sebelumnya yang dilakukan oleh Kusuma 2005, dimana terdapat suatu perbedaan yang terletak pada subjek penelitian dan penambahan variabel
Firm Size. Subyek penelitian dahulu dilakukan pada PT. Boma Bisma Indra sedangkan subyek penelitian sekarang dilakukan pada Perusahaan
Farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini
sependapat dengan penelitian sebelumnya diatas.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Modal
2.2.1.1.Pengertian Modal
Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan yang menjadi
besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan
yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek Riyanto, 2001 : 17.
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal. Tersedia modal yang memadai bagi perusahaan akan
mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karena modal merupakan
suatu faktor produksi. Dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh
tersedianya faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar Artanti, UPN, 2007 : 16.
Modal adalah faktor utama yang menunjang untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan serta meningkatkan hasil produksi.
Kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi dengan menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing dan dapat juga
kombinasi antara kedua sumber tersebut. Dari sumber manapun modal tersebut diperoleh harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul untuk
mendapatkan modal tersebut Fais, UPN, 2007 : 13. Menurut Riyanto 2001 : 17, menyatakan bahwa dalam hubungan
ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dimana artian modal ialah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih
lanjut. Secara sederhana, modal adalah kelebihan nilai harta yang dimiliki
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut beberapa pakar ekonomi pengertian modal adalah sebagai berikut:
a. Munawir 2002 : 19 mengemukakan, bahwa modal adalah hak atau
bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. b.
Menurut Atmaja 2003 : 115, Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal
terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu : hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
c. Riyanto 2001 : 19 menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli
tentang modal, yaitu modal yang tercatat di sebelah debet dari neraca disebut modal konkrit modal aktif dan yang tercatat di sebelah kredit
disebut modal abstrak modal pasif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modal aktif tertera di sebelah debet dari neraca, yang
menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif
yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh.
Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa modal adalah keseluruhan harta atau dana yang ada dalam perusahaan yang
digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.
2.2.1.2.Pemenuhan Kebutuhan Modal
Menurut Riyanto 2001 : 187, pemenuhan kebutuhan dana pada dasarnya dapat dibedakan antara cara pemenuhan kebutuhan dana secara
sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai, dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan
memandang semua kebutuhan sebagai satu kesatuan atau satu kelompok. Sistem pembelanjaan total adalah sistem pemenuhan kebutuhan
dana yang mendasarkan pada perputaran dana yang ditanamkan dalam kelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai suatu kesatuan. Dalam
hal yang demikian akan nampak bahwa ada sebagian dana yang sifatnya permanen, tertanam dalam aktiva dan ada sebagian dana lainnya yang
bersifat variabel, yang berubah-ubah jumlahnya dari waktu ke waktu Riyanto, 2001 : 188.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa modal permanen adalah sejumlah dana yang minimal harus tersedia selama perusahaan
melaksanakan operasinya dalam satu periode, dan modal variabel adalah sejumlah dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
2.2.1.3.Biaya Penggunaan Modal
Pemenuhan kebutuhan dana diperlukan dalam struktur modal yang optimum dengan biaya penggunaan modal yang minimal, sehingga
didapatkan keuntungan yang lebih banyak. Menurut Riyanto 2001 : 245, bahwa konsep ”Cost of Capital”
Biaya penggunaan modal atau biaya modal merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber.
Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dengan mengeluarkan saham preferen, jumlah hasil penjualan saham preferen
lebih kecil daripada harga nominalnya, besarnya biaya penggunaan modal dari saham preferen atau biaya saham preferen Cost of Preferred Stock
adalah lebih besar daripada tingkat deviden yang telah ditetapkan sebelumnya Riyanto, 2001 : 245.
Jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan Retained Earning yang disebut Cost of Retained Earning haruslah
disadari bahwa itupun ada biayanya, yaitu sebesar ”Rate of Return” tingkat pendapatan investasi yang diharapkan diterima oleh investor
kalau mereka menginvestasikan sendiri atau ”Rate of Return” yang diharapkan diterima dari saham Expected Rate of Return on The Stock
Riyanto, 2001 : 245-246. Dengan demikian konsep Cost of Capital tersebut dimaksudkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal
rata-rata Average Cost of Capital dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan yang ini merupakan tingkat biaya penggunaan modal
perusahaan The Firm’s Cost of Capital Riyanto, 2001 : 246.
2.2.1.4.Sumber - Sumber Penawaran Modal
Menurut Riyanto 2001 : 209, berdasarkan asalnya sumber penawaran modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber
intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan adalah keuntungan yang ditahan dan akumulasi
penyusutan.
1. Laba Ditahan
Menurut Atmaja 2003 : 118, bahwa suatu perusahaan dapat memperoleh modal sendiri melalui 2 cara, yaitu menahan
sebagian laba dan menerbitkan saham biasa baru. Biaya laba ditahan adalah sama dengan kas atau tingkat keuntungan yang
disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan.
2. Depresiasi
Sumber intern selain berasal dari laba atau cadangan juga berasal dari akumulasi penyusutan. Sebelum akumulasi depresiasi
digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya
terbatas sampai saat penggantian tersebut. Selama waktu itu akumulasi depresiasi merupakan sumber penawaran modal di
dalam perusahaan itu sendiri. Makin besar jumlah akumulasi depresiasi berarti makin besar sumber intern dari dana yang
dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan Riyanto, 2001 : 211.
b. Sumber Ekstern
Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam
perusahaan Riyanto, 2001 : 214.
Menurut Riyanto 2001: 227, ditinjau dari jenisnya, maka sumber penawaran modal perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Modal Asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan,
dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang. Modal asing atau hutang dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu : a.
Modal asing atau hutang jangka pendek Short-term debt. Modal asing atau hutang jangka pendek adalah modal asing
yang jangka waktunya paling lama satu tahun. b.
Modal asing atau hutang jangka menengah Intermediate-term debt.
Modal asing atau hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun. c.
Modal asing atau hutang jangka panjang Long-term debt. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang
yang jangka waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10 tahun.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di perusahaan untuk waktu
yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan, yaitu modal
yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan dalam bentuk keuntungan dari pemilik perusahaan. Modal sendiri di
dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas PT, terdiri dari :
a. Modal saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu P.T. Adapun jenis-jenis dari saham adalah saham
biasa, saham preferen, dan saham kumulatif preferen. b.
Cadangan Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang
dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu lampau atau dari tahun yang berjalan.
c. Laba yang ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagai ditahan oleh
perusahaan.
2.2.2. Struktur Modal
2.2.2.1.Pengertian Struktur Modal
Weston dan Copeland 1992 : 3-4 memberikan definisi struktur modal, yaitu pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau
surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan kepada modal
pemegang saham. Menurut Riyanto 2001 : 22 struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Menurut Kieso and Weygandt 2002 : 227 hutang jangka panjang terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus, seperti
penerbitan obligasi, kewajiban Lease jangka panjang dan wesel bayar jangka panjang.
2. Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti
kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan.
3. Kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu
kejadian atau lebih di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah yang
harus dibayar, atau harus dibayar, atau tanggal pembayaran, seperti jaminan jasa atau produk dan kontinjensi lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen yang masuk dalam struktur modal adalah hutang jangka panjang, modal saham biasa,
modal saham preferen, surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Teori yang melandasi struktur modal adalah Balancing Theories,
yaitu sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri Husnan, 1996 :
300. Menurut Husnan dan Pudjiastuti 2004 : 275 esensi Balancing Theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan
hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah. Disamping Balancing Theories, Myers and Majluf 1984 dan Myers
1984 merumuskan teori struktur modal yang disebut Pecking Order Theory. Disebut sebagai Pecking Order Theory karena teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik
asymmetric information, suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang prospek,
resiko, dan nilai perusahaan daripada pemodal publik. Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah
yang mengambil keputusan-keputusan keuangan, menyusun berbagai
rencana perusahaan dan sebagainya Husnan dan Pudjiastuti, 2004 : 275- 276.
Menurut Riyanto 2001 : 22 struktur modal ini dibedakan dengan struktur finansiil struktur keuangan. Struktur modal hanya merupakan
sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Weston and Copeland 1992 : 3, yaitu: ”Struktur keuangan
adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian
dari struktur keuangannya Weston and Copeland, 1992 : 4.
2.2.2.2.Struktur Modal Yang Optimal
Semakin berkembangnya perusahaan akan semakin besar dana yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Riyanto 2001 : 293
mengemukakan, apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari sumber dana intern sudah
digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang Debt Financing
maupun dengan mengeluarkan saham baru External Equity Financing dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.
Menurut Brigham dan Houston 2006 : 31, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan
pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.
Kalau dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal tersebut lebih diutamakan pada hutang saja maka ketergantungan
perusahaan pada pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya juga semakin besar. Sebaliknya kalau hanya mendasarkan pada saham
saja, biayanya akan sangat mahal Riyanto, 2001 : 293. Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber
dana tersebut.
2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Riyanto 2001 : 297 struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah:
a. Tingkat bunga
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham baru
atau obligasi. Sebagaimana telah diuraikan bahwa penarikan obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah daripada
Earning Power dari tambahan modal tersebut. b.
Stabilitas dari Earning Suatu perusahaan yang mempunyai Earning Power yang stabil
akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Stabilitas dan besarnya Earning yang
diperoleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau
tidak.
c. Susunan dari aktiva
Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap.
d. Kadar resiko dari aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di
dalam perusahaan, makin besar derajat resikonya. e.
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai
pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu
sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga
tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlulah dicari sumber yang lain.
f. Keadaan pasar modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila
gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
g. Sifat manajemen
Seorang manajer yang bersifat optimis yang memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai keberanian untuk
menanggung resiko yang besar, akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang
meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban finansiil yang tetap. Sebaliknya seorang manajer yang bersifat
pesimis, yang serba takut untuk menanggung resiko, akan lebih suka membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari
sumber intern atau dengan modal saham yang tidak mempunyai beban finansiil yang tetap.
h. Besarnya suatu perusahaan
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh
yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Brigham Houston 2006 : 42, menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Stabilitas penjualan.
b. Struktur aktiva.
c. Leverage operasi.
d. Tingkat pertumbuhan.
e. Profitabilitas.
f. Pajak.
g. Pengendalian.
h. Sikap manajemen.
i. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat.
j. Kondisi pasar.
k. Kondisi internal perusahaan.
l. Fleksibilitas keuangan.
Menurut Sartono 2001 : 248, ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal, antara lain
adalah sebagai berikut : a.
Tingkat penjualan b.
Struktur asset c.
Tingkat pertumbuhan perusahaan d.
Profitabilitas e.
Variabel laba dan perlindungan pajak f.
Skala perusahaan
g. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Sedangkan menurut Rajan dan Zingales 1994 : 22 struktur modal dipengaruhi oleh Tangibility of Assets, The Market to Book Ratio, Firm
Size, dan Profitability. Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang tersebut
di atas, dipilih tiga faktor yaitu Tangibility of Assets, Firm size dan Profitability.
2.3 Kerangka Pikir