tuturan 18 terjadi di rumah penutur dan mitra tutur. Waktu tuturan tersebut terjadi pada siang hari.
Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.
Tindak verbal penutur C5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ekprseif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa
pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur melakukan apa yang
diperintah penutur, karena mitra tutur sangat takut bila tidak mempunyai teman. Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam
subkategori mengancam. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C5
memiliki maksud memaksa dalam tuturannya. Paksaan perlu dilakukan penutur karena mitra tutur memang susah untuk disuruh makan bila ia sudah bermain
bersama teman-temannya.
4.3.3.8 Subkategori Mengusir
Cuplikan tuturan 21 C8 MT
: “Tangi-tangi... wes jam telu” menendang-nendang kaki kakaknya yang sedang tidur.
P : “Aaassss... minggat kono” melanjutkan tidurnya.
MT : “Yowes... damuk kapok mengko.”
Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori mengusir dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik
dari tuturan C8 adalah penutur mengusir mitra tutur dengan suara keras dan kata-
kata kasar. Mitra tutur sebenarnya memiliki maksud baik dengan penutur, tetapi penutur justru mengusirnya.
Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis, nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C8 menggunakan intonasi
perintah dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk memerintah mitra tutur pergi, karena penutur merasa terganggu. Penutur menggunakan nada
tinggi dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada tinggi penutur menandai bahwa emosi penutur meningkat. Penutur menggunakan tekanan keras pada
tuturannya. Penutur menekankan pada frasa minggat kono, hal ini menandakan bahwa penutur benar-benar terganggu dan menginginkan mitra tutur untuk pergi.
Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Penutur menggunakan bahasa Jawa dalam pemilihan katanya karena bahasa Jawa
telah menjadi bahasa komunikasi dalam keluarga ini. Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang
dijelaskan oleh Leech 1983. Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai
bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 21 adalah penutur merupakan
laki-laki berusia 23 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 12 tahun. Penutur adalah kakak dari mitra tutur. Penutur berkuliah di salah satu universitas
di Yogyakarta, sedangkan mitra tutur bersekolah pada tingkat SMP. Hubungan keakraban mereka sangat dekat, walaupun penutur sering memarahi mitra tutur.
Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech 1983 adalah konteks tuturan. Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 21 adalah penutur sedang tidur di ruang
tengah di depan televisi. Hari sudah sore, sekitar pukul 3 sore dan mitra tutur disuruh oleh ibunya untuk membangunkan penutur. Mitra tutur membangunkan
dengan cara menendang-nendang penutur. Penutur tidak mempermasalahkan bagaimana cara mitra tutur membangunkannya, hanya saja ia belum ingin bangun,
sehingga menganggap mitra tutur telah mengganggu penutur. Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan
penutur C8 adalah menyuruh penutur pergi, karena telah mengganggu tidurnya, dan penutur masih ingin meneruskan tidurnya.
Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan
tuturan 21 terjadi di rumah penutur dan mitra tutur, tepatnya di ruang keluarga. Waktu tuturan tersebut terjadi pada sore hari, sekitar pukul 15.00.
Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.
Tindak verbal penutur C5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ekprseif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa
pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur menanggapi tuturan
penutur dengan pergi meninggalkan penutur. Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam
subkategori mengusir. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam
penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C8 memiliki maksud mengusir dalam tuturannya.
4.3.3.9 Subkategori Menagih