keluarga nelayan. Data-data yang didapat akan dicatat untuk kemudian dianalisis lebih lanjut selanjutnya.
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi atau mengelompokkan data. Sugiyono 2012:244 menyimpulkan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan
lapangan dan
dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Analisis dilakukan secara kontekstual, yakni dengan memerantikan dimensi-
dimensi konteks dalam menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi, dan ditipifikasikan. Adapun konteks yang diperantikan adalah
metode analisis kontekstual, yang artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan konteks cf. Rahardi, 2004;
Rahardi, 2006 dalam Rahardi, 2009:36. Secara garis besar metode kontekstual ini sejalan dengan metode padan. Terdapat dua metode yang digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini, yakni metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual.
3.5.1 Metode dan Teknik Analisis Data secara Linguistik
Metode dalam analisis data secara linguistik menggunakan metode padan intralingual. Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara
menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda Mahsun,
2006:118. Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan metode ini adalah teknik dasar teknik hubung banding yang bersifat lingual.
3.5.2 Metode dan Teknik Analisis Data secara Pragmatik
Metode dalam analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual adalah metode analisis yang digunakan
untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa Mahsun, 2006:120.
Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan metode ini adalah teknik dasar teknik hubung banding yang bersifat ekstralingual.
Peneliti menganalisis data dalam penelitian ini dengan tahapan sebagai berikut.
1 Peneliti mengumpulkan dan mentranskripsi data tuturan ketidaksantunan.
2 Peneliti mengelompokkan data ke dalam teori-teori ketidaksantunan
berbahasa. 3
Peneliti memasukkan dan mengklasifikasi data ke dalam tabulasi yang berisi tuturan, penanda ketidaksantunan penanda lingual dan nonlingual, dan
presepsi ketidaksantunan.
4 Peneliti menganalisis data yang telah dikelompokkan secara linguistik dan
pragmatik dengan mengacu pada tabulasi yang telah disusun. 5
Peneliti mendeskripsikan dan menyimpulkan hasil analisis data dan pembahasan ke dalam teori-teori ketidaksantunan berbahasa dalam bentuk
sajian hasil analisis.
3.6 Sajian Hasil Analisis Data
Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah untuk memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan
hipotesis atau teori baru. Data yang telah diinterpretasi dalam tahapan analisis data itu kemudian hasilnya disajikan secara tidak formal, dalam arti bahwa hasil
analisis data itu dirumuskan dengan kata-kata biasa, bukan dengan simbol-simbol tertentu karena memang hasil penelitian ini tidak menuntut model sajian demikian
itu.
3.7 Trianggulasi Data
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan dan
pembanding terhadap data Moleong, 2007:330. Penelitian ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga nelayan ini menggunakan dua teknik trianggulasi
data. Pertama, teknik trianggulasi teori yang befungsi untuk membandingkan hasil temuan dengan teori ketidaksantunan berbahasa dari para ahli bahasa.
Kedua, teknik trianggulasi penyidik, yakni dengan membandingkan hasil analisis data peneliti dengan hasil analisis data peneliti lain dalam satu tim penelitian.
Bukan hanya penggunaan kedua teknik trianggulasi diatas, peneliti juga melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing, yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi,
M.Hum dan Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian yang diambil berupa tuturan lisan dalam situasi tertentu anggota keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan
Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta selama bulan April 2013 sampai Juni 2013. Data diambil berdasarkan fenomena
kebahasaan yang berwujud tidak santun. Jumlah data yang terkumpul diidentifikasi atau dikategorikan menurut kategori ketidaksantunannya.
Tuturan melanggar norma ini memiliki arti bahwa tuturan tersebut secara normatif dianggap negatif, lantaran melanggar norma-norma atau aturan-aturan
yang berlaku dalam masyarakat atau keluarga. Berikut merupakan tuturan tidak santun yang termasuk ke dalam kategori melanggar norma.
Tabel 1: Data Tuturan Melanggar Norma No
Tuturan Kode
Sukategori
1 Enggak
A1 Menegaskan
2 Yoben... Wong arep ngaji kok ra oleh.
A2 Menegaskan
3 Mengko sek, Pak
A3 Menunda
4 Mengko Pak Filme jek apik kie.
A4 Menunda
Tuturan yang mengancam muka sepihak memiliki arti bahwa tuturan tersebut dapat memberikan ancaman pada mitra tutur sehingga membuat mitra
tutur malu dan tersinggung. Akan tetapi, penutur tidak menyadari bahwa tuturan yang telah dituturkannya membuat mitra tutur malu dan tersinggung. Berikut