adalah timbul sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah. Contoh obat ini antara lain nifedipin, diltiasem, dan verapamil Dalimartha dkk., 2008.
4. Penghambat reseptor angiotensin II
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Kemungkinan efek yang timbul yaitu sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. Contoh golongan obat ini adalah valsartan atau diovan Dalimartha dkk., 2008.
E. Faktor Risiko
Untuk menyimpulkan penyebab hipertensi masih sulit dilakukan hingga saat ini. Bahkan, para ahli beranggapan hipertensi lebih tepat disebut sebagai
“heterogenous group of diseases” daripada “single diseases” karena kompleksnya faktor-faktor yang menyebabkannya. Beberapa faktor risiko yang
dapat meningkatkan terjadinya hipertensi, yaitu usia laki- laki ≥55 tahun dan
perempuan ≥65 tahun, merokok, dislipidemia, gula darah di dalam plasma yang tinggi, obesitas BMI ≥30kgm
2
, genetik atau keturunan Mancia et al., 2013. 1.
Usia Peningkatan hipertensi sering terjadi dengan bertambahnya umur
seseorang. Pasien yang berumur 60 tahun keatas memiliki tekanan darah ≥14090mmHg. Tekanan darah sistolik yang meningkat, bisa dikarenakan karena
penambahan umur. Penambahan umur seseorang dapat menyebabkan kelenturan pembuluh darah yang besar menjadi berkurang Anggraini dkk., 2009.
Satu dari lima laki-laki yang berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prerolensi tersebut akan meningkat menjadi dua kali
lipat pada usia antara 45-54 tahun Vitahealth, 2004. Perubahan pada tekanan darah yang semakin meningkat disebabkan adanya perubahan alami pada jantung
dan berkurangnya elastisitas dari pembuluh arteri, sehingga insidensi hipertensi pada usia lanjut lebih tinggi Prihandana, 2012.
Sampai usia 55 tahun, laki-laki memiliki risiko terkena hipertensi yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Tetapi di atas usia tersebut,
perempuan memiliki peluang yang lebih besar Vitahealth, 2004. 2.
Jenis Kelamin Antara laki-laki dan perempuan, prevalensi terjadinya hipertensi memiliki
proporsi yang sama. Namun, sebelum perempuan mengalami fase menopause, perempuan lebih terlindungi dari penyakit kardiovaskular. Hal ini dikarenakan
adanya hormon estrogen yang berperan dalam peningkatan HDL atau High Density Lipoprotein Anggraini dkk., 2009.
3. BMI Body Mass Index
Seseorang dengan BMI ≥25 obesitas akan lebih mudah mengalami risiko hipertensi. Hal ini disebabkan oleh lemak yang menimbulkan sumbatan pada
pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah Anggraini dkk., 2009. Menurut Kotsis, Stabouli, Papakatsika, Rizos, and Parati 2010 terjadinya
hipertensi akibat obesitas dapat melalui beberapa jalur, antara lain: a
Aktivasi saraf simpatis SNS Asupan kalori yang tinggi meningkatkan norefinefrin pada jaringan perifer
sehingga meningkatkan konsentrasi norefinefrin di dalam plasma yang menyebabkan terjadinya aktivasi saraf simpatis secara langsung. Mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas saraf simpatis yaitu gangguan fungsi sensitivitas baroreseptor, peningkatan kadar asam lemak bebas FFA,
angiotensin Ang II, insulin, dan leptin.
Gambar 1.
Mekanisme hipertensi akibat obesitas Kotsis et al., 2010. Keterangan gambar: IL-6 interleukin-6, IL-
1β interleukin-1β, CRP C-reactive protein, TNFα tumor necrosis factor-
α, ROS reactive oxygen species, FFAs free-fatty acids, NO nitric oxide, ET-1 endothelin-1, RAS rennin-angiotensin system, SNS sympathetic nervous system
b Mekanisme pada renal
Kelainan pada renal cenderung menaikan tekanan darah sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air. Pada pasien obesitas, kemungkinan
perubahan tekanan darah ke arah yang lebih tinggi yaitu adanya sekresi renin dari ginjal yang diinduksi oleh perubahan kekuatan fisik intrarenal akibat akumulasi
lemak disekitar medulla. Akibat dari hipertrofi adiposit menyebabkan angiotensinogen diproduksi dan mengakibatkan elevasi tekanan darah melalui
tindakan angiotensin II yang menyebabkan vasokonstriksi sistematis. c
Fungsi hormon Obesitas merupakan salah satu faktor untuk terjadinya gangguan toleransi
pada glukosa. Insulin yang beredar secara lebih di dalam darah dapat mengurangi
sensitivitas terhadap metabolisme insulin itu sendiri atau dengan kata lain terjadi resistensi insulin. Terjadinya hiperinsulinemia dapat mengakibatkan retensi
natrium yang berujung pada peningkatan tekanan darah. Leptin merupakan salah satu hormon yang disekresikan dari jaringan
adiposa secara langsung. Adanya hiperleptinemia akan merangsang SNS untuk meningkatkan pengeluaran energi. Peningkatan aktivitas SNS dalam jangka
panjang akan menginduksi saraf simpatis yang memediasi terjadinya hipertensi akibat dari reabsorpsi natrium dan volume cairan yang overloading.
d Disfungsi endothelial dan perubahan struktur vaskular
Obesitas merupakan keadaan inflamasi vaskular dan sistemik yang dapat menyebabkan disfungsi endotel. Resistensi insulin, rendahnya adinopektin,
hiperleptinemia, peningkatan kadar asam lemak dianggap sebagai indeks dari profil peradangan yang kompatibel. NO nitric oxide berasal dari endotel
pembuluh darah yang berfungsi sebagai vasodilator dan perlindungan terhadap peradangan. Akibat dari adanya resistensi insulin, sintesis NO terganggu. Adanya
proinflamasi yang tinggi di dalam sel endotel menunjukkan adanya fungsi vaskular yang berubah yang merupakan predisposisi pengembangan hipertensi.
Modifikasi lifestyle dapat membantu mencegah terjadinya hipertensi dan mengurangi tekanan darah pada pasien yang telah mengidap hipertensi. Selain itu,
dengan menjaga BMI tetap normal 18,5-24,9kgm
2
dapat membantu pengontrolan tekanan darah. Pada kenyataannya, tekanan darah sistolik dapat
berkurang dengan kisaran 5-10mmHg setiap penurunan 10kg berat badan Martin, 2008.
4. Pola makan
Pola makan dengan banyak mengandung garam juga mampu meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang. Rata-rata orang Amerika
mengonsumsi sodium 4000-6000mghari. Setiap individu yang berdomisili di Amerika dosis maksimal yang dianjurkan adalah 2000mghari Martin, 2008.
Individu yang berdomisili di eropa, dosis maksimal untuk pengonsumsian makanan yang mengandung garam adalah 5-6gramhari. Penganjuran diet natrium
ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah sistolik 5-10mmHg Narkiewicz et al., 2013.
Terdapat hubungan antara asupan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah. Pengonsumsian natrium yang berlebihan dapat menyebabkan tubuh
meretensi cairan dan meningkatkan volume darah. Adanya peningkatan volume darah bisa membuat jantung untuk bekerja lebih keras dalam memompa darah
Muliyati, Syam, dan Sirajuddin 2011. Selain itu, natrium yang berlebihan di dalam darah, dapat menggumpal
pada dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga terkelupas. Hasil pengikisan tersebut yang akhirnya dapat menyumbat pembuluh darah Vitahealth,
2004. Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari
hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sumber natriumsodium utama adalah natrium klorida garam dapur,
penyedap masakan monosodium glutamate MSG, dan sodium karbonat. Anggraini dkk, 2009.
Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natiuretik de Wardener yang
menghambat aktivitas sel pompa natrium ATPase natrium-kalium dan memiliki efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti studi INTERSALT 1988
diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata dengan tekanan darah, dan penurunan tekanan darah dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi garam
Gray et al., 2005. 5.
Aktivitas Fisik Seseorang yang aktivitasnya rendah atau dengan kata lain kurang
berolahraga lebih berisiko terkena hipertensi 30-50 daripada orang yang aktif melakukan aktivitas Anggraini dkk., 2009. Aktivitas fisik, baik itu berupa lari,
berjalan, ataupun bersepeda dapat sebagai pencegahan primer dari hipertensi Maryon, 2005. Penganjuran untuk menurunkan risiko hipertensi yaitu
melakukan aktivitas fisik ≥30 menit selama lima sampai tujuh hari setiap minggunya Narkiewicz et al., 2013.
Aktivitas fisik paling sedikit dilakukan dalam beberapa hari selama 30 menit. Hal ini dapat menurunkan nilai tekanan darah sistolik sampai dengan
9mmHg Martin, 2008. Individu yang jarang berolahraga, pengontrolan terhadap nafsu makannya sangat labil sehingga dapat menimbulkan obesitas Muliyati dkk,
2011. Sebelum berlatih, sebaiknya setiap individu mengetahui batas latihan yang
akan dilakukan. Ukuran perhitungannya adalah DJM Denyut Jantung Maksimal yang didapat dari faktor 220-umur x DJM. Intensitas latihan yang aman,
berada pada rentang 60-85 DJM. Misalkan untuk individu dengan umur 50 tahun, batas aman latihannya adalah pada ukuran 220-50 x 60 = 102 dan 220-
50 x 85 = 144. Jadi, ketika selesai berolahraga, denyut jantung yang diukur sebaiknya pada rentang 120-144menit Vitahealth, 2004.
6. Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi dan juga peningkatan risiko penyakit kardiovaskular walaupun mekanisme timbulnya
hipertensi belum diketahui secara pasti Anggraini dkk., 2009. Menurut Muttaqin 2009 merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit arteri koroner
melalui tiga cara meliputi: a
Menghirup asap akan meningkatkan kadar karbon monoksida CO darah. Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen, lebih mudah terikat
pada karbon monoksida daripada oksigen. Hal ini menyebabkan oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat berkurang, sehingga jantung bekerja lebih
berat untuk menghasilkan energi yang sama besarnya; b
Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang menyebabkan konstriksi arteri;
c Merokok meningkatkan adhesi trombosit, mengakibatkan peningkatan
pembentukan thrombus. 7.
Alkohol Tekanan darah akan meningkat ketika seseorang mengonsumsi alkohol.
Pengonsumsian alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi dan stroke. Pada sebagian besar kasus yang terjadi, rata-rata laki-laki
dengan kisaran umur 35-64 tahun, ditemukan memiliki korelasi yang kuat antara konsumsi alkohol dengan mortalitas stroke Maryon, 2005.
Konsumsi alkohol dengan satu sampai dua gelas per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Pengonsumsian lebih dari dua gelas per hari
dapat meningkatkan tekanan darah. Pada laki-laki, pengonsumsian alkohol tidak melebihi dua gelas per hari, dan pada perempuan, tidak melebihi satu gelas per
hari Martin, 2008. Batas tertinggi yang boleh dikonsumsi adalah 90ml per minggu atau sama dengan enam kaleng bir 360ml atau enam gelas anggur
120ml Vitahealth, 2004. Efek dari konsumsi alkohol yaitu dapat merangsang terjadinya hipertensi.
Hal ini dikarenakan adanya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah Dalimartha dkk., 2008.
Katekolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan kontraksi arteriol dan vena dan meningkatkan curah jantung Gray et al., 2005.
Mekanisme terjadinya hipertensi akibat dari pengonsumsian alkohol yang berlebihan yaitu dapat melalui beberapa jalur, antara lain:
a Sistem saraf simpatik
Alkohol dapat menyebabkan hipertensi dengan merangsang adrenal untuk melepaskan adrenalin yang mengakibatkan peningkatan denyut jantung dan curah
jantung sistolik Husain, Ansari, and Ferder, 2014 b
Endothelium dan oxidative stress Alkohol menstimulasi pelepasan endotelin 1 dan 2 yang merupakan
vasokonstriktor dari endothelium yang berada di dalam pembuluh darah. Alkohol
juga meningkatkan kadar angiotensin II di dalam darah. Angiotensin II menstimulasi produksi superoksida melalui reseptor AT
1
dengan cara mengaktivasi
oksidasi NADPH
di dalam
dinding pembuluh
darah. Pengonsumsian alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan sel endothelial
mengalami peradangan sehingga menurunkan kadar NO sebagai vasodilator di dalam endothelium. Peradangan terjadi karena kurangnya produksi NO atau dapat
pula terjadi karena adanya reaksi antara NO dengan anion superoksida menjadi bentuk radikal bebas peroksinitrit Husain et al., 2014.
8. Penyakit penyerta
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang sering diikuti dengan penyakit lain yang menyertai dan memperburuk kondisi organ penderita.
Penyakit yang seringkali menjadi penyerta dari penyakit hipertensi antara lain: a
Kencing manis diabetes mellitus Penyakit ini perlu segera ditangani sehingga kadar gula darah penderita
terkontrol. Hal ini dapat menjauhkan penderita dari komplikasi yang akan memperberat kerusakan organ yang ditimbulkan Dalimartha dkk., 2008.
b Resistensi insulin R-I
Resistensi insulin merupakan penyakit yang timbul karena sel tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang tersedia di dalam darah secara maksimal
sehingga glukosa darah tidak dapat seluruhnya masuk ke dalam jaringan tubuh. Keadaan ini banyak terjadi pada penderita obesitas kegemukan. Resistensi
insulin ini dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit diabetes, dislipidemia, ataupun hipertensi Dalimartha dkk., 2008.
c Rematik
Jenis penyakit ini sangat beragam, dari yang ringan sampai berat. Ada jenis yang merusak berbagai macam organ tubuh sehingga akibat yang
ditimbulkannya akan semakin memperberat kondisi penderita hipertensi Dalimartha dkk., 2008.
d Gouthiperurisemiaasam urat
Gout dapat menyebabkan penyakit rematik. Gout dipengaruhi oleh makanan yang banyak mengandung purin, seperti hati, jeroan, sarden, kerang,
kacang tanah, kedelai, bayam, buncis, dan kembang kol. Purin dalam bahan makanan oleh tubuh akan dimetabolisme menjadi asam urat. Serangan rematik
terjadi akibat konsentrasi asam urat di dalam darah meninggi atau disebut dengan hiperurisemia. Gout dapat merusak organ tubuh misalnya penurunan fungsi ginjal
yang akhirnya memicu perlekatan trombosit pada pembuluh darah, dan mengendap pada klep jantung Dalimartha dkk., 2008.
e Hiperlipidemia
Hiperlipidemia menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah jantung. Komplikasi hipertensi akan
bertambah parah dengan tingginya kadar lemak di dalam tubuh penderita Dalimartha dkk., 2008.
Tekanan darah sistolik dan diastolik yang direkomendasi yaitu 140mmHg danatau 90mmHg. Jika pasien memiliki penyakit penyerta seperti
diabetes, maka tekanan darah diastolik yang direkomendasi yaitu 85mmHg.
Pada pasien nefropati, target yang dicapai yaitu 130mmHg. Hal ini dikarenakan adanya overt proteinuria Narkiewicz et al., 2013.
Pasien dengan faktor risiko seperti memiliki penyakit diabetes atau penyakit kardiovaskular ataupun penyakit pada ginjal, direkomendasikan target
tekanan darahnya yaitu 13080mmHg Mancia et al., 2013. Hipertensi memiliki risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner,
stroke, gagal jantung kongestif, dan penyakit ginjal kronik Maryon, 2005. Kaitan hipertensi dengan resistensi insulin yaitu terutama pada pasien gemuk.
Insulin merupakan salah satu zat penekan karena meningkatkan kadar katekolamin dan reabsorpsi natrium Gray et al., 2005.
F. Rule of Halves