Kesadaran Terapi PENELAAHAN PUSTAKA

Kesehatan Kemenkes pada tahun 2007, prevalensi hipertensi pada penduduk dengan umur di atas 18 tahun mencapai 31,7. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan 39,6 dan terendah di Provinsi Papua Barat 20,1. Itu sebabnya tekanan darah tinggi menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia. Menurut profil kesehatan Provinsi DI Yogyakarta 2008, penyakit- penyakit kardiovaskular, yang salah satunya adalah hipertensi, menempati urutan teratas penyebab kematian pada masyarakat. Sampai dengan tahun 2007, sudah 80 masyarakat yang meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Dari data di setiap rumah sakit yang terdapat di DI Yogyakarta, setiap tahun jumlah penderita penyakit kardiovaskular ini semakin meningkat, namun tidak seperti ISPA, besaran persentasi penyakit hipertensi menurut kabupatenkota di DI Yogyakarta cukup bervariasi.

C. Kesadaran

Kesadaran menurut Kamus Bahasa Indonesia 2008 memiliki arti hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kata dasar dari kesadaran yakni sadar yang mempunyai arti merasa; tahu dan mengerti. Tiga orang dewasa yang mengidap hipertensi, ternyata hanya satu yang sadar dengan penyakit yang diderita. Pengetahuan yang kurang terhadap penyakit dan tidak adanya kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi pengobatan hipertensi, menjadi tolak ukur salah satu faktor kurangnya kesadaran masyarakat Wang et al., 2013. Hanya dua sampai tiga pasien dengan penyakit hipertensi yang sadar dengan status penyakit mereka sendiri. Hal inilah yang menunjukkan bahwa besarnya populasi hipertensi ternyata tidak sebanding dengan besarnya populasi yang sadar terhadap hipertensi itu sendiri. Pasien yang sadar hipertensi, terkadang tidak melakukan pengobatan Martin, 2008. Data yang didapat oleh NHANES, tahun 2005-2008 hanya 79,6 penderita hipertensi yang sadar mengidap hipertensi. Dari 79,6 tersebut, 47,8 berusaha mencari terapi pengobatan dan 70,9 yang mengikuti terapi terdapat 52,2 yang tidak mencapai kontrol tekanan darah normal Tedjasukmana, 2012.

D. Terapi

Pada awalnya, pengobatan hipertensi hanya ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menuju tingkat normal. Dalam perkembangannya, pengobatan diarahkan pada berbagai macam aspek. Beberapa aspek yang mendapat perhatian dan kini menjadi tujuan dari pengobatan hipertensi adalah: 1. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita tidak memburuk. 2. Mengurangi angka kesakitan morbiditas dan angka kematian mortalitas akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah. 3. Mencegah pengerasan pembuluh darah aterosklerosis. 4. Menghindarkan dari faktor risiko hipertensi, seperti kolesterol tinggi, stres, dan obesitas. 5. Mencegah bertambah tingginya tekanan darah. 6. Mengobati penyakit penyerta yang dapat memperberat kerusakan organ tubuh. 7. Memperkecil efek samping pengobatan Dalimartha dkk., 2008. Tujuan dari terapi hipertensi yaitu untuk mengurangi kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular. Dengan kata lain, target tekanan darah yang harus dicapai yaitu kurang dari 14090mmHg. Pada pasien yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes atau ginjal kronik, tekanan darah yang harus dicapai yaitu kurang dari 13080mmHg Tedjasukmana, 2012. Jenis-jenis obat anti-hipertensi antara lain sebagai berikut: 1. Diuretik Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui urin. Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan. Obat-obatan yang termasuk golongan ini yaitu hidroklorotiasid HCT. Obat ini memiliki efek samping antara lain hipokalemia, hiperurisemia, lemah otot, muntah, dan pusing Dalimartha dkk., 2008. 2. Penghambat enzim konversi angiotensin Cara kerja obat ini yaitu menghambat pembentukan zat angiotensin II zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Contoh obat ini yaitu captopril. Efek samping yang timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas Dalimartha dkk., 2008. 3. Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara mengahambat kontraksi jantung kontraktilitas. Efek samping obat golongan ini adalah timbul sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah. Contoh obat ini antara lain nifedipin, diltiasem, dan verapamil Dalimartha dkk., 2008. 4. Penghambat reseptor angiotensin II Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Kemungkinan efek yang timbul yaitu sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. Contoh golongan obat ini adalah valsartan atau diovan Dalimartha dkk., 2008.

E. Faktor Risiko

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93